Kini mereka semua sudah tiba dikediaman keluarga Park.
"Sepi banget rumahmu, Bin." Ucap Jin Gu
"Wajar aja sepi, orangtuaku dua-duanya di luar negeri, kakakku ikut suaminya lalu si Richard baru pulang lewat tengah malam." Sahut Chan Bin
Jin Gu menganggukkan kepalanya. Dia baru pertama kali ke rumah Chan Bin dan itu sangat besar buat ditinggali hanya dua orang.
"Kalian pilih kamar sesuka kalian deh. Aku mau masak makan malam dulu." Sahut Chan Bin
"Tidak perlu. Biar aku aja yang masak." Sahut Kyung Ji
"Aku akan bantuin Kyung Ji masak." Sahut Jin Gu
"Terserah kalianlah." Sahut Chan Bin
Lalu mereka ke ruang keluarga buat bermain game bareng. Kalau bosan bermain game, mereka bermain permaian TOD yang mana kalau memilih Dare maka harus melakukan Aegyo.
Kyung Ji dan Jin Gu yang sudah menyelesaikan acaranya masaknya segera memanggil teman-temannya untuk makan bersama.
Mereka makan bersama dengan tenang. Setelah beres makan, kini giliran Jong Min dan Se Joon yang mencuci piring.
Mereka kembali berkumpul di ruang keluarga. Mereka memutuskan untuk menonton film horror. Seluruh lampu diruangan dimatikan, katanya agar menambah kesan horror. Serta beberapa cemilan untuk menamani mereka menonton.
Mereka terus menonton film yang ditayangkan ditelevisi besar itu sampai-sampai tidak menyadari keberadaan perempuan mengenakan gaun putih panjang sampai kelantai serta rambut yang panjang sepinggang dengan mata yang seluruhnya hitam pekat yang berdiri dipojok ruangan sedang melihat kearah mereka.
Saat di film menunjukkan adagen beberapa orang pemain berada di salah satu ruangan untuk melakukan ritual pemanggilan arwah setelah itu dilanjut dengan adegan seorang pemain yang berada di dalam tenda sendirian lalu lampunya di dalam tenda itu langsung mati setelah itu hidup, begitu seterusnya selama beberapa detik hingga lampu itu kembali menyala. Tapi tiba-tiba saja lampu dirumah Chan Bin juga beberapa kali mati dan hidup seperti yang mereka lihat di film. Mata mereka membulat saat melihat lampu diruangan itu beberapa kali mati dan hidup hingga akhirnya menyala kembali.
"Kaburrrr!" Teriak Dae Hyun
Mereka semua berlarian menuju kamar Chan Bin. Tanpa mematikan televisi yang masih menyala. Di dalam kamar Chan Bin, mereka semua bernafas lega dan terduduk lemas.
"Gila, kenapa kita mengalami kejadian yang sama seperti adegan di film tadi?" sahut Jong Min
"Mungkin setannya lagi iseng kali." Sahut Hyun Gi
"Iya sih iseng tapi nggak nakutin juga." Sahut Jong Min yang masih mengatur nafasnya
"Eh tadi kak Yoon Jae sama kak Baek Ho melihat ada seorang wanita yang berdiri dipojok tidak?" Tanya Beom Gi
"Aku melihatnya. Wanita itu mengenakan gaun putih panjang serta rambut panjang sepinggang dengan seluruh matanya warna hitam pekat." Sahut Baek Ho
"Aku juga melihatnya. Wanita itu hanya berdiri di pojok ruangan sambil menatap kearah kita." Sahut Yoon Jae
"Kirain cuman aku doang yang melihat wanita itu. Tapi apa yang dilakukan wanita itu dipojok ruangan yah?" Tanya Beom Gi
"Aku juga tidak tahu. Mungkin dia penjaga rumah ini." Sahut Yoon Jae
"Tapi selama aku berteman dengan Chan Bin dan nginep di sini, ini baru pertama kalinya aku melihat wanita itu." Sahut Baek Ho
"Serius kak?" Tanya Beom Gi
"Iya. Aku tidak pernah melihat hantu apapun dirumah Chan Bin sebelumnya." Sahut Baek Ho
"Kalian bahas apa sih?" Tanya Min Hoo
"Kita lagi bicarain hantu perempuan yang berdiri di pojong ruangan." Sahut Yoon Jae
"Apa yang dia lakukan di sana?" Tanya Chan Bin
Baek Ho, Yoon Jae, dan Beom Gi menggelengkan kepalanya tanda kalau mereka juga tidak tahu.
Kini jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam tapi tidak ada yang berani satu orang pun buat keluar untuk mematikan televisi atau berpindah kamar. Karena sungguh, saat ini kamar Chan Bin sangat penuh.
"Kita main gunting, batu kertas aja gimana?" Usul Min Gi
"Setuju. Siapa yang keluar duluan harus mematikan televisi di depan lalu pergi ke kamar yang sudah Chan Bin siapkan." Sahut Tae Oj
"Boleh juga tuh." Sahut Se Joo
Mereka semua berkumpul.
"Gunting. Batu. Kertas." Ucap mereka semua
Hasilnya lima orang memilih kertas lalu empat belas lainnya memilih gunting. Lima orang yang memilih kertas itu adalah Se Joon, Jong Min, Yi Xing, Joon Oh serta In Seok.
"Nah kalian berlima matikan televisinya lalu pergi ke kamar masing-masing." Sahut Kyung Ji
"Iya." Sahut mereka semua lesu
Permainan batu, gunting, kertas di lanjutkan. Sementara Chan Bin hanya memperhatikan teman-temannya yang bermain batu, gunting, kertas untuk keluar dan ke kamar yang sudah dia siapkan.
Sampai satu persatu mereka semua keluar kamar Chan Bin.
Kamar pertama di gunakan oleh Se Joon, Jong Min, Yi Xing, Joon Oh dan In Seok. Kamar kedua digunakan oleh Hyun Gi, Kyung Ji dan Dae Hyun. Kamar ketiga digunakan oleh Yoon Jae, Min Gi, Baek Ho, Beom Gi, Min Hoo, dan Hwang Bin. Kamar keempat digunakan oleh Jin Gu, Tae Oh, Daniel, Andrew dan Jun Myeon. Sebenarnya masih banyak kamar dirumah Chan Bin, tapi mereka memutuskan untuk tidur bersama ketimbang sendiri-sendiri dan yang keluar dalam permainan batu, gunting, kertas itu memilih untuk sekamar.
Mereka sudah tidur dengan nyenyak. Saat jam menunjukkan pukul 12.30 malam mereka semua terbangun karena mendengar suara keributan dari arah luar.
"Kalau ditanya itu dijawab! Aku lahir lebih dulu dari kamu jadi otomatis aku adalah kakakmu!"
"...."
"Aku tanya sekali lagi, kemana aja kamu sampai baru pulang jam segini?! Dan darah apa yang ada di tanganmu?! Kamu membunuh orang?!"
"...."
Mereka semua keluar kamar dan melihat Chan Bin sedang marah dengan Richard di ruang tengah. Mereka segera berlarian menuju Chan Bin untuk menenangkannya.
"Aku lagi bicara denganmu Park Richard!" Marah Chan Bin
"Sabar, kak. Sabar. Jangan emosi dulu." Ucap Hwang Bin mengusap lengan Chan Bin untuk menenangkannya
"Kalau kamu masih diam aja seperti patung dan tidak mau menjawab pertanyaanku, lebih baik kamu keluar dari rumah! Aku tidak sudi punya adik dan kembaran seorang pembunuh!" Marah Chan Bin lagi
"Chan Bin!" Teriak Joon Oh untuk menyadarkan Chan Bin atas ucapannya
"Kamu tidak bisa mengusir adikmu sendiri. Kalau orangtuamu sampai tahu kamu ngusir dia gimana? Dia juga belum terbukti membunuh manusia. Siapa tahu itu darah hewan." Lanjut Joon Oh
"Tapi ini bukan pertama kalinya, Joon. Ini udah kesekian kalinya. Aku sudah mencoba unuk bertanya sama dia, dan kalian bisa lihat reaksinya saat aku tanya. Hanya diam seperti patung." Sahut Chan Bin yang masih emosi
Yoon Jae maju ke depan Richard. "Siapa kamu?" Tanya Yoon Jae yang tahu kalau sebenarnya itu bukanlah Richard
"Aku Park Richard." Sahutnya datar
"Kamu pikir aku bodoh? Aku tahu kamu bukan Richard. Kamu hanya memanfaatkan tubuh Richard untuk balas dendam." Sahut Yoon Jae
Chan Bin dan yang lainnya mengerutkan keningnya. "Jadi dia bukan Richard?" Tanya Chan Bin
"Iya. Adikmu dalam keadaan tidak sadar." Sahut Yoon Jae
Tiba-tiba sosok dalam tubuh Richard keluar dan menghilang. Richard langsung ambruk dan segera mereka bawa Richard ke kamarnya.
"Apa yang merasuki Richard, kak Yoon Jae?" Tanya Hwang Bin
"Sosok yang kita cari." Sahut Yoon Jae
"Sosok itu berada dalam tubuh kak Richard entah apa tujuannya." Sahut Beom Gi
"Itu semua karena dendam. Aku yakin itu. Coba deh kalian semua pikir, bagaimana caranya hantu bisa membunuh murid kelas 3A setiap bulannya? Hal itu tidak mungkin terjadi kecuali melalui perantara." Sahut Yoon Jae
"Selain itu aku dengar berita, katanya selama beberapa hari ini orang tua murid kelas 3A yang meninggal itu mati terbunuh tapi sama seperti apa yang anak mereka alami yaitu tidak ada jejak apapun yang mengatakan kalau mereka dibunuh." Sahut Tae Oh
"Kamu dengar dimana?" Tanya Jong Min
"Tadi waktu aku bolos di jam pelajaran terakhir dan tiduran di uks sambil bermain game lalu aku dengar dari beberapa cewek yang juga berada di uks sedang bergosip mengenai kematian orang tua murid kelas mereka yang meninggal secara misterius." Sahut Tae Oh
"Jadi sekarang yang dibunuh bukan hanya muridnya tapi orang tuanya juga?" Tanya In Seok
"Sepertinya sih gitu." Sahut Tae Oh
"Tapi yang aku bingung ngapain sosok itu merasuki tubuh Richard?" Tanya Joon Oh
"Apa Richard kenal dengan sosok itu?" Tanya Min Gi
"Kalau Richard udah berani mengizinkan sosok itu merasuki tubuhnya, itu artinya Richard kenal atau mungkin berteman dengan sosok itu." Sahut Jin Gu
"Mending kita bicaranya diluar aja." Sahut Yoon Jae
Mereka semua berkumpul diruang tengah.
"Mungkin saja apa yang dikatakan Jin Gu itu benar. Richard bisa saja berteman dengan sosok itu." Sahut Baek Ho
"Atau bisa jadi sebenarnya Richard itu tidak mau tapi sosok itu memaksa masuk ke dalam tubuh Richard." Sahut Yoon Jae
Beom Gi menatap sosok wanita yang masih berdiri di pojok. Dia berdiri lalu melangkah mendekati wanita itu.
"Apa yang anda lakukan di sini?" Tanya Beom Gi
"Saya hanya ingin melindungi keluarga ini. Tapi saya terlalu lemah untuk menghadapi sosok itu." Sahutnya
"Apa sosok itu sangat kuat?" Tanya Beom Gi
"Iya. Dia kuat karena dendamnya yang terlalu besar." Sahutnya
"Dendam?" Tanya Beom Gi
Hantu wanita itu menganggukkan kepalanya tiga kali.
"Dendam apa?" Tanya Beom Gi
Hantu wanita itu langsung menghilang.
Beom Gi menghebuskan nafasnya. "Selalu aja seperti ini." Gumamnya lalu kembali duduk
"Apa kata wanita itu?" Tanya Yoon Jae
"Hantu perempuan itu hanya ingin melindungi keluarga ini, tapi dia terlalu lemah untuk melawan sosok itu. Katanya sosok itu menjadi kuat karena dendam." Jawab Beom Gi
"Dendam apa?" Tanya Baek Ho
Beom Gi menggelengkan kepalanya. "Dia keburu hilang saat ditanya." Sahut Beom Gi
"Eh aku ketoilet dulu, yah." Pamit Yoon Jae
Saat perjalanan menuju toilet, dia melihat Richard sedang berbicara dengan seseorang. Yoon Jae membuka sedikit pintu kamar Richard dan mengintip. Dia mendengar setiap pembicaraan Richard dengan sosok itu dan Yoon Jae hanya bisa terkejut saat mendengarnya. Setelah beres menguping, Yoon Jae berjalan ke toilet lalu setelah beres dia kembali berkumpul dengan teman-temannya. Tentunya apa yang dia dengar tadi tidak dia ceritakan pada teman-temannya sampai semuanya jelas.
*****
Saat pagi tiba, mereka memutuskan untu berangkat sekolah bareng. Tentunya mereka yang menginap dirumah Chan Bin membawa seragam masing-masing. Sepulang sekolah mereka segera ke Apartement mereka sebelum menjenguk Jung In.
Mereka membuka sebuah berkas yang mereka tidak tahu apa isinya.
"Ini sepertinya daftar seluruh siswa kelas 3A dari awal pembunuhan terjadi sampai sekarang." Sahut Jin Gu
"Tapi kenapa setiap foto terdapat tanda silang?" Tanya Min Gi
"Tanda silang ini mungkin menandakan kalau murid tersebut sudah dibunuh." Sahut Joon Oh
"Gila. Banyak banget yang udah mati terbunuh." Sahut Tae Oh
Mereka terus melihat daftar nama yang sudah mati terbunuh sampai mereka menemukan foto Jiwon. Kalau disetiap foto yang mereka temukan hanya sebuah tanda silang, maka di foto Jiwon bagian kepala di foto tersebut dilubangi.
"Ini maksudnya apa yah?" Tanya Andrew
"Tidak tahu." Sahut Joon Oh
Mereka terus melihat daftar-daftar nama murid kelas 3A yang mati terbunuh. Saat sampai bagian belakang, ada beberapa daftar nama yang fotonya tidak di beri tanda silang.
"Kenapa ini tidak ada tanda silangnya?" Tanya Min Gi bingung
"Eh bukannya ini kan foto kak Mina yah?" Ucap In seok saat melihat salah satu senior yang dia kenal
"Eh iya juga. Apa jangan-jangan orang selanjutnya yang akan mati itu kak Mina?" Tanya Tae Oh
"Kalau begitu kita harus cegah!" Sahut Jin Gu
"Tidak bisa. Apa kamu tidak ingat terakhir kali kita mau mencegah siswa yang mau memasuki koridor berdarah itu kita langsung dihalangi oleh kabut asap? Kalaupun kita juga cegah pasti kita akan mengalami hal yang sama." Sahut Joon Oh
"Kalau begitu kita datengin aja rumahnya kak Mina dan minta dia untuk tidak keluar rumah sampai tanggal yang tertera di daftar ini." Usul Andrew
"Aku setuju. Di sini juga sudah tertera alamat kak Mina. Apa kita langsung kerumahnya aja?" Tanya Jin Gu
"Kita ke rumah sakit dulu. Kata bibiku Jung In hari keluar dari rumah sakit." Sahut Min Gi
"Loh? Bukannya seminggu lagi yah?" Tanya Tae Oh
"Jung In yang maksa. Katanya dia sudah tidak betah tinggal di rumah sakit." Sahut Tae Oh
"Benar-benar tuh anak. Belum sembuh juga main minta pulang aja." Sahut In Seok
"Ya udah. Yuk kita ke rumah sakit." Sahut Joon Oh
Mereka semua langsung berangkat ke rumah sakit. Mereka menyimpan berkas dokumen yang berisikan daftar murid kelas 3A yang mati terbunuh dan akan terbunuh serta rekaman cctv yang belum mereka lihat juga dvd yang belum mereka putar. Mereka memutuskan untuk melihatnya bersama Jung In.
*****
Seminggu kemudian…
*Flashback on*
Ini adalah liburan musim panas. Banyak dari teman-teman Yoon Jae yang memilih liburan ke pantai atau jalan-jalan di Seoul. Yoon Jae hanya bekerja paruh waktu untuk membantu perekonomian keluarganya. Jadi selama liburan musim panas ini dia habiskan untuk bekerja paruh waktu. Meski awalnya orang tuanya menentang dia bekerja dan bos tempatnya bekerja menentang Yoon Jae untuk bekerja ditempatnya karena umur Yoon Jae yang masih 16 tahun tapi mendengar alasan Yoon Jae yang ingin membantu perekonomian keluarga dan agar bisa sekolah di Seoul membuat membuat hati bosnya luluh. Ini sudah satu tahun Yoon Jae bekerja Cafe tempatnya bekerja. Sebentar lagi Yoon Jae akan lulus dan dia memilih sekolah di Seoul.
"Yoon, sudah waktunya istirahat." Ujar sang manager cafe
"Iya, bos." Sahut Yoon Jae
Dia memilih ke taman dekat cafe. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang, tapi nomor orang yang dihubunginya tidak aktif. Perasaan Yoon Jae tidak enak. Apa terjadi sesuatu sama kekasihnya?
Iya, Yoon Jae telah memiliki kekasih. Mereka menjalin hubungan sudah hampir satu setengah tahun dan saat bulan desember nanti hubungan mereka akan resmi menjadi dua tahun. Yoon Jae benar-benar tidak sabar menanti hari itu tiba. Tapi Yoon Jae harus bersabar, karena bulan Desember masih enam bulan lagi. Dia ingin memberikan kekasihnya sebuah cincin permata dari uang hasil kerja kerasnya.
Saat jam istirahat sudah usai, Yoon Jae kembali bekerja. Yoon Jae bekerja sampai jam 9 malam. Dalam perjalanan pulang, dia bertemu dengan kekasihnya.
"Kau kemana saja? Kenapa tidak bisa ku hubungi? Dan bagaimana sekolahmu di Seoul?" Tanya Yoon Jae beruntun
Perempuan itu terkekeh geli mendengar pertanyaan Yoon Jae. "Kau membuatku bingung. Maaf baru bisa menemuimu dan sekolahku di Seoul sangat baik. Aku memiliki teman baru dan kau ingat kakak sepupuku Mina? Ternyata dia juga bersekolah di sana." Sahut perempuan itu bersemangat
"Kau baru mengetahui kalau kakak sepupumu bersekolah di sana?" Tanya Yoon Jae
"Hehehe, aku tidak pernah menanyakan dia bersekolah dimana. Jadi aku cukup terkejut saat mengetahui aku dan dia satu sekolah." Sahutnya
Yoon Jae mengelus pipi kekasihnya. "Mau jalan-jalan sebentar?" Tawar Yoon Jae
Perempuan itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Mereka berjalan-jalan disekitar taman. Mereka saling bercanda dan tertawa bersama.
"Yoon Jae-ah."
"Hm?"
"Aku ingin hubungan kita berakhir sampai di sini."
Yoon Jae mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Maksudnya?"
"Aku ingin kita putus. Kau tahu kan sekarang keadaannya bagaimana? Kau di Daegu dan aku sekarang berada di Seoul. Aku benci menjalani hubungan jarak jauh seperti ini. Lagipula di sana aku sudah memiliki kekasih. Aku sudah menjalin hubungannya selama tiga bulan. Jadi daripada aku semakin menyakitimu, kita akhiri saja hubungan kita."
"Jadi itu alasan kenapa kau menghilang selama beberapa bulan ini?Apakah ini kah alasanmu selama ini terkesan mengabaikanku? Karena kau sibuk dengan kekasih barumu itu? Kau sudah berubah. Kau bukan Yunju yang ku kenal. Kau seharusnya bilang padaku kalau kau tidak suka hubungan jarak jauh. Jadi saat kau memutuskan untuk melanjutkan SHS di Seoul, aku bisa melepaskanmu bukannya saat sudah hampir setengah tahun kita jalankan ldr, kau baru memberitahuku. Oke, aku akan menurutimu. Kita akhiri semua ini. Aku pergi. " Ucap Yoon Jae
Yoon Jae tidak menyangka kalau kekasihnya tega mengkhinatinya bahkan dia sudah memiliki kekasih baru bahkan saat dia masih terikat dalam sebuah hubungan dengannya. Sungguh itu membuat Yoon Jae membenci wanita itu.
Setelah semua ini, Yoon Jae tidak percaya dengan yang namanya cinta sepasang kekasih. Dia hanya percaya pada cinta kedua orang tuanya dan sahabatnya. Baginya cinta sepasang kekasih itu adalah cinta yang menyakitkan dan hanya berujung pada pengkhianatan. Cinta sejati? Bahkan Yoon Jae tidak mau lagi mengenal kalimat itu lagi. Cinta sejati hanyalah sebuah kebohongan belaka baginya. Bahkan cincin permata pesanannya dia batalkan. Percuma memesan cincin itu kalau hubungannya dengan sang kekasih sudah berakhir.
*Flashback end*
Yoon Jae hanya duduk termenung di halaman belakang sekolah. Dia tidak pernah tahu perempuan itu akan kembali ke Seoul. Yoon Jae memutuskan bersekolah di Seoul karena tahu kalau perempuan itu pindah ke London setelah kenaikan kelas dan pembagian rapot.
*Flashback on*
"Apakah kamu masih ingin sekolah di Seoul?" Tanya sang ibu
"Tidak jadi, bu. Yoon Jae memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Daegu saja. Toh sama saja." Sahut Yoon Jae
"Ibu terserah padamu, nak. Tapi jika kau masih ingin bersekolah di sana, Ayah dan Ibu masih mampu membiayaimu sekolah di sana. Karena Ayah baru saja di angkat menjadi meneger keuangan di perusahaannya. Jadi setelah ini kehidupan kita akan membaik. Kau di sana tidak perlu bekerja. Setiap bulannya Ibu dan Ayah akan mengimimu uang. Tapi jika kau tetap ingin di sini, ibu tidak memaksa. Hanya saja pikirkan baik-baik, di sana kau bisa sukses. Ibu dengar dari beberapa teman ibu, anak mereka yang dulu bersekolah di Kyunghee SHS, sekarang mendapatkan beasiswa full di kuliah Harvard University S1 dan S2 dan saat keluar dari sana mereka sudah menjadi orang sukses. Apa kau tidak mau seperti itu?" Nasehat ibunya Yoon Jae
Yoon Jae memikirkan ucapan ibunya. Dia enggan bersekolah di sana karena dia tidak mau bertemu dengan mantan kekasih yang masih sampai saat ini dia cintai. Dia tidak bisa melupakan mantan kekasihnya, jika dia bersekolah di sana dan bertemu lagi dengannya itu akan membuat Yoon Jae semakin mencintai yeoja itu.
Tapi dia juga tidak bisa egois. Dia tidak mau mengecewakan orang tuanya. Yoon Jae sangat tahu, kalau kedua orang tuanya sangat berharap dia bersekolah di Seoul.
Drrttt...Drrttt...
"Hallo."
"Yoon Jae-ah, apa kau masih ingin bersekolah di Kyunghee SHS?"
"Entahlah, kak. Kenapa?"
"Aku tahu alasan kamu ragu untuk bersekolah di Seoul. Apa kamu masih membenci Yunju?"
"Eum... itu... ada apa kakak menghubungiku?"
"Aku hanya ingin memberitahumu kalau Yunju akan pindah ke London setelah kenaikan dan pembagian rapot."
"Kenapa kakak memberitahuku?"
"Karena aku yakin kau sangat ingin tahu. Jujur aku sangat kecewa dengan Yunju. Bisa-bisanya dia meninggalkanmu demi cowok brengsek itu dan aku bersyukur dia pindah ke London. Aku tidak perlu khawatir lagi padanya kalau dekat dengan cowok brengsek itu."
"Cowok brengsek?"
"Iya, kekasih baru Yunju adalah seorang cowok brengsek yang suka gonta-ganti pacar. Bahkan dia beberapa kali melakukan balap liar dan keluar masuk club malam. Aku sudah jengah dengan sikap Yunju yang tidak pernah mempercayai ucapanku dan sekarang dia sudah merasakan akibatnya. Oh iya, aku sampai kelupaan dengan tujuanku menghubungimu. Yoon Jae-ah, bersekolah lah di Kyunghee SHS. Orang yang kau benci sudah tidak ada. Tapi aku harap kebencianmu dengan adik sepupuku tidak berlangsung lama. Dia hanya bingung dengan perasaannya dan dia masih labil. Aku sangat yakin jika Yunju sebenarnya sangat mencintaimu, tapi dia sudah terpengaruh oleh pergaulan di Seoul. Apa kau mau memaafkan Yunju?"
"Tentu saja. Tapi bagaimana kakak tahu kalau sedang kebingungan untuk memutuskan pilihanku?"
"Itu mudah bagiku. Mata-mataku banyak. Jadi jangan kecewakan orang tuamu dan bersekolahlah di Seoul. Wujudkan mimpimu. Bahagiakanlah orang tuamu. Apa kau mengerti?"
"Iya. Aku mengerti, kak."
Mulai saat itulah Yoon Jae memberanikan diri untuk berangka ke Seoul. Dia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya. Mendengar Yoon Jae ingin bersekolah di Seoul, tentu saja kedua orang tuanya sangat senang. Tapi mereka penasaran kenapa anak mereka tiba-tiba berubah pikiran? Setahu mereka, anak mereka bukan orang yang mudah untuk merubah keputusan saat dia sudah memutuskan sesuatu. Tapi kali ini dia berubah pikiran.
*Flashback end*
Yoon Jae terkejut saat seseorang menepuk pundaknya lalu duduk di sampingnya.
"Oh kamu, In." Ucap Yoon Jae
Iya, Jung In sudah bersekolah seperti biasa setelah seminggu tidak masuk pasca penyembuhannya.
"Kamu kenapa?" Tanya Jung In
"Aku baik-baik aja kok." Sahut Yoon Jae
"Kamu tidak bisa bohong. Aku tahu kamu tidak baik-baik aja. Cerita sama aku." Sahut Jung In
"Aku tidak bisa." Sahut Yoon Jae
"Kenapa? Kamu tidak sendiri, Yoon. Ada kita yang selalu ada untukmu. Cerita aja." Sahut Taeh Oh yang datang dari belakang bersama yang lainnya
"Ini." Jin Gu memberikan susu kotak dan roti pada Yoon Jae
"Ayo, cerita." Sahut In Seok
Yoon Jae mengambil dafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. "Orang yang paling aku benci ada di sini." Ucap Yoon Jae
"Siapa?" Tanya Joon Oh
"Kim Yunju. Mantan kekasihku. Bahkan setalah semuanya, aku masih belum bisa melupakannya." Sahut Yoon Jae
"Apa terjadi sesuatu dengan hubungan kalian?" Tanya Joon Oh
Yoon Jae menceritakan semuanya pada teman-temannya. Dari awal pertemuan mereka sampai bagaimana hubungan mereka berakhir.
"Apa sekarang kamu masih mencintai kak Yunju?" Tanya In Seok
"Aku tidak cinta sama dia." Sahut Yoon Jae
"Kita semua teman-temanmu. Walau baru kenal, tapi kamu tidak bisa membohongi kita semua. Kita tahu kamu berbohong. Kenapa kamu tidak mencoba untuk maafkan dan memberikan dia kesempatan? Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Kak Mina benar, dia hanya perempuan polos dan labil yang belum bisa membedakan mana yang benar-benar tulus dan tidak." Sahut Jin Gu
"Aku sudah maafin dia, tapi untuk kembali rasanya tidak mungkin." Sahut Yoon Jae
"Kamu memang tidak boleh kembali sama dia." Ucap seseorang dari belakang
Lantas mereka menoleh kebelakang dan menemukan seorang perempuan cantik dengan mengenakan baju biasa. perempuan itu berjalan menghampiri Yoon Jae lalu mencium pipi Yoon Jae dan tersenyum. Hal itu membuat semua teman-temannya kaget termasuk Jung In.
"H-Hyuna." Kaget Yoon Jae
bersambung...