Chereads / Ghost Hunter: The Blood and River / Chapter 33 - Cerita Masa Lalu

Chapter 33 - Cerita Masa Lalu

Kini mereka sudah tiba di kediaman keluarga Park. Mereka kaget setelah mendengar kabar dari kakak Chan Bin yang baru saja tiba bersama suaminya dua jam yang lalu dan mendapati Richard yang tidak ada di kamarnya. Mereka langsung mencari Richard dengan mobil milik Jun Myeon.

"Aku yakin bayangan hitam itu yang sudah membawa Richard." Ucap In Seok

"Aku takut kalau tubuh kak Richard sudah diambil alih oleh bayangan hitam itu." Ucap Beom Gi

"Semoga saja belum." Sahut Baek Ho

"Tapi memangnya kamu tahu kemana kita harus pergi?" Tanya Se Joon

"Sepertinya aku tahu kemana bayangan hitam itu membawa Richard pergi." Sahut Jun Myeon

"Kemana?" Tanya Joon Oh

Jun Myeon tidak menjawab pertanyaan Joon Oh. Hal itu tentu saja membuat tanda tanya besar pada yang lainnya.

Sementara itu, Jun Myeon terus melajukan mobilnya dan menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah bercat putih dengan gerbang kayu yang tinggi.

"Rumah siapa ini?" Tanya Jin Gu

"Rumah komandan kepolisian Han Tae Won." Sahut Jun Myeon

"Bagaimana kamu tahu alamat rumahnya?" Tanya Min Gi

"Mudah bagiku mencari informasi. Mata-mataku banyak." Sahut Jun Myeon mengindikkan bahunya acuh

Mereka melihat rumah besar yang ada di depan mereka. Perlahan tangan mereka membuka gerbang kayu itu yang ternyata tidak dikunci. Mereka memasuki halaman rumah itu dan meneliti disekitar halaman rumah itu. Hwang Bin melihat kesebuah alat yang bisa mendeteksi keberadaan hantu alat itu bergerak-gerak dan mulai menunjukkan arah pada mereka. Mereka pun mulai berjalan sesuai petunjuk alat itu. Alat itu membawa mereka berjalan menuju halaman belakang rumah itu. Belum sampai ke sana, mereka melihat komandan polisi Han sudah ada di sana dan saat ini sedang bersama dengan Richard. Mereka yang melihatnya langsung bersembunyi dibalik tembok.

Bagi orang biasa, di sana hanyalah terdapat dua orang. Tapi bagi orang yang memiliki kelebihan yang istimewa, mereka tahu kalau saat ini bukan hanya dia orang tapi tiga orang. Terdapat sosok lain yang berdiri di samping Richard. Sosok itu memegangi tangan Richard.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanya Jung In sambil berbisik

"Aku akan mendekati mereka perlahan lalu menembak bayangan hitam itu dengan pistol khusus ini." Ucap Yoon Jae

"Aku akan membantu membuka tutup botol ini agar bayangan hitam itu bisa masuk terserap ke dalamnya." Sahut Jung In

"Baiklah. Hati-hati kalian berdua." Sahut Joon Oh

Yoon Jae dan Jung In mulai melangkah secara perlahan agar tidak menibulkan suara apapun. Ketika bayangan hitam itu mulai menatap kearah mereka, mereka langsung bersembunyi dibalik pohon besar.

"Ada apa?"

"Ada orang yang masuk ke sini."

Tae Won pun langsung membalikkan tubuhnya dan mencari orang yang dimaksud adiknya. Mereka yang bersembunyi dibalik tembok, segera mencari tempat persembunyian yang aman agar tidak diketahui.

Bayangan hitam yang semula berdiri di samping Richard mulai menghilang dan berdiri di depan Yoon Jae dan Jung In.

"Kalian ketahuan."

Yoon Jae memasang senyum mengejeknya. "Bukan kami yang ketahuan, tapi kau yang mempermudah kami."

Yoon Jae langsung mengeluarkan sebuah pistol khusus untuk menangkap hantu. Dia mengarahkan pistol itu kearah bayangan hitam itu dan menembakkannya hingga bayangan hitam itu terlilit tali gaib. Jung In membuka tutup botolnya dan secara otomatis bayangan itu ikut tersedot ke dalam botol itu. Sosok bayangan itu terus meronta dan berteriak minta di lepaskan.

Setelah berhasil menangkap sosok bayangan hitam itu, Jung In memasukkan botol itu ke dalam sebuah kantong hitam dan mengikatnya. Yoon Jae juga menyembunyikan pistolnya. Mereka sangat berhati-hati untuk keluar dari persembunyiannya.

Tae Won yang tidak menemukan siapapun di balik tembok itu, mulai mencari orang itu dibalik semak-semak. Yoon Jae dan Jung In yang melihat Tae Won mulai mendekat, segera beranjak dari tempatnya lalu berjalan cepat tanpa suara kearah Richard. Dia menarik Richard lalu berlari kearah sisi kanan yang ternyata ada teman-temannya.

"Sebaiknya kita pergi dari sini." Ucap Joon Oh

Mereka berbalik arah untuk kembali. Mereka sangat berhati-hati untuk keluar dari rumah itu. Ketika sampai di depan pintu gerbang, mereka mendengar suara teriakan dari arah belakang yang mereka yakini itu teriakan Tae Won. Mereka segera berlari keluar dari rumah itu lalu menuju mobilnya dan memutar arah. Jun Myeon melajukan mobilnya dengan kecepatan sangat cepat. Sesekali dia juga melihat kearah spion dan melihat ada sebuah mobil berwarna merah sedang mengikuti mereka.

"Sepertinya kita diikuti." Ucap Daniel

"Itu pasti mobil komandan polisi Han." Sahut Hyun Gi

"Terus kita harus bagaimana sekarang?" Tanya Andrew

"Kita juga tidak tahu. Kita serahkan saja semuanya pada Jun Myeon, semoga dia bisa mengecoh Tae Won dan kita lolos dari kejarannya." Sahut Se Joon

Jun Myeon terus melajukan mobilnya, bahkan dia menambah laju mobilnya. Dia memutar stirnya berbelok arah dengan cepat.

Sementara itu, Tae Won terus mengikuti mobil hitam di depannya. Ketika mobil itu berbelok kearah kiri, dia juga ikut berbelok. Tapi ketika dia melihat melihat ada dua beloknya, dia bingung sendiri hingga menghentikan laju mobilnya.

"Shit!" Umpatnya sambil memukul stirnya

Dia kesal sendiri karena kehilangan jejak mobil hitam yang sudah membawa Richard yang seharusnya malam ini rohnya sudah keluar dari tubuhnya dan berganti jadi roh adiknya.

"Seharusnya dulu-dulu aku langsung bunuh saja mereka semua tanpa harus meneror mereka. Sialan!" Kesalnya

"Aaarrrrggghhhh!!! Aku benar-benar bodoh! Aku kira mereka takut dengan terorku dan mempermudahku dalam membunuh mereka! Tapi nyatanya mereka tidak takut sama sekali. Malah sekarang mereka mengacaukan semua rencanaku!" Kesalnya lagi

Dia kembali menjalankan mobilnya kembali dan memilih jalur kanan. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk menemukan mobil hitam yang sudah mengacaukan semuanya.

Sementara itu, mereka yang berada di dalam mobil hitam langsung menghembuskan nafasnya legah. Mobil mereka tidak diikuti lagi.

"Sekarang kita harus kembali." Sahut Dae Hyun

"Kamu tahu kan jalan untuk pulang?" Tanya Jong Min

Jun Myeon hanya menunjukkan cengirannya. "Aku tidak tahu."

"Bodoh. Aku kira saat kamu belok-belok arah tahu jalannya." Umpat Baek Ho

"Aku belok-belok arah untuk menghindari mobil merah itu doang. Jadinya aku tidak tahu jalan sekitar sini." Sahut Jun Myeon yang cengengesan

"Bodoh banget sumpah kamu, Myeon." Umpat Jin Gu yang kesal sendiri mendengar jawab Jun Myeon

Jun Myeon menghentikan mobilnya di tengah jalan yang di sisi kiri dan kanannya terdapat pohon yang lebat. Mereka mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi siapapun yang bisa menolong mereka. Malam juga sudah semakin larut dan suara burung hantu mulai terdengar juga suara jangkrik di jalan yang sepi ini.

Sementara mereka sibuk menelepon teman-teman mereka, Beom Gi dan Andrew yang duduk dibagian belakang mobil bertugas menjaga Richard yang sedari tadi pingsan menepuk-nepuk pipinya. Secara perlahan Richard sadar dan mulai membuka matanya.

"Kakak sudah sadar?" Tanya Beom Gi

"Aku dimana?" Tanya Richard saat bangun dari tidurnya

"Kita juga tidak tahu ini dimana. Kak Jun Myeon menjalankan mobilnya berbelok-belok tanpa arah dan sampailah kita di sini." Sahut Andrew

"Jadi maksudnya kita tersesat?" Tanya Richard dengan membulatkan matanya

"Sepertinya begitu, kak." Sahut Beom Gi

"Oh iya, aku kenapa sampai pingsan?" Tanya Richard

"Kakak tadi dalam pengaruh sosok bayangan hitam. Dia berniat untuk masuk kedalam tubuh hyung untuk mengeluarkan roh kakak dan menungkarnya dengan rohnya. Dengan begitu dia bisa hidup bersama lagi dengan kakaknya." Sahut Beom Gi

"Emang kakak tidak ingat apapun?" Tanya Andrew

"Aku ingatnya bayangan hitam itu datang lagi kekamarku lalu memaksaku untuk menuruti perintahnya. Setelah itu semuanya terasa gelap buatku." Jawab Richard

"Kalau boleh Andrew tahu, kak Richard kenal sosok bayangan hitam itu kapan?" Tanya Andrew penasaran

"Dia pernah menolongku dari hantu jahat yang ingin membunuhku. Sebagai bayarannya, aku harus nurutin semua omongan dia. Kalau tidak keluargaku yang akan mati." Ucap Richard

Sementara yang lainnya masih berusaha menghubungi seseorang. Tapi rasanya percuma, karena sinyalnya tidak ada. Mereka keluar mobil satu persatu. Mereka hanya berharap kalau ada motor atau mobil yang lewat hingga mereka bisa meminta tolong. Tapi rasanya mustahil, karena jalanan di sana sangat sepi. Tidak ada satupun yang lewat di jalan ini.

Mereka terus mengedarkan pandangannya kesekitar. Sampai mata mereka melihat sesuatu yang melintas dengan cepat di depan mereka. Dengan langkah yang terburu-buru mereka memasuki mobil. Belum sampai di situ, saat di dalam mobil pun mereka melihat dikaca jendela mobil ada sesuatu yang melayang dan terbang diantara pepohonan. Mata mereka juga makin membulat saat mereka melihat sesosok perempuan bergaun putih panjang dengan rambut panjang sepinggang yang terurai ke depan sedang duduk di atas pohon. Sosok perempuan yang duduk dipohon itu tiba-tiba terbang kearah mereka.

Mereka semau terkejut dan langsung menutup mata. Saat mereka membuka mata, ternyata tidak ada siapapun.

"Sepertinya kita akan bermalam di sini dulu." Ucap Joon Oh

"Aku setuju. Kalau terjadi sesuatu bisa bahaya." Sahut Min Hoo

"Kamu, Hyuna. Mending tidur aja. Kalian berlima juga tidur. Kamu juga, Chard." Ucap Chan Bin pada Hyuna dan lima adik kelas mereka juga Richard

"Kalian bagaimana?" Tanya Hyuna

"Kita akan berjaga kalau terjadi sesuatu atau melihat ada mobil yang lewat." Sahut Baek Ho

"Baiklah." Sahut Hyuna dan mulai mengambil posisi yang nyaman untuk tidur begitu juga Hwang Bin, Daniel, Hyun Gi, Beom Gi, dan Andrew juga Richard yang kembali tertidur

"Maafin aku yah. Ini semua salahku." Sesal Jun Myeon

"Kamu tidak perlu minta maaf. Kamu tidak salah. Kamu berbelok-belok juga demi menyelamatkan kita." Sahut In Seok

"In Seok benar, kamu tidak perlu minta maaf." Sahut Jin Gu dan Jun Myeon hanya tersenyum

Mereka semua mulai berjaga dan melihat kesekitar. Yi Xing yang duduk di samping Jun Myeon menyalakan musik agar suasana tidak terlalu sunyi. Lalu tiba-tiba saja musik yang Yi Xing nyalakan langsung mati begitu saja dan tidak mau menyala lagi. Suasana kembali sunyi dan mencekam.

"Daripada suanana sunyi kayak dikuburan, mending kita cerita-cerita aja. Gimana?" Usul Jong Min

"Cerita apa?" Tanya Baek Ho

"Cerita tentang masa kecil kita kek atau apa kek terserah yang penting suasananya tidak sesunyi ini. Serem tahu." Sahut Jong Min yang merinding saat suasana kembali sunyi

"Boleh tuh. Dimulai dari Jun Myeon dulu." Sahut Min Gi

"Cerita apa yah? Oh iya, dulu saat umurku 10 tahun rencananya aku ingin liburan ke Belanda. Aku dan orangtuaku sudah siap berangkat. Segala hal sudah kita bawa. Saat itu aku juga sangat semangat buat pergi liburan. Ketika hampir sampai ke bandara, papaku terpaksa putar balik karena urusan pekerjaan. Saat itu aku menangis dan mamakuberusaha buat menenangkanku. Papa mengantar aku dan mama kembali kerumah, sementara papa langsung menuju kantor. Liburan menyenangkan yang selama ini aku bayangkan lenyap. Aku sempat kecewa bahkan marah sama papaku. Tapi lama-kelamaan aku mulai bersyukur karena tidak jadi pergi dan batal marah sama papaku." Ucap Jun Myeon

"Apa yang membuatmu bersyukur tidak jadi pergi?" Tanya Yoon Jae penasaran

"Itu karena aku dan mamaku melihat siaran berita di televisi. Berita itu menanyangkan pesawat yang akan aku tumpangi ternyata terjatuh hingga menabrak gunung. Semua penumpangnya ada yang mati dan menghilang. Andai aja waktu itu aku jadi pergi mungkin aku tidak akan ada di sini sama kalian." Sahut Jun Myeon

"Aku pernah melihat berita itu waktu kecil dan itu benar-benar membuatku merinding. Aku jadi kasian sama penumpang pesawat itu." Sahut Jung In

"Aku juga melihatnya. Korbannya juga sangat banyak." Sahut In Seok

"Benar-benar beruntung kamu, Jun. Mungkin Tuhan masih sayang sama kamu. Makanya dia menyelamatkan kamu dan keluargamu." Sahut Baek Ho

"Iya. Aku selalu bersyukur akan hal itu." Sahut Jun Myeon

"Siapa selanjutnya?" Tanya Jong Min

"Yi Xing." Sahut Joon Oh

"Mungkin sebagian dari kalian ada yang tahu aku dari China. Aku pindah ke sini saat umur 11 tahun. Saat aku berumur 7 tahun dan masih tinggal di China, aku pernah di culik. Aku di siksa bahkan aku tidak diberi makan dan minum. Karena aku masih kecil waktu itu, aku hanya bisa menangis dan memangil nama orangtuaku. Seminggu lamanya mereka menyekapku di dalam sebuah gudang yang minim pencahayaan tanpa makan dan minum bahkan kadang aku di siksa. aku merasa waktu aku hidup itu tidak akan lama lagi." Ucap Yi Xing

"Tapi bantuan datang saat aku hampir sekarat. Papaku menyelamatkanku dan mengorbankan nyawanya untukku. Papaku dihajar dan dibunuh di depan mataku sendiri. Aku waktu itu hanya bisa menangis dan terus memanggil papaku. Tidak lama setelah itu polisi datang dan menyelamatkanku. Mamaku yang tahu kalau papa sudah meninggal hanya bisa menangis dan aku juga jadi merasa bersalah." Lanjut Yi Xing

"Aku tidak mau keluar kamar. Aku hanya keluar saat berangkat sekolah dan pulang sekolah aku mengurung diri lagi di dalam kamar, aku juga keluar kamar kalau merasa lapar saja. Aku benar-benar merasa bersalah. Papaku meninggal karena aku. karena menyelamatkanku. Andai saja waktu itu papaku tidak datang mungkin papaku sekarang masih hidup. Hal itu terus berlangsung sampai umurku 10 tahun. Karena aku terus seperti itu, mama akhirnya memutuskan untuk pindah ke Korea dan memulai hidup baru tanpa papa satu tahun berikutnya. Mama juga terus meyakinku kalau itu bukan salahku dan aku harus menjalankan hidupku sebagaimana mestinya. Aku pun setuju dan memulai hidup baru bersama mama." Cerita Yi Xing panjang Lebar

Mereka semua menitikkan airmatanya ketika mendengar cerita Yi Xing.

"Kamu tahu kenapa kamu di culik?" Tanya Joon Oh

"Aku baru saat aku pindah ke sini. Katanya yang menculikku itu saingan perusahaan papa. Dia menculikku dan bunuh papa karena dendam pelanggan setianya berbelok ke perusahaan papa dan malah menjadi pelanggan setia perusahaan papa. Perusahaannya waktu itu hampir bangkrut karena kalah bersaing dengan perusahaan papaku. Jadilah dia menculikku buat memancing papaku untuk datang ke gedung itu lalu membunuhnya." Jawab Yi Xing

"Benar-benar tidak punya hati tuh orang." Sahut Tae Oh

"Terus bagimana kabar yang menculikmu dan bunuh papamu?" Tanya Jung In

"Dia mati bunuh diri ketimbang harus di penjara." Jawab Yi Xing

"Benar-benar pengecut banget tuh orang." Sahut Se Joon

"Bunuh orang mampu tapi bertanggung jawab tidak mampu dan malah bunuh diri. Itu namanya bukan pengecut lagi, tapi bego tingkat kuadrat." Sahut Jong Min

"Sekarang giliran siapa?" Baek Ho

"Joon Oh yang cerita." Sahut Dae Hyun

"Kita ceritanya sesuai posisi duduk aja ya." Saran Min Hoo

"Okelah kalau begitu. Sekarang giliranku berarti?" Tanya Joon Oh

"Iya. Buruan cerita.aku penasaran sama ceritamu." Sahut Jun Myeon

"Dulu aku adalah laki-laki yang culun. Saat sekolah dasar sampai JHS, aku selalu mengenakan kacamata bulat besar dan buku tebal yang selalu aku bawa kemana-mana. Istilahnya aku seorang kutu buku lah yah. Aku selalu dibully setiap harinya. Mereka tak segan-segan memukuliku sampai babak belur atau pingsan. Ketika pulang kerumah, aku tidak cerita apapun sama orangtuaku. Ketika mereka bertanya apa yang terjadi sama aku, aku hanya menjawab kalau aku baik-baik saja." Ucap Joon Oh

"Mereka juga selalu mengataiku laki-laki jelek. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Aku benar-benar tidak memiliki keberanian melawan anak-anak orang kaya seperti mereka. Kalau aku mewalan, aku akan kehilangan beasiswaku. Jadinya aku hanya tetap diam dan membiarkan mereka membullyku sesuka hati mereka. Hal itu terus berlangsung saat gue kelas 3 JHS dan lulus. Setelah lulus, orangtuaku memberikan sejumlah uang yang banyak untuk aku pergi ke Seoul agar mendaftar di sekolah yang aku inginkan." Lanjut Joon Oh

"Awalnya aku bingung, dimana mereka mendapatkan uang itu tapi mereka menjawab kalau papaku naik jabatan dan gaji papa lebih besar dari biasanya. Aku hanya bisa bersyukur. Aku pun pergi ke Seoul dan mendaftar di Kyunghee High School. Ternyata aku diterima dengan beasiswa penuh. Aku pulang dan memberitahukan kabar baik itu sama orangtuaku." Lanjut Joon Oh lagi

"Mereka membantuku merubah penampilan agar tidak culun lagi dan tidak di bully. Awal masuk aku tidak percaya diri dengan penampilan baruku, aku takut dibully lagi. Tapi apa yang aku takutkan tidak terjadi. Awalnya aku pikir sekolah ini ada golongan kaya dan miskin tapi ternyata salah, semuanya berbaur jadi satu dan berteman." Joon Oh mengakhiri ceritanya

"Kenapa kamu tidak pernah cerita sama orangtuamu kalau di bully?" Tanya Baek Ho

"Kamu bilang orangtuamu memintamu buat mendaftar sekolah di Seoul, apa sebenarnya mereka tahu kamu selama ini di bully?" Tanya Jun Myeon

"Apa orangtuamu tidak curiga ketika kamu pulang dalam keadaan babak belur?" Tanya Jong Min

"Kenapa kamu tidak lapor aja ke kepala sekolah kalau kamu di bully? Bukannya membiarkan mereka terus membullymu?" Tanya Jin Gu

Joon Oh hanya terkekeh mendengar pertanyaan dari teman-temannya. "Kalian membuatku bingung mau jawab yang mana duluan." Sahut Joon OH

"Terserah kamu mau jawab yang mana duluan. Buruan, aku juga penasaran." Desak Yoon Jae

"Baiklah. Baiklah. Aku akan menjawab. Untuk pertanyaan Baek Ho, Alasan aku tidak cerita sama orangtuaku, karena aku tidak mau membuat mereka sedih dan juga menambah beban mereka dengan pindah sekolah. Ekonomi keluargaku waktu tidak sebaik sekarang, jadi aku memutuskan untuk diam." Jawab Joon Oh

"Kalau orangtuaku tahu aku dibully, mereka pasti akan sedih dan berusaha untuk memindahkanku sekolah. Orangtua mana yang tega melihat anaknya menderita di sekolahnya? Tidak ada. Pasti semua orangtua akan memikirkan cara untuk memindahkan anaknya sekolah agar tidak dibully lagi. Untuk pertanyaan Jun Myeon, aku tidak tahu apakah mereka tahu kalau aku dibully atau tidak karena saat itu mereka hanya menyerahkan uang itu sama aku. Untuk pertanyaan Jong Min, mungkin orangtuaku curiga tapi mereka tidak menanyakan lebih lanjut ketika aku menjawab baik-baik aja." Lanjut Joon Oh

"Sebelum orangtuaku memberikan uang yang banyak untukku, aku pernah melihat orangtuaku bicara sama sahabat baikku. Mungkin dari sana mereka tahu kalau aku selalu dibully. Dan untuk pertanyaan Jin Gu, aku tidak berani melapor ke kepala sekolah karena aku takut. Aku takut beasiswaku dicabut dan aku takut jika mereka memutar balikkan fakta dan berakhir aku tidak bisa sekolah. Aku tidak mau hal itu terjadi." Lanjut Joon Oh lagi

"Kamu bilang kamu punya sahabat baik? Kalau pun memang dia yang cerita sama orangtuamu, kenapa dia tidak cerita dari dulu sama orangtuamu kalau kamu dibully?" Tanya In Seok

"Itu karena aku yang meminta dia buat tidak bicara apapun sama orangtuaku. Saat aku melihat orangtuaku bicara sama dia dari jendela kamarku, aku melihat dia seperti dipaksa orangtuaku buat bicara." Sahut Joon Oh

"Sekarang kamu tidak perlu takut lagi dibully, karena tidak ada yang akan membullymu. Kalau pun kamu dibully lagi, kita akan membantumu." Sahut Jung In dan Joon Oh hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya

"Sekarang giliran Min Gi kan yang cerita?" Sahut Kyung Ji

"Iya. Buruan, Min. Cerita." Sahut Jin Gu

"Baiklah. Dulu aku anak broken home. Orangtuaku bercerai saat aku masih kecil. Mereka bahkan bertengkar setiap hari depan mataku. Bahkan terkadang aku juga kena imbas dari pertengkaran merela. Entah itu dipukul ayah atau mamaku. Semakin aku berteriak kesakitan, mereka malah semakin memukulku." Cerita Min Gi

"Semua badanku hampir mati rasa ketika mendapat pukulan itu dari orangtuaku. Sampai titik dimana mereka bercerai, mereka membuangku kejalanan karena salah satu di antara mereka tidak ada yang mau mengasuhku. Dijalanan aku kelaparan dan tidak memiliki tempat tujuan. Setelah tiga hari aku hidup dijalanan tanpa tujuan, aku bertemu dengan orangtua yang mengangkatku anak sekarang." Lanjut Min Gi

"Mereka memberikan kasih sayang yang sempat terputus karena pertengkaran orangtuaku dan percerain mereka. Mereka memberikan apapun yang aku mau. Sampai sekarang, aku bahagia hidup bersama orangtua angkatku. Kadang aku bertanya kenapa orangtua angkatku lebih menyayangiku daripada orangtua kandungku sendiri. Tapi sekarang tidak masalah lagi. Aku tidak pernah lagi mempertanyakannya. Aku sayang mereka seperti mereka sayang sama aku dan menganggapku anak kandung mereka." Min Gi Mengakhiri ceritanya

"Apa kamu ingat kapan pertama kali mereka bertengkar?" Tanya Min Hoo

"Tutup mulut dulu kalian! Biarin Min Gi jawab dulu baru kalian bertanya!" Ucap Kyung Ji menatap tajam teman-temannya saat melihat gelagat dari teman-temannya yang ingin mengeluarkan pertanyaan mereka dan yang lainnya hanya mengangguk pasrah

"Saat umurku 7 tahun. Awalnya keluargaku baik-baik aja tapi saat umurku menginjak 7 tahun, semuanya berubah." Jawab Min Gi

"Apa kamu tahu alasan orangtuamu bertengkar?" Tanya Tae Oh

"Yang aku ingat saat umurku 7 tahun itu, ak sering melihat ayahku pulang dalam keadaan mabuk bahkan membawa perempuan yang tidak aku kenal masuk ke dalam rumah. Begitu juga mama, aku jarang melihatnya di rumah dan saat pulang dia membawa laki-laki yang juga tidak aku kenal ke rumah. Hal itu terus berlangsung saat umurku 8 tahun. Saat itulah puncak pertengkaran dan perceraian mereka." Jawab Min Gi

"Aku yakin pasti ada alasan kenapa ayah dan mamamu melakukan itu. Sebelum semua itu terjadi, apa kamu ingat kenapa mereka berubah?" Tanya Jong Min

"Aku tidak tahu apapun. Mereka berubah tiba-tiba saja saat umurku 7 tahun dan bercerai saat umurku 8 tahun. Aku juga selalu penasaran apa yang terjadi sama kedua orangtua kandungku. Tapi aku lebih memilih untuk tidak peduli dan melupakan semuanya. Aku sudah mendapatkan kasih sayang, perhatian, serta cinta yang begitu banyak dari orang tua angkatku. Kenapa juga aku harus memikirkan orangtua kandungku yang bahkan membuangku kejalanan? Mungkin itu terdengar kejam ditelinga kalian, tapi serius aku sudah tidak peduli lagi sama orangtua kandungku. Aku hanya fokus untuk membahagiakan orangtua angkatku." Sahut Min Gi

"Aku tidak berpikir itu kejam, tapi memang kamu tidak boleh lagi memikirkan apa yang terjadi di masa lalu. Cukup kamu fokus membahagiakan orangtua angkatmu yang sudah memberikan segalanya buatmu." Sahut Jin GU

"Kamu dulu asal mana dan kapan kamu bertemu orangtua angkatmu?" Tanya Kyung Ji

"Aku asal Busan dan aku bertemu dengan orangtua angkatku juga di Busan. Setelah beberapa hari di Busan, mereka membawaku ke Seoul. Katanya pekerjaan mereka di Busan sudah selesai." Jawab Min Gi

"Terus margamu?" Tanya Baek Ho

"Orangtua angkatku dua-duanya bermarga Choi tapi aku tetap memakai marga orangtua kandungku untuk menghargai mereka yang sudah memberikan nama Park Min Gi sama aku, dan orangtua angkatku tidak masalah sama sekali." Sahut Min Gi

Tepat setelah Min Gi menyelesaikan ceritanya, tiba-tiba hujan turun dengan deras dan terdengar suara tawa seorang perempuan serta tangisan suara anak kecil. Suara itu terdengar semakin nyaring yang membuat mereka merinding mendengarnya.

"Udahlah abaikan aja. Selanjutnya Jung In." Ucap Kyung Ji untuk mengalihkan perhatian mereka dari suara-suara itu

"Aku tidak tahu mau cerita apa. Karena seumur hidup aku tidak pernah mengalami hal yang seperti kalian alami." Sahut Jung In karena sekarang memang gilirannya

"Terserah kamu mau cerita apapun juga yang penting suasananya tidak serem seperti ini. Itung-itung ngalihin perhatian kita-kita dari suara-suara yang terdengar itu." Sahut Baek Ho

"Beneran nih terserah aku mau cerita apa?" Tanya Jung In memastikan

"Iya, buruan kamu cerita." Sahut Yi Xing

bersambung...