Chereads / Denting piano / Chapter 17 - 17. Gilang Gumintang.

Chapter 17 - 17. Gilang Gumintang.

Perawakannya mirip key, tinggi badan sekitar 178 cm, tubuhnya tidak terlalu kurus, tidak gemuk juga, kalau key memiliki rambut lurus, Gilang rambutnya sedikit ikal, waktu kecil mereka mirip, orang yang baru pertama kali melihat, pasti mengira mereka kakak-adik, tentu sedikit mirip, karena ibu key adalah kakak ibunya Gilang, tapi begitu tumbuh dewasa, mereka sangat berbeda, key wajahnya lebih ke imut walaupun sebenarnya cuek dan jutek, sedangkan Gilang lebih berwajah macho terlihat sangar, walaupun aslinya cengengesan.

Seumur hidupnya, Gilang selalu menganggap key adalah rivalnya, dalam urusan apa pun Gilang selalu ingin terlihat mencolok dan suka menarik perhatian, tapi dia kesal setiap bareng key, walaupun key hanya diam dipojokkan ruangan sekalipun, mata semua orang malah tertuju ke key,

Menyebalkan!! Makanya siapapun yang akan bertanya tentang key kepadanya, anggap saja dia tidak mengenalnya, apa lagi kalau pertanyaan itu keluar dari mulut teman-teman yang baru dia kenal ditempat barunya, dan ada orang yang sedang disukainya, jangan harap dia akan menganggap key ada didunia ini.

Sejak kecil mereka berdua tumbuh bersama, sekolah di SD yang sama, berangkat les piano ditempat yang sama, umur Gilang lebih muda 4 tahun dari key, key selalu menganggap Gilang seperti adiknya sendiri, karena key tidak punya adik, key sangat menyayangi Gilang seperti adiknya, tapi Gilang tidak suka diperlakukan seperti itu, makanya saat dia sudah mulai duduk di bangku SMP, Gilang semakin menjauhi key, bukan karena Gilang benci key, tapi karena Gilang tidak suka dibanding-bandingkan dengan key, karena walaupun Gilang pintar dan bisa segala hal, key memang lebih pintar dari Gilang dalam segala hal, makanya Gilang menganggap key adalah sumber kelemahannya, dimana pun ada key, maka Gilang tidak akan terlihat Dimata orang lain, Gilang pun akan selalu menjaga jarak dan jauh dari key.

-

Gilang menyusuri koridor sekolah matanya mencari ruangan yang bertuliskan kepala sekolah, setelah menemukannya Gilang langsung memasuki ruangan itu tanpa basa-basi.

" Ya ampun!! Kagetnya aku!! Dasar anak nakal!! Bisa sedikit lebih sopan nggak!! Lain kali kalau masuk keruangan manapun, ketuk pintu dulu!!"

Seorang wanita berusia sekitar 60 tahunan, sedang berdiri didepan cermin merapikan rambutnya, tapi wanita itu terperanjat kaget, mendapati seorang yang tidak mengetuk pintu terlebih dulu, dan langsung masuk begitu saja, yah dia maklum, yang masuk adalah cucunya yang susah diatur.

" iya nek!! Lain kali aku ketuk pintu!" Gilang memeluk neneknya, wanita yang masih terlihat lebih muda dari umurnya dan pemilik sekaligus kepala sekolah di SMA Nusa.

Nenek Gilang menepuk-nepuk punggung Gilang, cucu-cucunya memang dekat dengannya dan selalu memperlakukannya dengan baik.

" Kamu mau masuk kekelas mana?" ibu Halimah ( nenek Gilang) duduk di kursinya, tangannya membuka buku besar yang berisi daftar nama siswa, foto dan keterangan kelas, Gilang juga duduk dikursi yang menghadap ke meja kerja neneknya.

" boleh aku lihat nek?" Gilang mengulurkan tangannya mengambil buku yang sedang dibuka neneknya.

" Boleh! Tapi buat apa? toh kamu juga belum kenal satu siswa pun disekolah ini?!" ibu Halimah menyerahkan buku yang dipegangnya ke cucunya.

" Siapa bilang? Ada anak satu komplek yang aku kenal, mereka juga sekolah disini nek!" Gilang menjelaskan dengan bangga.

" bagus lah kalau gitu, biar punya banyak teman! Inget! Jangan panggil nenek kalau disekolah!" ibu Halimah berdiri di samping Gilang ikut mengamati foto siswanya bersama cucunya.

" Iya ibu Halimah! Udah ketemu!! Aku masuk kelas XII-I aja Bu!" Gilang sontak berdiri, mengajak neneknya menuju kelas yang diinginkannya.

" mukamu kok cemberut terus dari tadi?! Udah dong va! Aku gak semangat belajar kalau kamu cemberut!" Tata memeluk Reva yang sekarang berusaha tersenyum ke arahnya.

" sorry aku masih kesel, gara-gara cowok tadi, ya udah lah kita lupain aja, ayok kerjain tugasnya lalu kita keruang ganti baju, sebelum penuh sama yang lain!" Reva menghela nafas, berusaha menghilangkan kekesalan dihatinya, dan mengerjakan tugas dengan serius.

" Ayok! Habis ini kita olah raga!" Tata mengepalkan tangannya semangat.

" Selamat pagi anak-anak, mohon perhatian kalian sebentar yah!" ibu Halimah masuk kelas dengan membawa seorang siswa yang kini berdiri disebelahnya, siswa itu tersenyum lebar, agar terlihat dia anak yang gampang akrab dengan siapapun.

" susah payah aku ilangin dari pikiranku, malah muncul disini!" Reva malas melihat kedepan, Reva menelungkup kan wajahnya di meja kelasnya.

" sabarrrrrrrr, kayaknya anaknya asyik loh va, trus perawakannya juga mirip seseorang! Ayok kita hadapi si Gilang itu dengan santai, seperti biasa! Kamu kan paling ahli nyuekin cowok!" Tata menepuk punggung Reva yang masih menelungkup kan wajahnya dimeja.

" oke! Ayok kita bikin tembok yang tinggi buat si Gilang itu!" kini Reva mengatur raut wajahnya dalam posisi waspada dan cuek, wajah yang kalau dilihat cowok, bikin cowok pengen cepet-cepet menjauh darinya.

" Ada siswa pindahan baru di kelas ini, kita persilahkan dia untuk memperkenalkan diri yah!" ibu Halimah menengok ke arah Gilang yang langsung mengangguk.

" nama saya Gilang, saya murid pindahan dari SMA di Bandung, mohon bantuannya teman-teman!" Gilang membungkuk hormat dengan sopan, matanya berputar mencari tempat duduk yang kosong.

" sini duduk di sebelahku!" ketua kelas melambaikan tangannya ke Gilang, kebetulan ketua kelas duduk di barisan sebelah Reva.

" oke!!" Gilang membungkuk hormat ke neneknya yang sudah mengantarnya ke kelas, lalu segera menghampiri ketua kelas.

" Kalau gitu ibu pamit dulu ya anak-anak!" ibu Halimah berjalan keluar ruangan.

" Iya Bu...!!" anak satu kelas kompak.

" maaf nih! Boleh tuker tempat duduk enggak, kalau gak boleh juga gak papa kok!" Gilang melirik cewek yang duduk di barisan sebelah ketua kelas, cewek yang sedang bertahan dengan wajah juteknya.

" Boleh aja kok" ketua kelas bangkit bergeser ke tempat duduk disebelahnya.

" Terimakasih banyak bro, aku Gilang!" Gilang mengulurkan tangannya bersalaman dengan ketua kelas.

" aku Andi, aku ketua kelas disini!" Andi tersenyum menyambut tangan Gilang.

" Wah hebat! Suka nge game nggak, kita nge-game bareng yuk!?"

" Boleh! Pulang sekolah aku ajak ke dekat rumahku ngumpul bareng gamer yang lain yah?!"

" Siap bro!" Gilang mendekatkan telapak tangannya ke ujung alis memberi hormat.

Sementara cewek di sebelahnya, memaki didalam hati, dasar cowok menyebalkan, sok akrab, sok dekat, sok ramah, sok baik, ngapain ketua kelas mau tukeran tempat duduk, hari- hariku selanjutnya pasti akan menyebalkan! Aaaaahhhkkkk!! ( Tapi teriakan itu hanya terjadi didalam hati saja)

-

-

-

Noe....