" Hai... Sicantik pujaan hatiku, gimana hari ini?! Tante bilang kamu besok udah boleh keluar rumah sakit yah?!" Tata melangkah mendekati Reva yang duduk dikasurnya, lalu menyerahkan bungkusan ditangannya.
" Apa lagi ini....? tiap hari kok bawain aku makanan! Udah tau aku cuman bisa makan bubur!"
" Gak tau tuh si Gilang! Diajak nengokin gak mau, tapi tiap hari nyuruh aku kasih makanan sebanyak ini ke kamu! Emangnya aku kurir makanan?! Akhir-akhir ini juga sikapnya jadi aneh tau!!"
" Gilang kan emang aneh!!" Reva tersenyum melihat wajah Tata yang jengkel.
" Maksud aku..., Gilang yang biasanya cengengesan, sekarang kayak jadi pendiam, suasana kelas jadi sepi dan aneh, gara2 dia yang biasanya paling rame jadi paling diem, kata ketua kelas kayak orang baru diputusin, diajak bercanda pun diem aja!" Reva mengernyitkan keningnya mendengar penjelasan Tata.
" Y udah biarin aja! Lebih bagus kan kalau Gilang jadi kalem?!" Reva mengangkat alisnya menatap Tata.
" Tau ah!! Kata aku sih mendingan yang biasanya, Gilang kan mukanya serius walau aslinya cengengesan, tapi kalau jadi kalem juga, dia jadi kelihatan sinis dan galak kan?!" penjelasan Tata disambut tawa cekikikan Reva.
-
Gilang termenung dikursinya, tatapan kosongnya fokus kearah pintu kelas, sudah hampir dua Minggu Reva nggak masuk sekolah, padahal seminggu yang lalu Reva sudah keluar dari rumah sakit, sebenarnya Gilang ingin sekali menengok Reva, tapi...hati kecilnya berkata tidak ingin membuat Reva jadi terpaksa melihat dirinya, secara Gilang tau kalau Reva tidak menyukainya, padahal Gilang yakin kalau Reva sudah melunak padanya saat melihat ekspresi Reva di rumah sakit, tapi harapan dihati Gilang langsung musnah begitu mendengar obrolan Reva dan Tata, ' hah! Aku tidak mungkin memaksa orang yang tidak menyukaiku sedikit pun untuk jadi pacarku kan?' Gilang menghela nafas, sesaat kemudian dia melihat Tata dan Reva masuk kelas, tatapan matanya bertemu dengan Reva, jelas sekali ekspresi wajah Reva menatapnya penuh tanda tanya, mungkin karena melihat Gilang yang hanya duduk menatap Reva penuh harap lalu segera memalingkan wajahnya dari Reva, terlihat kegelisahan di wajah Gilang, padahal biasanya Gilang pasti akan langsung menghampiri Reva dan Tata.
" Tuh aku bilang dia aneh kan?!" Tata meletakkan tasnya ditempat duduknya, dia menengok ke arah Gilang yang kini sedang menelungkupkan wajahnya ke meja kelas, Reva pun kini ikut memperhatikan Gilang.
Gilang mengangkat wajahnya, dan langsung bertatap dengan Reva yang tengah memperhatikan nya.
" ahh!!" hanya itu yang keluar dari mulut Gilang, kemudian Gilang bangkit berjalan keluar kelas, Reva tersentak, benar2 bingung akan sikapnya.
" Dia kesambet yah?!" pertanyaan Reva dijawab Tata dengan mengangkat kedua bahunya.
Jelas sekali Dimata Reva kalau Gilang sedang menghindarinya, beberapa hari ini setiap ada Reva Gilang langsung menjauh, setiap matanya bertemu dengan mata Reva, wajahnya langsung berpaling.
' apa-apaan sih dia itu! Nyebelin!!" Reva mengumpat dalam hati.
" Reva! Gilang! Dipanggil ibu kepala sekolah!" ketua kelas berteriak di pintu kelas, sementara Gilang yang sedari tadi menatap ponselnya, langsung bangkit berjalan keluar kelas.
Reva mengikuti Gilang mengekor di belakangnya, Gilang terus berjalan didepannya, mengacuhkan Reva yang berjalan dibelakangnya.
Gilang memasuki ruangan kepala sekolah diikuti Reva, lalu keduanya duduk didepan ibu kepala sekolah yang sedang duduk di kursinya.
" kalian berdua tau kenapa ibu panggil kesini?"
" Nggak Bu!" Reva menjawab, sementara Gilang hanya diam menatap ibu Halimah.
" nilai tertinggi UN tingkat SMA sewilayah nasional, ada di sekolah kita, mau tau siapa orangnya?!" ibu Halimah tersenyum bangga menatap Reva dan Gilang, Reva langsung menengok ke orang disebelahnya, yang hanya diam mematung tanpa ekspresi.
" langsung ke intinya saja Bu!" jawaban Gilang membuat Reva tersentak kaget, sementara ibu Halimah tertawa cekikikan.
" Kalian berdua ini, ibu nggak boleh senang yah sama prestasi kalian?!" ibu Halimah menyodorkan brosur ke arah Reva dan Gilang.
" Ini brosur pendaftaran khusus yang diberikan untuk siswa yang prestasinya paling tinggi di sekolah, untuk masuk ke universitas gyojeong, akan ada beasiswa untuk kalian berdua!" Reva mengamati brosur ditangannya, setelah mendengar penjelasan ibu kepsek.
" harusnya kalau tertinggi berarti hanya ada satu orang Bu?!" Reva bertanya ragu-ragu.
" Memang benar yang tertinggi disekolah kita itu Gilang yang juga mendapat peringkat satu nasional, tapi disini nilai Reva juga paling besar setelah Gilang, jadi ibu memutuskan untuk memberikan beasiswa pada kalian berdua sebagai juara umum sekolah, dan juara nasional, jadi manfaatkan dengan baik yah, tunjukkan brosurnya pada orang tua kalian, besok boleh dikembalikan ke ibu!" ibu Halimah kembali tersenyum melihat Gilang dan Reva.
" Kalian boleh kembali ke kelas!"
" iya Bu, terimakasih..!" Reva membungkuk, sementara Gilang langsung bangkit dari kursinya dan keluar begitu saja.
Gilang berjalan keluar ruangan sambil melihat ponselnya, tetap mengacuhkan Reva yang ada dibelakangnya, tapi kemudian Gilang menghentikan langkahnya, menyadari seseorang menarik baju di bagian punggungnya, Gilang menengok, mendapati Reva yang sedang memegang bagian belakang bajunya sambil menundukkan wajahnya.
" Ada apa?!" Gilang membalikkan badannya, membuat Reva langsung melepaskan pegangannya tangannya.
" Bisa bicara berdua ditempat yang nggak banyak orang!" Reva bertanya sambil terus menundukkan wajahnya.
" oke!!" Gilang melangkah ke lantai tiga, trus ke atas lagi, ke roof top.
" mau kemana?! Kita kan gak boleh kesini?!" Reva yang sedari tadi mengikuti Gilang berhenti didepan pintu yang ada tulisan dilarang ke atap.
" gak papa kok, asal jangan ketahuan guru! Cepat keluar!" reva bergegas melangkahkan kakinya melewati pintu.
Ternyata di atap hanya ruangan seluas sekitar tiga meter persegi tempat torrent air, yang ditepinya ada pagar pembatas, Gilang berdiri menyandarkan tubuhnya ke pagar pembatas diikuti Reva yang berdiri di samping Gilang, terasa sejuk karena angin sepoi-sepoi dan pemandangan sekitar sekolah terlihat jelas dari sini.
" mau ngomong apa?!" Gilang membuka pembicaraan, karena melihat Reva yang sedari tadi diam.
" aku mau ngomongin masalah janjiku sama kamu!" Reva terdengar berhati-hati mengucapkan kata-katanya.
" nggak usah dipikirkan, gak ditepati juga gak papa kok, kalau memang gak bisa menepatinya!"
" maksudnya apa!" Reva menautkan kedua alisnya kaget dengan perkataan Gilang, menyadari Reva menatapnya Gilang mengalihkan pandangannya jauh kedepan.
" aku tau kamu gak sedikitpun punya perasaan suka ke aku, dan mungkin kamu juga benci aku, tapi aku malah maksa jadian sama kamu!" Gilang tersenyum sinis, baru kali ini Reva melihat Gilang tersenyum seperti itu.
" jadi kamu udah nyerah duluan sebelum ngajak aku jadian! Aku pikir kamu bukan orang yang gampang menyerah! Ya sudah kalau itu maumu!" Reva membalikkan badannya hendak kembali masuk, Gilang Sontak kaget melihat respon Reva, dan langsung memegang pergelangan tangan Reva untuk menahannya.
" aku mendengar pembicaraan kamu sama Tata di rumah sakit, kamu sampai segitunya belajar buat ngalahin nilai aku! Hahh...!!" Gilang mendongakkan wajahnya gelisah, tangannya tetap memegang tangan Reva.
" Aku juga gak benci kamu kok! Walaupun aku akui aku belajar mati-matian buat ngalahin kamu!" Reva berkata lirih sambil menundukkan wajahnya.
" Hahh...!!!" Gilang mendongakkan wajahnya, terasa hatinya bagai disiram seember air dingin.
" Jadi! Maksudnya sekarang, Karena nilaiku lebih tinggi dari kamu, apa kamu mau jadian denganku?!" Gilang menatap wajah Reva serius tapi kini Reva malah memelototinya.
" Jadi kamu minta jadian dengan ku karena nilaimu lebih tinggi yah?! Dasar!!" Reva kesal.
" Ahh!! Aku salah ngomong! Aku suka kamu, ayok kita jadian...! Mau yah?!" Gilang menatap mata Reva penuh harap, tapi Reva malah menepis tangan Gilang, membuat Gilang melepaskan genggamannya.
" iya setelah lulus!" Reva mengatakannya sambil berlari masuk dan menuruni tangga, Gilang sontak kaget dan berusaha mengejarnya.
" Jangan kejar aku!!!" Reva berteriak, membuat Gilang sontak menghentikan langkahnya, gilang terduduk ditangga sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, Menyembunyikan wajahnya yang terlihat senang dan gemas melihat reaksi Reva yang malu-malu.
-
-
-
Noe.
Jangan lupa like.