Aku sedikit kesal dengan apa yang aku dengar dari atasanku itu.
bagaimana mungkin aku bisa melihat anggota yang aku ajak menjadi team ku kelaparan saat bekerja nanti?
" Jadi solusinya gimana ci? aku udah pada panggil anggota nih," ucapku.
" Ya udah, nanti w bantu ngomong sama tuan rumah. lu bawa aja anggota lu dulu ya," ucapnya dan mau tidak mau aku meng-iyakan semua itu.
***
Aku bukan cewek munafik, aku sedih karena aku sedang patah hati. dan jujur saja itu adalah patah hati pertama dalam hidupku. Tetapi bukan berarti Dani adalah cinta pertamaku.
Aku merasa ada kesunyian yang perlahan memenuhi hatiku. di tambah, aku tidak punya teman di dalam perjalanan yang cukup panjang ini.
Aku membuka sosial mediaku, dan dengan sengaja membuka story yang ada pada akun Dani. yups.. pada dasarnya semua lelaki itu bajingan.
Aku menemukan storynya bersama dengan Devi.
Dan sekarang aku merasa bodoh, merasa sedih karena ida.
Tring...
ada sms masuk ke ponselku.
" kenapa liat-liat story aku? kamu kangen sama aku?" isi sms itu.
dan benar, itu dari lelaki brengsek yang baru saja ku lepas.
Aku sama sekali tidak berminat membalas sms itu, biarlah ia berada pada masa ke jayaannya, mungkin suatu saat ia membutuhkan dorongan kuat dariku untuk membantunya sadar.
" Iya Albert?" ucapku saat menerima telepon dari Albert.
" Woi... kau dimana? gak latihan paskibra?"
" Aku kepadang, ada acara keluarga, dan nenekku gak bisa pergi. jadi aku penggantinya."
" Allah...alasan, kau pasti ngelak dari si Dani kan!! aku gak nyangka kalau Ana itu lemah,"
" Muncung di kontrol bet, kaya gak ada jantan lain aja. serius aku ada keperluan. mungkin 4 hari aku gak akan masuk sekolah. kasih info yah,"
" gak, biar aja kau ketinggalan. eh... kau kan anggota BK, minggu depan ada lomba BKKBN, penyuluhan tentang Narkoba, mau ikut gak? terus ada lomba model juga, pak khairul mintanya kau ikut yang model karo, gimana? kalau kau minat, biar aku daftarin,"
" Boleh, aku ikut dua-duanya,"
" Gila kau!! satu aja akh... besar pertanggung jawabannya,"
" Ck... aku mau dua-duanya, kan gak berbarengan, ayolah Bet, kau tau kan apa planingku,"
" Tau, tapi gimana kalau kau gak berhasil?"
" Soal hasil akhinya, nanti kita liat, yang penting aku bakalan usaha buat menangin semuanya," ucapku yang merasa yakin.
" Ok deh, cepat pulang, aku gak punya teman buat aku jailin. eh... btw, si Ari nyariin kau, ada urusan apa kau sama dia? ngutang kau ya?"
" Iya... ngutabg nyawa, dah akh... ngantuk aku," ucapku yang merasa butuh kesendirian.
" ok lah, selamat bergalau durja," ejeknya.
" Sialan."
Malam itu, Johan sengaja enginap di rumahku, kami membahas tentang pekerjaan besok.
" Terancam juga kita kali ini ya," ucapnya saat aku memberitahu situasi tentang pekerjaan kami.
" Sebenarnya enggak Jo, karna kan biasanya yang punya acara bakalan kasih makan kita, cuma ya itu, tergantung orangnya pelit apa gak,"
" Akh... belum rokok, minum, akh... gak taulah," Johan tampak stress.
" Eh... dah buat surat ijin gak masuk besok?" tanyaku.
"Belumlah, lupa aku," jawabnya yang tampak kesal.
" ya udah, aku minta tolong di buatin Acca aja,"
" Sekalian punyaku ya Feey," pintanya dengan wajahnya yang memuakkan.
" Dasar kau," ucapku yang sedang sibuk mencari nomor ponsel kekasihku.
" ya... Yah?" terdengar suara lembut darti seberang.
"Nda, buatin Feey surat ijin gak masuk donk, 2, satu buat Feey, satu lagi buat Johan,"
" Kok gak masuk?"
" Iya, Soalnya besok ada Job, boleh ya,"
" Ya udah, ada tugas gak? biar sekalian Nda kerjain,"
" Gak kok Nda, udah ayah kerjain semua. "
" Ya udah, nanti bunda buatin ya," ucapnya dengan suara lembut.
" Makasih ya nda," balas ku.
" iya Yah," jawabnya.
setelah berbincang agak lama, aku mengakhiri percakapan itu, karena besok aku harus bekerja.
" Romantis banget Feey,"
" Apaan sih Jo, makanya kau cari cewek yang benar. kaya Lisa pula kau cari,"
" Iya kan Feey, cuma kan aku memang gak mau serius, cuma buat main aja,"
" Ingat Karma bodoh," ucapku.
dan setelah itu kami tidur.
kak... kak...
Eh...
Aku terbangun dari tidurku.
"Udah nyampe dari tadi loh kak. "
ucap Supir itu yang nampak kesal.
"eh... maaf ya bang... ketiduran, " ucapku tidak enakan. Bukannya menjawab ku, ia malah melengos pergi.
it's ok, Aku yang salah.
Aku berjalan sambil menenteng ransel yang cukup berat di punggungku.
"Halo Tar, maaf aku ketiduran tadi. kamu dimana? " tanyaku yang menemukan berpuluh kali panggilan tak terjawab di ponselku.
"Eh... udah datang kalian dek? " ucap Tuan rumah yang menyambut kedatangan ku dan team dekor yang lainnya.
"iya bu... kita mau buat tendanya di mana bu? " tanyaku.
"di lapangan situ aja, yang cantik buat ya dek, " ucap Tuan rumah.
Akupun tersenyum.
"Tuan rumahnya baik ya, " ucap Jo.
"Jangan langsung menilai seseorang secara langsung. yok kerja, " ucapku mengajak team ku untuk memulai kerjaan kami.
selang beberapa jam kemudian,
Tet...Tet....
"Eh.... dah datang kalian!! ".
sambutan meriah mulai berdatangan saat kedua gadis yang ada di motor itu memarkirkan motornya tepat di depan rumah yang punya hajatan.
" Meriah kali bah... kaya nyambut pengantin, " oceh Johan yang sedari tadi memperbaiki tiang untuk pondasi tenda.
Aku hanya tersenyum mendengar ocehan dari karibku itu.
"Maaf ya bik, telat. tadi aku ketiduran, " ucap gadis itu lembut.
" Cantik kau ya dek... padahal bapakmu jelek dan seram loh, "
hehe...
gadis itu hanya tersenyum walau sebenarnya hatinya melawan ucapan itu.
"jadi cuma kamu yang datang? mamak bapak gak ikut? ".
" iya bik, nanti aku aja yang jalanin ada bapak, " ucapku.
"mana bisa dek, harus anak cowok. ya udah gak papa. yang penting ada yang jadi perwakilan dari sana, " ucap sang bibik.
Hari semakin terik, mentari semakin menaikkan suhunya.
lapar dan haus sudah semakin mencekam para pekerja pelaminan itu. Fery sendiri sudah kesal karena tidak menerima etikad baik dari Tuan rumah untuk memberikan mereka makan siang.
"Gila... udah jam berapa ini Fer? " ucap Johan yang juga kelaparan.
" emang gak ada otak orang ini. bentar lah, " ucapku yang kesal.
Aku berjalan menuju rumah yang tidak jauh dari lapangan itu. rumah pemilik hajatan.
"permisi bu, " sapaku ketika menemukan banyak orang di rumah itu.
"iya bang, kenapa? " tanya seorang ibu paruh baya.
"ini bu, udah siang gini bu, bagian dekor gak di kasih makan siangkah bu? " tanyaku sopan.
"eh... bentar ya dek, harusnya dari tadi. aku tanya dulu sama pemilik acara ya dek, " ucapnya mencoba membantu.
Aku pun menunggu dengan tidak sabar.