Chereads / Ghost Hunter: The Blood and River / Chapter 28 - Diary Milik Jiwon (B)

Chapter 28 - Diary Milik Jiwon (B)

Tepat saat Joon Oh ingin melanjutkan membaca, mereka mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras dari arah luar. Mereka terkejut mendengar suara ketukan pintu itu yang terdengar kian mengeras.

"Kalian tunggu di sini, biar aku yang melihat siapa yang mengetuk pintu." Sahut Jin Gu

"Aku ikut." Sahut In Seok dan Jin Gu mengangguk

Jin Gu dan In Seok segera melangkah menuju pintu dan melihat dalam sebuah layar persegi panjang dalam ukuran sedang. Mereka melihat seorang pria berdiri di depan pintu sambil membawa pisau di tangan kirinya dan tangan kanannya mengetuk pintu dengan cukup keras. Mereka tidak bisa melihat wajah orang itu karena tertutupi masker dan pakaian yang dikenanakan pria itu semuanya berwarna hitam.

"Ki-kita mundur secera perlahan. Jangan buat suara yang membuatnya curiga kalau kita ada di dalam." Ucap Jin Gu dan In Seok langsung menganggukkan kepalanya

"Apa yang te—mmmpphhh." Mulut Joon Oh langsung dibekap oleh Jin Gu dan In Seok meletakkan jari telunjuknya tepat didepan bibirnya seolah mengisyaratkan kalau mereka harus tetap diam

Setelah cukup lama mereka diam, suara ketukan pintu itu tidak terdengar lagi. In Seok berdiri dan melihat dilayar persegi panjang itu, ternyata orang itu sudah tidak ada. In Seok kembali bergabung dengan teman-temannya.

"Dia sudah pergi." Ucap In Seok

Mereka akhirnya bisa menghembuskan nafas lega.

"Emang apa yang kalian liat tadi?" Tanya Min Gi

"Kita melihat orang yang ciri-cirinya seperti dalam buku diary milik Jiwon." Sahut Jin Gu

Mereka membulatkkan matanya syok. "Benarkah?" Tanya Hyun Gi

"Iya. Jadi kita harus berhati-hati mulai dari sekarang." Sahut Jin Gu

"Lanjut nggak nih bacanya?" Tanya Joon Oh

"Lanjut aja, Joon." Sahut Yoon Jae

"Iya, lanjut aja bacanya." Sahut Tae Oh

"Baiklah." Ucap Joon Oh

Jumat,6 Februari xxxx

Malam ini aku kembali mendapatkan teror. Aku pikir setelah melalui malam-malam yang tenang, aku tidak akan mendapatkan teror lagi. Tapi aku salah, kali ini aku mendapatkan teror itu lagi. Orang itu lagi-lagi menemuiku dengan membawa sebuah pisau di tangannya. Dia juga kembali mengetuk jendela kacaku dengan cukupkeras. Bukan hanya itu, pisau di tangannya juga dia arahkan ke jendela kaca gue hingga membuat suara decitan yang sangat keras hingga bisa memekakkan gendang telinga.

Hal yang paling aku benci saat ini adalah cermin, karena setiap orang itu datang, pasti akan ada sebuah kalimat yang tertulis dicermin. Aku memberanikan diri untuk melihat kearah cermin dan benar saja. Di sana sudah tertulis sebuah kalimat, "Penderitaanmu akan segera berakhir", sekarang aku benar-benar takut. Setelah melihat tulisan itu aku memutuskan untuk langsung menuju tempat tidur dan menyelimuti seluruh tubuhku.

Aku tidak bohong kalau saat ini aku mengatakan kalau aku benar-benar ketakutan. Aku ingin berteriak minta tolong, tapi rasanya suaraku tertahan ditenggorokan. Aku menulis diary ini dengan tangan gemetaran. Aku benar-benar takut sekarang. Tidak lama setelahnya, suara ketukan itu tidak terdengar lagi. Aku berhenti menulis dan melihat keluar selimut. Ternyata orang itu sudah tidak ada dan tulisan dicermin itu sudah hilang. Aku sedikit merasa lega tapi aku takut diakembali lagi hingga membuatku kembali terjaga sampai pagi tiba.

Rabu, 11 Februari xxxx

Seperti yang pernah aku alami di malam sebelumnya, kini aku kembali mendapatkan teror. Tapi kali ini berbeda. Kalian tahu apa yang membuat malam ini berbeda? Malam ini terasa berbeda karena beberapa menit yang lalu aku kembali mendapatkan sebuah ketukan yang cukup keras. Tapi bukan dari jendela kaca kamar melainkan dari luar pintu kamarku.

Aku tidak tahu bagaimana caranya dia masuk rumahku, karena setahuku setelah mama dan papa pergi, aku sudah mengunci seluruh pintu rumah. Ketukan itu terdengar semakin keras. Untunglah aku selalu mengunci pintu kamar kalau mau tidur. Itu membuatku merasa sedikit lebih aman.

Saat ini aku lagi bersembunyi di dalam selimut. Dia terus memanggil namaku dari luar dan memintaku untuk membuka pintu kamar. Aku hanya berharap kalau Tuhan menyelamatkan nyawaku malam ini. Aku mendengar suara ketukan pintu itu tidak terdengar lagi, aku mencoba mengintip lewat selimut dan aku membelalakkan mataku. Aku melihat pintu kamarku terbuka dan orang yang berpakaian serba hitam dengan pisau di tangannya mendekat kearah tempat tidurku.

Dia juga terus memanggil namaku dan mengatakan kalau dia tahu di mana aku sekarang. Aku hanya berharap kalau saat ini Tuhan menyelamatkanku. Aku saat itu terus memejamkan mata, dan sepertinya Tuhan mengabulkan doaku. Tidak lama setelahnya, terdengar dari luar suara mama dan papaku yang memanggil namaku. Aku mencoba mengintip dari selimut dan orang itu kabur lewat jendela.

Aku akhirnya bisa bernafas lega dan keluar dari selimut lalu mataku melihat kearah cermin yang terdapat sebuah tulisan, "Tidak sekarang tapi nanti", kalimat itu membuatku bingung tapi aku mengabaikannya dan menghapus tulisan itu.

Rabu, 18 Februari xxxx

Hari ini aku kembali di teror dari pagi sampai malam. Orang itu terus menggangguku dan mengancam akan membunuhku setelah semua bukti yang aku kumpulkan. Yang aku tahu, dialah dalang dibalik semua kejadian aneh di sekolahku. Dia terus muncul sambil memegang sebuah pisau di tangannya. Aku selalu berteriak histeris ketika dia melakukan itu.

Aku mencoba bercerita pada guru dan orang tuaku, tapi mereka tidak percaya. Aku dianggap gila oleh mereka semua. Bahkan teman-temanku menganggapku gila. Aku tidak gila. Orang itu benar-benar ada dan selalu mengancam untuk membunuhku. Aku selalu lari ketika dia ingin membunuhku.

Aku mencoba mencari pertolongan tapi tidak ada satupun yang percaya. Hanya temen hantuku Jiyeon yang percaya tapi aku tidak bisa meminta bantuan sama dia. Aku terus berteriak histeris ketika orang itu muncul sampai-sampai orang tuaku mengurungku dikamar dan mengikat kedua kakiku dengan rantai di kedua sisi ranjang karena tidak percaya dengan ucapanku dan dokter juga mengatakan kalau aku terkena gangguan skizofrenia. Aku berani bersumpah kalau aku tidak gila!

Saat ini aku hanya berharap mereka yang membaca diary yang aku tulis tahu kalau aku tidak gila. Aku tidak terkena gangguan skizofrenia. Aku benar-benar melihat orang itu dan dia bukan sekedar halusinasi belaka. Orang yang mengancam ingin membunuhku itu benar-benar nyata. Tapi kenapa tidak ada yang percaya?!

Joon Oh berhenti membaca ketika lembar halaman selanjutkan terlihat kosong. Tulisan itu tidak ada lagi.

"Diarynya sudah selesai." Sahut Joon Oh

Tiba-tiba hantu Jiwon muncul.

"Lanjutannya gimana?" Tanya Yoon Jae

"Setelah aku menulis itu, saat jam 1 malam orang itu kembali datang. Tapi kali ini dia tidak datang menggunakan pisau. Tapi menggunakan sebuah tali. Dia mencekik leherku dengan menggunakan tali sampai aku meninggal. Saat meninggal, roh ku keluar dari tubuh dan aku melihat orang itu melepas rantai yang mengikat kakiku. Dia membuatnya seolah-olah aku mati bunuh diri. Mama dan papaku yang hobi keluar negeri pun pulang seminggu setelahnya dan melihat aku mati." Ucap Jiwon

"Mereka menganggap aku mati gantung diri. Malamnya mamaku pergi kekamarku dan menemukan diary serta bukti-bukti tentang misteri disekolah itu. Mamaku membaca diary yang aku tulis. Dia lalu menyembunyikan diary itu berserta bukti-buktinya ke dalam sebuah kotak kayu berukuran sedang dan menguncinya lalu mengikatkan dengan sebuah pita merah muda dan menguburnya dihalaman belakang agar tidak ada korban lain selain aku." Lanjut Jiwon

"Jiwon bilang, setelah dia menulis itu, saat jam 1 malam orang itu kembali menghampirinya. Tapi kali ini orang itu tidak datang menggunakan pisau. Tapi menggunakan sebuah tali. Dia mencekik lehernya dengan menggunakan tali sampai dia meninggal. Saat meninggal, roh Jiwon keluar dari tubuhnya dan dia melihat orang itu melepas rantai yang mengikat kakinya. Dia membuatnya seolah kalau Jiwon bunuh diri." Ucap Yoon Jae

"Mama dan papanya yang hobi keluar negeri pun pulang seminggu setelahnya dan melihatnya mati. Mereka menganggap Jiwon mati gantung diri. Malamnya mamanya masuk ke dalam kamarnya dan menemukan diary serta bukti-bukti tentang misteri disekolah itu. Mamanya membaca diary yang dia tulis. Dia lalu menyembunyikan diary Jiwon berserta bukti-buktinya ke dalam sebuah kotak kayu berukuran sedang dan menguncinya lalu mengikatkan dengan sebuah pita merah muda dan menguburnya dihalaman belakang agar tidak ada korban lain selain Jiwon." Lanjut Yoon Jae

"Apa dia melihat wajah orang itu?" Tanya Joon Oh

"Tidak. Bahkan saat dia membunuhku pun aku tidak melihat wajahnya." Jawab Jiwon

"Jiwon bilang tidak, bahkan saat dia membunuhnya pun dia tidak melihat wajah orang itu." Sahut Yoon Jae

"Apa kita bisa melihat bukti-bukti itu sekarang?" Tanya Beom Gi

"Tentu saja." Sahut Jiwon

bersambung...