Chereads / FERYANA / Chapter 7 - 22.

Chapter 7 - 22.

" Kau baik-baik saja?"

Aku memandang ke arah suara yang begitu lembut menyapaku, dan betapa aku pangling karena ternyata pemilik suara itu adalah Fery.

" Heh... makanya jangan hitil!!" ucap Tari yang kemudian ikut membantuku.

" *til?"

Brugh...

Akh...

" Sakit Feey!!" teriak Johan yang terkena dugem mentah Fery.

" Lagian tu mulut gak di jaga, kakak ini bilang hitil bodoh!!"

" Ya.. manalah aku tau, aku dengarnya itu, lagian hitil apa?" tanya Johan.

" Hitil itu centil. kecentilan, itu bahasa simalungun," ucapku yang menahan tawa sambil memijat kepalaku.

" Kamu sih, jangan main di tempat banyak orang kerja. kalian bisa celaka. liat tuh luka," ucapnya.

" Iya maaf," jawabku.

" Makanya muncungmu di rem," ucap Tari yang menuntunku untuk berdiri.

" Mau kaya mana kau besok di makeup, kalau ada luka di keningmu itu," ucap Tari.

" yee... aku make up sendiri aja, lagian nanti takut masuk bon bibik," candaku.

"Ehh... tapi iya juga, nanti malah uang jajanku yang di kuras. mamak ingatannya ngeri kalau tentang uang loh," ucap Tari dengan expresi mengesalkan. dan spontan aku tertawa lepas.

Aku menatapi gadis itu dengan penuh kebingungan. Bukannya dahulu tidak ada persahabatan antara aku dengan dia, tetapi kenapa sekarang malah aku merasa kalau gadis ini punya sisi yang berbeda.

" Maaf ya Fer, ganggu kerjaan kalian," ucapnya dengan lembut.

Aku hanya tersenyum sambil mengangguk sopan padanya.

" Udah ayo aku bantu masuk, kita obatin luka di wajah kamu," ucap sepupu wanitanya itu.

Aku terpaku memnatapi kedua gadis itu yang semakin jauh melukis jarak antara kami,

" Cantik kan? aku aja pangling," ucap Johan merayuku.

" Gila kau Jo, ayo kerja," ucapku yang kesal karena di ganggui oleh mereka.

" Gak papa sih, lebih bagus laki-laki kaya gitu di tinggalin aja, gak tau untung," ucap Tari ketiks mendengar kisah percitaan Nirwana yang baru saja usai.

" Iya sih, cuma aku kepikiran aja, apa perlakuanku itu keterlaluan ?"

" Hmmm... gimana ya, ya... keterlaluan di bilang, gak juga. kan kau gak sengaja. lagian itu salah dia. kenapa dia berentinya di dekat teman-teman dia," ucap Tari.

Nirwana pun terdiam. Ia masih saja tenggelam dengan pikirannya.

Tiba-tiba,

" Tari antar mamak dulu dek, ke kota kita bentar," ucap sang bibi yang baru keluar dari dalam rumah yang telah penuh dengan dekorasi indah itu.

" Ngapain mak?"

" Beli beras, semua beras di belakang itu udah di hitung buat hidangan besok, sementara kita masih butuh buat syarat,"

" Syarat? Syarat apa mak?" tanya Tari yang penasaran.

" Akh... panjang cerita. Ayolah, keburu gelap," ucap sang bibi. Dan akhirnya tinggalah Nirwana yang duduk sendiri di depan rumah sambil memandang ke halaman yang kini telah di jadikan sebagai pelaminan yang begitu cantik.

"Kalau kau mau ya gak apa-apa, kalau kau tau pasang syaratnya, ya kau aja," ucap Fery yang tampak berunding di balik tenda yang sedikit jauh dari rumah pemilik hajatan.

Nirwana terkesima melihat 2 bayangan yang sedari tadi bergerak di belakang tenda ujung itu.

Mereka tampak sedang membuat rencana yang begitu mencurigakan. dan tanpa pikir panjang, gadis itupun berjalan tanpa takut, mendekati bayangan yang kini tengah di tinggal oleh bayangan yang satunya lagi.

" Jangan-jangan mesum nih orang," pikir Nirwana yang mengendap-endap.

Dan...

Nah...

Akh...

Keduanya teriak karena saling kaget.

Aku yang tadinya ingin tertawa, malah terdiam ketika melihat siapa sebenarnya yang ada di balik tenda itu.

" Ana!!! kau buat kaget tau!!" bentak Johan. Sementara Fery hanya diam dengan wajah datarnya.

" Maaf, tadi aku pikir orang mesum. lagian kalian ngapain coba di belakang tenda ini. ya.. aku pikir, eh... tunggu, Kalian berduan, di belakang tenda tenda seperti ini, jangan-jangan kalian,"

" Ih... otak kotor," ucap Fery tiba-tiba.

haha....

Tawaku dan Johan pecah. Sementara anak lelaki yang kini berada di hadapanku tampak diam dengan wajahnya yang flat.

Aku tidak bisa melepas pandanganku dari gadis itu tadi, tawanya yang begitu lepas membuatku terkunci pada wajahnya yang begitu manis.

kreakk...

Aku mendengar suara pintu di buka lalu menoleh ke arah sumber suara itu,

deg...

Jantungku berdebar saat melihat siapa sosok yang muncul dari balik pintu itu.

Ia tampak celingak-celinguk melihat dari sana, sementara aku mati-matian untuk berpura-pura tidak perduli dengan kehadirannya .

" Hei..."

sapanya sambil menatapiku.

" Ini sudah malam, kau tidak takut kalau bibikmu tau kau keluar?"

"Aku bosan di dalam, soalnya di dalam rame banget. Tari sibuk sama cowoknya,"

" Ya udah... kau telepon cowokmu,"

"Baru putus," ucapnya santai sambil menggigit buah pir yang tiba-tiba sudah ada di tangannya.

" Putus? yaudah, nangis dulu sana," ucapku sambil berusaha membakar beberapa dupa di tanganku yang dengan sengaja aku perlama.

" Putus, kok nangis? gak akh...." ucapnya sambil santai menyantap buah di tangannya.

Aku sedikit kaget dengan ucapannya.

" Ya...sedih kek, kau pacaran gak pakai hati ya?" tanyaku sedikit panas.

"Pakai, kan bukan aku yang salah, bukan aku yang menjadi penghianat." ucapnya sambil memandangku dengan senyum. Dan sumpah, aku sama sekali tidak percaya kalau dia sedang patah hati.

" Lalu kau tidak merasa kehilangan?"

Dia tampak terdiam. Lalu menghela nafas, kemudian mengentikan sikapnya yang tampak masa bodoh itu.

" Aku bohong kalau aku bilang aku gak kehilangan. dan aku bohong kalau aku bilang aku gak sakit hati. Tapi, aku lebih sayang pada hatiku yang tulus, aku lebih menghargai cinta yang ada padaku. Dan alam mendukung itu, hingga aku tau kalau dia berkhianat. Buatku, harus aku yang pertama kali menghargai cintaku. Lalu aku akan menghargai cinta yang datang padaku. Mereka yang datang hanya untuk sekedar singgah, ya lepaskan saat singgah mereka telah usai,"

Bodohnya aku mendengarkan pesan yang ia ucapkan dan menanamnya pada dasar hatiku. Sekarang aku malah penasaran, bagaimana nasib lelaki yang mencintainya atau yang menjadi kekasihnya. Akankah mereka pernah merasakan manja, sikap cengeng seorang perempuan yang saat ini ada di hadapanku???

"Emmm... buahnya manis banget," ucapnya yang kini telah mengganti buah pir yang habis ia lahap dengan buah apel hijau yang cantik.

" Kau dapat darimana buah itu?" tanyaku yang baru sadar.

" Tuh!! masih banyak juga," ucapnya.

Dan betapa paniknya aku ketika mendapati ia tengah melahap sesajen yang disiapkan untuk syarat adat pernikahan besok.

" Kau gila!!! kenapa kau makan buah itu!!!" bentakku.

" Lah kenapa? daripada mubazir!!! lagi pula aku susah buang air, pasti ini akan sangat membantu." ucapnya santai.

Membantu apanya???

"Itu adalah sesajen untuk persyarata adat,kenapa kau makan??!!" ucapku yang sangat kesal. Gadis ini menyebalkan!!!