Chereads / Ghost Hunter: The Blood and River / Chapter 32 - Hampir Terbunuh

Chapter 32 - Hampir Terbunuh

Pada malam selanjutnya mereka menyelidiki hujan darah yang juga terjadi hari. Langkah kaki dua belas pemuda itu mengantarkan mereka menuju koridor berdarah. Aroma amis darah mulai tercium diindera penciuman mereka. Semakin mereka mendekat kearah ke koridor berdarah, amis darah itu semakin tercium.

Aroma amis darah itu berhenti di depan pintu ruang kepala sekolah yang lama. Tidak jauh dari ruangan kepala sekolah yang lama itu, ada sebuah pohon besar dan diatasnya ada bayangan hitam besar dengan mata merah.

"Rupanya dia yang membuat hujan ini berwarna merah darah." Ucap Yoon Jae

Yoon Jae mendekati pohon itu diikuti oleh teman-temannya. Bayangan hitam itu hanya menatap Yoon Jae lalu menghilang. Yoon Jae mencari-cari bayangan hitam itu. Tapi tidak ketemu.

"Ada apa, Yoon?" Tanya Joon Oh

"Hujan ini mengeluarkan warna seperti darah ini karena bayangan hitam besar itu. Tadi saat aku menghampirinya, dia hanya diam dan langsung menghilang." Sahut Yoon Jae

"Kira-kira apa maksudnya?" Tanya Min Gi

Mereka semua menggelengkkan kepala tanda tidak mengerti.

*****

Pada keesokkan malamnya, setelah pulang sekolah mereka semua kini tengah memutar sebuah rekaman yang mereka temukan di dalam kotak kayu milik Jiwon yang belum sempat mereka lihat.

Di menit pertama, ada seorang wanita yang berjalan di koridor kelas. wanita itu terus melangkahkan kakinya menuju koridor berdarah. Tatapan wanita itu terlihat kosong sejak awal memasuki sekolah.

wanita itu menghentikan langkahnya tepat di depan ruang kepala sekolah yang lama. Tangannya itu memutar knop pintu lalu membuka pintu yang tertutup secara perlahan.

Di menit selanjutnya, adegan yang tadinya masih di depan pintu dengan perempuan itu yang membuka pintu itu secara perlahan kini berganti dengan adegan seorang perempuan yang masih berseragam sekolah itu terduduk di sebuah kursi dengan kedua tangannya di ikat secara perlahan. Seluruh ruangan itu gelap hanya ada cahaya bulan yang menerobos masuk lewat jendela yang terbuka.

Tampak dari arah kanan, ada seseorang yang berpakaian serba hitam dengan penutup kepalanya berwarna hitam. Penutup kepala itu hanya berlubang pada bagian mata dan hidung. Entah laki-laki atau perempuan, orang itu mendekati perempuan yang sudah terikat di kursi itu secara perlahan dengan sebilah pisau yang sangat tajam di balik punggungnya. Orang itu terus mendekat dan mengamati perempuan yang masih terikat itu. perempuan itu tidak menunjukkan perlawanan apapun. Dia hanya duduk diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun, bahkan mata yeoja itu masih terlihat kosong.

Orang itu terus mendekat dan mengeluarkan sebilah pisau yang tadi dia sembunyikan. Mata orang yang berwarna merah menyala menatap tajam perempuan di depannya. Kelihatan sekali dari matanya kalau dia sangat bernafsu untuk membunuh orang yang ada di depannya kini.

Pisau yang tadi orang itu pegang sudah menggores bagian leher wanita itu hingga lehernya mengelaurkan banyak darah. Tidak ada teriakan kesakitan apapun dari wanita itu. Wanita itu hanya diam saja seperti patung.

Setelah leher, kini orang itu mengarahkan pisaunya pada bagian tubuh wanita itu dan menusuknya berkali-kali dibagian perutnya hingga darahnya muncrat kemana-mana. Tidak lama setelah itu, perempuan itu mulai menutup matanya dan nafasnya berhenti berhembus yang menandakan dia sudah mati terbunuh. Setelah perempuan itu terbunuh, orang itu segera membereskan darah-darah yang muncrat itu dengan air agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Di detik selanjutnya, tampak sebuah pintu ruangan kepala sekolah yang lama itu terbuka dan menampilkan seorang pria berseragam polisi memasuki ruangan itu.

"Adikku. Kau kah itu?"

Orang itu menoleh lalu mengganggukkan kepalanya. "Iya. Ini aku, adikmu."

"Aku senang bisa melihatmu lagi meski kini kau sudah meninggal."

"Kau akan terus melihatku, kak."

"Maksudmu?"

"Anggap saja orang ini adalah aku karena memang aku sedang meminjam raganya saat ini. Mungkin suatu saat nanti aku bisa mengambil alih raganya."

"Siapa dia?"

"Seorang pemuda yang bersekolah di JHS bernama Park Richard. Dia seorang indigo dan dengan bodohnya dia mau meminjamkan raganya padaku untuk melakukan balas dendam."

Polisi itu menyunggingkan senyumnya. "Aku sangat menantikan hal itu, adikku."

"Kau antarlah pemuda itu pulang, biar kakak yang membereskan sisanya. Aku akan membuatnya seperti tidak terdeteksi dan membuat opini yang sudah terlanjur menyebar menjadi kenyataan."

"Opini yang menyebar?"

"Iya. Opini yang mengatakan kalau sekolah ini berhantu dan hantu bisa membunuh. Jadi aku akan membuat mereka percaya kalau hantu memang bisa membunuh."

"Bolehkah aku bertanya?"

"Tentu saja, adikku."

"Kapan semua ini berakhir?"

"Sampai mereka menutup sekolah ini. Kau ingatkan apa yang terjadi dulunya pada keluarga kita? Dulu saat kita masih miskin mereka menghina keluarga kita. Kakak yang memang ingin bersekolah di sini ditolak mereka. Bahkan Memperlakukan orang tua kita seperti sampah demi memohon agar hyung bisa di terima di sekolah ini. Hal ini membuat hyung marah. Bahkan mereka dengan beraninya mengatakan 'tembak mati diri sendiri baru anakmu kami terima' dan dengan bodohnya orang tua kita melakukan itu."

"Mereka hanya tertawa melihat kedua orang tua kita mati karena menembak diri sendiri. Kakak menagih janji mereka tapi mereka malah mengusir kakak dan jenazah ibu dan ayah dengan tidak manusiawi. Setelah kematian ibu dan ayah kita hidup gelandangan bahkan kau sampai mati karena kelaparan dan kakak juga hampir mati. Ibu panti yang menyelamatkan kakak juga menguburkanmu itu pahlawan bagi kakak."

"Kakak pikir dengan jadi anggota polisi bahkan komandannya bisa membunuh mereka semua, maka dari itu kakak sangat terobsesi untuk menjadi polisi. Sekarang cita-citaku sudah tercapai dan orang-orang brengsek yang sudah membunuh ibu dan ayah sudah ditangkap bahkan dibunuh. Tapi dendam kakak terhadap sekolah ini masih berlanjut. Kakak tidak akan berhenti sampai mereka menutup sekolah ini. Maafkan kakak yang sudah membuatmu menjadi arwah jahat, adikku."

"Tidak masalah, kak. Aku senang bisa membantumu balas dendam. Tapi kenapa hanya murid kelas 3A saja yang kita bunuh?"

"Karena sebagian murid kelas 3A adalah moyoritas orang kaya dan beberapa orang tua mereka juga ikut andil pembunuhan orang tua kita. Mereka memprotes pihak sekolah yang akan memasukkan kakak kesekolah ini dan mengancam akan memindahkan anak-anak mereka kesekolah lain jika sampah seperti kakak masuk disekolah ini. Mereka yang mempengaruhi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah untuk meminta orang tua kita dengan cara menembak diri sendiri."

"Kini mereka harus merasakan apa yang sudah kakak rasakan. Murid yang kita bunuh itu masih memiliki hubungan keluarga dengan orang-orang yang menginginkan orang tua kita mati. Kalau sekolah ini di tutup dan berhenti beroperasi, maka kakak akan berhenti membunuh orang-orang yang memiliki hubungan keluarga dengan orang-orang yang dulu menginginkan orang tua kita mati, tapi jika tidak maka dendam ini akan terus berlangsung."

"Aku akan mendukung apapun yang akan kakak lakukan. Tidak masalah jika aku menjadi arwah jahat hanya untuk membantu kakakku membalaskan dendam orang tua kita pada mereka yang sudah membuat hidup kita sengsara. Aku menyayangimu, kak. Kau adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki."

"Dulu, saat aku masih hidup kau selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku bahkan sampai aku meninggal. Jadi ini sudah menjadi tugasku untuk membantumu."

"Antarkan tubuh pemuda ini pulang ke rumahnya. Pastikan tidak ada seseorang pun yang melihat kejadian ini ataupun mengenali pemuda ini karena kita masih membutuhkan pemuda ini untuk membantu kakak untuk balas dendam."

"Baik, kak."

Setelah itu lampu kamera mati dan film dalam video itu berhenti berputar. Melihat video itu sekarang mereka tahu alasan dibalik teror kelas 3A dan koridor berdarah. Itu semua karena dendam. Dendam masa lalu yang masih terbawa sampai sekarang dan yang manjadi imbasnya adalah anak-anak mereka yang tidak bersalah.

"Jadi ini maksud Jiwon kenapa jangan serahkan bukti ini pada polisi karena yang terlibat itu adalah komandan dari kepolisian itu sendiri." Ucap Joon Oh saat melihat rekaman itu

"Jiwon-ah." Panggil Hyuna

"Hm?" Sahut hantu Jiwon yang ikut menonton disebelah kanannya

"Dimana kamu mendapatkan rekaman itu?" Tanya Hyuna

"Aku merekamnya sendiri dan mengikutinya. Sebelum orang berpakaian hitam itu masuk, aku bersembunyi di dalam lemari dan merekam semuanya. Lemari itu aku kunci dari dalam agar orang itu tidak curiga. Setelah dia membereskan semuanya dan keluar dari ruangan itu, aku keluar dari lemari dan semuanya terlihat bersih tanpa jejak apapun yang mereka tinggalkan. Aku juga terkejut saat melihat komandan kepolisian yang selama ini membantu pihak sekolah ini malah memiliki dendam pada sekolah ini." Sahut Jiwon

"Jiwon bilang dia merekam itu sendiri dan mengikuti yeoja dalam rekaman itu. dia bersembunyi di dalam lemari dan merekam semuanya. Lemari itu dia kunci dari dalam agar orang itu tidak curiga. Dia keluar dari lemari setelah itu membereskan semuanya dan keluar. Seperti yang kita lihat, semuanya tampak bersih dan tanpa jejak apapun yang mereka tinggalkan." Ucap Hyuna

"Aku jadi kasian dengan kembarannya Chan Bin. Dia tidak tahu apapun tapi akan mengalami hal yang berbahaya. Raganya akan diambil alih oleh roh jahat itu." Sahut Min Gi

"Apa kita beritahu Chan Bin saja?" Usul In Seok

"Bisa saja kita meberitahunya, tapi apakah dia akan percaya dengan apa yang kita ucapkan?" Tanya Joon Oh

"Aku yakin yakin Chan Bin akan percaya, karena dia sudah melihat sendiri perubahan adik kembarnya selama ini." Sahut Yoon Jae

"Kalau begitu nanti kita coba bicarakan dengan Chan Bin. Setelah aku pikir-pikir, Chan Bin berhak tahu apa yang terjadi pada adik kembarnya dan Richard juga harus tahu bahaya apa yang akan di hadapi nantinya." Sahut Joon Oh

Mereka semua menganggukkan kepalanya. Kini mereka semua sudah menyaksikan sendiri rekaman itu dan apa yang terjadi sebenarnya. Ini hanyalah masalah dendam masa lalu antara komandan kepolisian itu dengan pihak sekolah Kyunghee.

Mereka juga sudah tahu jika selama ini tubuh Richard hanya dimanfaatkan oleh arwah jahat itu untuk membantu kakaknya membalas dendam pada sekolah itu dan murid kelas 3A yang masih memiliki hubungan keluarga dengan orang-orang dari masa lalu yang membuat orang tua komandan kepolisian itu harus mati menembak dirinya sendiri demi sang putra tercinta mereka.

Kini mereka telah berhasil memecahkan misteri dibalik pembunuhan yang terjadi setiap bulannya pada murid kelas 3A dan menemukan alasan kenapa pembunuhan itu bisa terjadi. Mereka ingin menemukan alasan dibalik hujan darah yang terjadi dua hari berturut-turut disekolah mereka. Mereka juga ingin mengungkap identitas asli bayangan hitam besar dengan mata merah itu dan memikirkan cara untuk menangkap komandan kepolisian itu dan mengungkap kejahatannya.

Susah memang jika sudah berurusan dengan polisi apalagi dengan komandannya, salah-salah mereka bisa dipenjara. Tapi mereka harus berusaha untuk melakukan itu semua, karena mereka sudah menjalankan misi sejauh ini. Mereka tidak mungkin berhenti hanya karena mengetahui siapa dalang dibalik ini semua, kan? Maka dari itu mereka memutuskan untuk menjalankan misi yang sudah mereka jalankan sejauh ini sampai akhir, meski itu berurusan langsung dengan komandan kepolisian. Tapi satu pertanyaannya, bisakah mereka malakukan itu semua?

*****

Malam ini mereka kembali mengalami teror seperti biasanya. Suara ketukan pintu yang terdengar kian mengeras seakan ingin mendobrak paksa pintu itu. Mereka juga sering menerima surat-surat ancaman yang biasanya mereka temukan dilaci meja belajar atau di dalam loker mereka. Apakah mereka takut? Jawabannya adalah tidak. Mereka tidak takut apapun. Teror yang mereka terima selama ini tidak mereka ambil pusing dan bersikap seperti biasa. Mereka hanya fokus dengan misi mereka, hingga teror yang mereka terima tidak mereka perdulikan.

kembali lagi ke waktu sekarang, kini mereka sedang ketakutan. Pasalnya, setelah mereka menyelesaikan menonton rekaman itu tiba-tiba suara ketukan pintu yang cukup keras terdengar dari luar.

"Hari ini tanggal 15 kan?" Tanya Min Gi

"Iya, dan itu sudah waktunya." Sahut Tae Oh

"Waktu apa?" Tanya Hyuna tidak mengerti

"Kita pernah nemuin sebuah surat di dalam loker dan di sana tertuliskan kalimat bersiaplah saat tanggal 15 nanti karena mailakat maut akan segera menjemputmu. Surat yang kami terima, kalimatnya sama seperti itu." Sahut Yoon Jae

"Itu artinya kalian harus pergi dari sini sebelum dia berhasil mendobrak pintu itu dan kalian semua mati." Peringat Jiwon

"Jiwon mengatakan kalau kita harus segera pergi dari sini sebelum dia berhasil mendobrak pintu itu dan kita semua mati." Sahut Jung In

"Bagaimana caranya kita bisa keluar dari sini sementara Apartement kita letaknya di lantai 2?" Tanya In Seok yang sedikit panik karena dia tidak mau mati muda

"Kalau begitu kita loncat aja." Sahut Tae Oh

Tae Oh langsung mendapatkan geplakan didahinya dari Jin Gu.

"Kamu mau kita mati, hah?!" Kesal Jin Gu dengan ide Tae Oh yang menurutnya gila

Tae Oh mengusap dahinya yang memerah akibat geplakan dari Jin Gu. "Aish...ini sakit." Keluh Tae Oh

"Makanya kalaunya mau ngasih ide itu yang bener." Sahut Min Gi

"Iya...iya... maaf." Sahut Tae Oh

Suara dari arah pintu itu terdengar semakin keras, tanda orang yang berada di depan sedang mencoba untuk mendobrak pintu Apartement mereka.

Mereka semakin panik mendengarnya. "Kita harus bagaimana sekarang?" Tanya Jung In yang mulai panik

"Aku tadi mencoba menghubungi Jun Myeon dan meminta bantuan sama mereka. Katanya mereka akan datang dalam 15 menit. Jadi selagi menunggu mereka datang, kita bersembunyi dulu. Karena kita tidak mungkin keluar loncat dari lantai Apartement kita." Sahut Joon Oh

"Terus? Sekarang kita sembunyi dimana? Kalau dikamar pasti bakal cepat ketahuan." Sahut In Seok

"Ya jangan dikamar. Sekarang kita pikirkan tempat lain selain kamar untuk bersembunyi." Ucap Joon Oh

"Kalau digudang bagaimana kak?" Tanya Hwang Bin

"Jangan digudang ataupun kamar mandi." Sahut Joon Oh

"Terus dimana?" Tanya Jin Gu

"Tidak ada tempat lain selain gudang. Ayo kita ke sana. Aku punya ide agar saat pembunuh itu menuju gudang, dia tidak akan menemukan kita." Sahut Tae Oh

"Kamu yakin, Tae?" Tanya Jung In

"Iya, aku yakin. Ayo. Keburu pintu itu berhasil dia dobrak." Sahut Tae Oh

Mereka semua mengikuti langkah Tae Oh menuju gudang. Di sana tersusun banyak sekali kardus baik itu yang berukuran besar, sedang maupun kecil juga ada dua buah lemari.

"Sebagian ada yang masuk ke dalam kardus itu dan sebagian lainnya di dalam lemari." Ucap Tae Oh

"Bagaimana kalau kita ketahuan?" Tanya Jung In

"Tenang saat kalian masuk ke dalam kardus, aku akan melakban kardus itu. Saat keadaan aman kita akan buka lagi kerdus itu. kalian tidak perlu takut kehabisan oksigen di dalam, kalian tinggal lubangi kardus itu. Sahut TaeOh

"Aku rasa ide Tae Oh boleh juga. Karena sebentar lagi bantuan akan datang, jadi kalian tidak perlu takut masuk ke dalam kardus." Sahut Joon Oh

Braakkk!!

Suara pintu depan terdengar keras yang artinya pintu itu berhasil didobrak. Mereka semua membulatkan mata mereka saat mendengar suara pintu yang berhasil terdobrak itu. Lima junior mereka dengan cepat memasuki satu kardus dengan ukuran besar hingga mampu menampung mereka semua. Joon Oh dengan cepat melakban kerdus itu dengan rapi agar tidak menimbulkan kecurigaan. Sementara mereka berdelapan segera memisah menjadi dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari empat orang. Mereka semua memasuki lemari itu dan mengunci lemari itu dari dalam.

Sementara itu, sang pembunuh mulai kesal karena dia tidak menemukan sekelompok pemuda itu dimana-mana. Hanya ada satu ruangan yang belum dia periksa yaitu gudang. Dia segera pergi menuju gudang dan terkunci. Dia mendobrak pintu gudang. Semuanya tampak gelap. Dia melangkah secara perlahan menuju gudang itu. Mereka yang sedang bersembunyi berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun.

Pembunuh itu mulai mencari bekeradaan sekelompok pemuda itu, tapi nihil. Dia tidak menemukan siapapun di gudang itu. Saat dia berbalik, dia melihat sembilan orang pemuda sedang berdiri di belakangnya.

"Sedang mencari sesuatu tuan?" Tanya Dae Hyun sinis

"Apa yang dilakukan seorang komandan kepolisian yang terhormat seperti anda di tempat ini dengan membawa pisau itu? Apakah anda ingin membunuh seseorang di sini?" Tanya Chan Bin dengan nada sinis dan juga smirk di bibirnya

Iya, mereka semua sudah tahu semuanya. Mereka mendengarnya langsung dari Richard. Dia menceritakan semuanya sejak awal bertemu dengan sosok bayangan hitam besar itu sampai sekarang dia yang terus diperalat oleh sosok bayangan hitam besar itu yang tak lain adalah adik dari komandan kepolisian yang memiliki dendam terhadap sekolah Kyunghee.

Dia terpaksa menurutinya karena jika tidak keluarganya yang akan mati. Tentunya Richard tidak mau itu semua terjadi. Jadi dia lebih memilih untuk menuruti bayangan hitam dan komandan kepolisian itu.

"Sebaiknya kalian jangan ikut campur dan segera pergi dari sini sebelum kalian saya bunuh." Ancamnya

"Bagaimana saya tidak ikut campur sementara anda memperalat tubuh adik saya untuk melakukan pembunuhan? Bukan kami yang akan mati di sini tapi anda lah yang akan mati." Sahut Chan Bin dingin dan matanya menatap tajam komandan kepolisian itu yang sekarang memakai pakaian serba hitam juga penutup kepala tapi bagaimanapun penampilannya mereka tetap bisa mengenali kalau itu adalah komandan kepolisian Han Tae Won

"Kalau kalian membunuh saya, kalian akan dipenjara." Ancamnya lagi

"Tidak masalah. Terpenting polisi sampah seperti anda musnah dari bumi ini." Sahut Yi Xing

Pembunuh itu mengepalkan dua tangannya dan bersiap untuk membunuh Yi Xing tapi berhenti saat mendengar suara sirine. Dia tahu itu adalah suara sirine mobil polisi. Dia menerobos sekumpulan pemuda itu lalu berlari keluar Apartment ini sebelum dia ketahuan.

"Kalian ada yang manggil polisi?" Tanya Jun Myeon bingung

Mereka semua saling lempar pandang dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada. Menghubungi pihak polisi saja tidak sempat karena terburu-buru ke sini." Sahut Baek Ho

Suara pintu lemari yang terkunci terbuka dan keluarlah tujuh orang pemuda ditambah satu orang perempuan dari dalam lemari yang berbeda.

"Cuma kalian?" Tanya Jun Myeon

"Tidak, yang lainnya bersembunyi di dalam kardus." Sahut Joon Oh dan segera menuju kotak kardus lalu membuka lakban dengan tangannya dan keluarlah lima orang pemuda dari dalam kotak kardus itu.

"Huaahhh... kalian lama sekali membukanya. Kita hampir kehabisan nafas tahu. Udara yang masuk lewat lubang kecil itu tidak cukup untuk kita berlima. Untung saja diponsel Andrew ada bunyi sirine mobil polisi. Jadinya sekarang kita aman, Hehehe." Sahut Hyun Gi

"Pinter juga kalian." Sahut Min Gi

"Iya, dong." Bangga Beom Gi

"Kita bicara diluar aja, yuk." Ajak Jin Gu

"Ayo." Sahut In Seok

Mereka segera meninggalkan gudang dan menuju ruang tamu. Kini mereka semua berkumpul di ruang tamu.

"Bagaimana kalian tahu kalau itu adalah Komandan polisi Han?" Tanya Joon Oh

"Richard yang cerita semuanya ke kita. Kita semua memaksanya menceritakan semuanya pada kita." Sahut Chan Bin

"Apa dia juga cerita kalau tubuhnya akan diambil alih oleh sosok bayangan hitam yang selama ini menggunakan tubuhnya untuk membunuh?" Tanya Joon Oh

Mata Chan Bin membulat lalu menggeleng. "Tidak. Dia tidak bilang begitu. Mungkin dia tidak tahu. Sekarang apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau dia kenapa-napa." Sahut Chan Bin panik

"Sebaiknya kita ke rumah kamu sekarang sebelum terlambat. Ayo!" Seru Yoon Jae

Mereka semua berlari keluar dari Apartement itu.

"Sebentar, kak." Ucap Hwang Bin

"Ada apa?" Tanya Jin Gu

"Kita membutuhkan alat-alat pemburu hantu sekarang karena kita akan menangkap sosok bayangan hitam itu. Aku akan mengambilnya dulu dikamarku." Sahut Hwang Bin

"Cepatlah dan bawa alat itu dengan lengkap." Sahut Joon Oh

"Ayo, Bin. Aku akan membantumu." Sahut Daniel

Mereka berdua memasuki Apartement mereka dan segera menuju kamar Hwang Bin untuk mengambil alat-alat pemburu hantu. Mereka yakin saat ini sosok bayangan hitam itu sedang berada di rumah Chan Bin. Jadi sekalian aja mereka menangkap sosok bayangan hitam itu.

Setelah menemukan alat-alatnya, mereka segera keluar dan menghampiri kakak-kakak mereka. Mereka berlari menuju lift dan langsung berlari menuju mobil Jun Myeon.

Hari ini mereka mengalami hal yang nyaris membuat mereka kehilangan nyawa mereka. Tapi untung saja mereka memiliki teman-teman yang selalu siap membantu mereka ketika dibutuhkan. Mereka juga bertekad akan menangkap bayangan hitam besar itu malam ini juga dengan peralatan pemburu hantu milik kakek Hwang Bin yang pernah mereka gunakan untuk menangkap lima hantu anak kecil dan hantu Jiyeon dulunya. Tatpi apakah mereka akan berhasil menangkap sosok bayangan hita besar dengan mata mereka itu malam ini?

bersambung...