"Siapa yang menelpon?" tanya Sarah sambil melepaskan anting-anting berlian panjang itu dari telinga. Ia baru saja selesai melakukan peragaan busana pengantin.
"Laura. Dia bilang ada hal penting yang ingin dibicarakan denganmu. Jadi membuat janji bertemu," jawab Manajer.
"Soal apa? Kalau tidak begitu penting untukku, sebaiknya tolak saja."
"Ini soal pertunanganmu dengan William. Kamu bisa menjadi model paling populer, itu semua karena pengaruh keluarga Prasetyo. Jika pertunanganmu diputuskan oleh laki-laki itu …. Aku tidak yakin kalau para klien akan tetap memakai kamu," ucap Manajer itu panjang lebar.
"Di mana dia sekarang?"
"Di Amaryllis resto," jawabnya sambil memberikan masker dan syal untuk menutupi wajahnya. "Jangan sampai ketahuan oleh wartawan!"
"Aku tahu," jawab Sarah singkat.
Sarah sangat malas membahas tentang William. Namun, jika ia kehilangan laki-laki itu, karirnya juga bisa saja hancur. Sejak debutnya di dunia modelling, ia memang sepi job.
Namanya selalu menjadi nama terbawah dalam jajaran model terkenal. Ketika ia tidak sengaja menyelamatkan Prasetyo dari kecelakaan, ia mendapatkan keberuntungan luar biasa. Prasetyo menjodohkannya dengan William, meski putranya itu menolak.
***
Sarah membuka kacamata hitamnya. Duduk di dalam ruang VIP yang sudah disewa Laura. Gadis itu menyesap jus alpukat tanpa gula dan es. Seorang model harus selalu menjaga penampilannya.
"Ada apa dengan William?"
"Kamu lihat foto ini!" Laura menunjukkan foto Mentari kepada Sarah.
Gadis itu mengernyitkan dahi. Tidak tahu apa yang dimaksud Laura dengan menunjukkan foto saudara angkatnya. Ia sudah pernah melihat foto itu sekali, ia ingat siapa gadis itu.
"Mentari, saudara angkatmu, 'kan? Kenapa menunjukkan foto gadis jelek itu padaku?"
"Dia sudah menikah dengan Will."
"Apa?! Aku sangat sibuk, Laura. Jangan membuat lelucon tidak masuk akal ini. Kamu pikir, karena kamu adalah sahabatku, lalu aku tidak bisa marah padamu, begitu?"
"Aku tidak bercanda. Kalau tidak percaya, kamu bisa tanyakan sendiri kepada William."
Sarah yang terlalu emosi, akhirnya pergi meninggalkan Laura tanpa pamit. Ia mengemudikan mobilnya secepat kilat menuju kantor 'Dam Art'. Ia tidak mau kehilangan laki-laki itu. Selain karena karirnya, ia juga sangat mencintai William, dan tidak rela siapa pun memilikinya.
***
Brak!
Sarah menerobos masuk ke ruang rapat, meski sekretaris sudah menghalanginya.
"Siapa yang mengizinkan kamu masuk?" tanya William yang meradang karena sikap arogan Sarah.
"Maaf, Presdir, saya sudah melarangnya. Bahkan, Nona Sarah melukai tangan saya," ucap Sekretaris sambil segera bersujud. Punggung tangannya berdarah akibat dicakar oleh Sarah.
"Bangun dan obati lukamu! Dan kamu …. Ikut aku!"
William menarik tangan tunangannya, lalu membawa gadis itu ke ruangannya. Dengan emosi tinggi, ia mendorong Sarah sampai terduduk di sofa. Kesabarannya telah habis dalam menghadapi sikap Sarah.
"Aku selalu mentolerir kelakuanmu demi papa. Tapi, kau sudah sangat keterlaluan kali ini, Sarah! Apa maksudmu menerobos masuk ke ruang rapat dengan kasar seperti itu, hah?! Mereka klien penting dan bisa saja membatalkan proyek kerjasama yang akan kami sepakati. Sialan kau!"
"Will, kamu …. Kamu tidak pernah membentakku sebelumnya. Kenapa kamu memarahiku seperti ini sekarang?" tanya Sarah sambil berakting. Ia berpura-pura menangis untuk menarik simpati William. Namun, laki-laki itu menatapnya dengan tajam.
"Karena aku sudah muak bersandiwara. Aku tidak pernah menyukaimu begitupun dengan Monic. Aku tidak bisa memaafkan tindakanmu kali ini,'' ucap Will dengan wajah merah padam.
"Aku … aku kemari karena Laura bilang, kau menikahi adik angkatnya. Apa itu benar, Will? Katakan kalau itu tidak benar," ucap Sarah di sela isak tangisnya.
"Benar. Aku baru saja menikah dengan Mentari. Kau mau apa?"
"A-apa? Kamu …." Kedua mata gadis itu melebar sempurna. Tunangannya menikah dengan gadis lain di belakang. Ia sakit hati mendengar pengakuan Will yang tegas dan tidak memikirkan perasaannya. Sarah pun berlari pulang.
Prang!
Untuk meluapkan emosi, William mengacak meja, membuat barang-barang di atasnya berhamburan ke lantai. Kalau saja Sarah adalah laki-laki, tentu William tidak akan ragu-ragu untuk menghajarnya.
Mood yang tadi sangat bagus setelah menelepon dan menggoda Tari, tiba-tiba menjadi buruk karena kedatangan Sarah. Rapat hari ini pun berantakan. Semua hal buruk datang bersamaan dengan gadis yang selalu membuat masalah itu.
"Saya sudah menjelaskan kepada klien dan untungnya, mereka mengerti situasinya. Rapat akan dijadwalkan ulang minggu depan," lapor Pramuda.
"Terima kasih. Suruh OB bersihkan ruangan ini. Saya lelah dan akan pulang lebih dulu," ucap William sambil mengancingkan kancing jasnya.
Pramuda mengangguk singkat. Laki-laki dingin itu pergi mencari sekretaris dan memerintahkannya untuk memanggil OB. Ia bisa pulang setelah ruangan sang bos dibersihkan lalu dikunci. Selain William, Pramuda adalah orang yang memegang kunci ruangan itu.
Banyak berkas-berkas penting di sana, karena itu ia tidak bisa lalai. Beberapa tahun yang lalu, asisten sebelumnya lupa mengunci pintu dan semua tender proyek jatuh ke tangan saingan perusahaan milik William. Pramuda tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti asisten sebelumnya, atau dia akan mengalami hal yang lebih buruk dari yang bisa dibayangkan.
***
Sarah pergi ke rumah Dirga Prasetyo. Mengadukan masalah Will yang menikah diam-diam tanpa sepengetahuan laki-laki paruh baya itu adalah tujuan utamanya. Ia tidak mau kehilangan dukungan keluarga Prasetyo. Ia tidak mau kembali terjun ke bawah setelah menikmati kepopuleran teratas di dunia modelling.
"Hiks …. Bagaimana dengan nasib saya, Paman? Semua orang sudah tahu kalau saya adalah tunangan mas Will. Rencana pernikahan kami juga sudah diumumkan saat pertunangan. Kalau tiba-tiba saja dibatalkan, saya dan keluarga pasti akan dicemooh."
"Kurang ajar! Anak itu berani menikahi gadis lain di belakangku. Anom! Siapkan mobil!" perintah Dirga dengan emosi.
Ia meminta Sarah untuk ikut ke rumah William dan membuktikan kebenaran ucapan Laura. Dirga curiga, bisa saja William berbohong untuk membatalkan perjodohan yang sudah diatur olehnya. Sebelum semuanya terbukti, ia tidak akan percaya begitu saja.
Sarah mengusap air matanya dan ikut pergi bersama Dirga. Tidak lupa, ia juga meminta kepada manajernya untuk membawa wartawan datang ke rumah William. Selesai mengirim pesan, ia melirik ke arah Dirga dan menyeringai.
Jika benar William menikah dengan gadis lain, maka ia akan menghancurkan nama baik gadis itu sebagai perusak hubungan orang. Dengan melimpahkan kesalahan kepada istri William, Sarah masih bisa mendapatkan simpati penggemarnya. Menjadi model cantik yang diselingkuhi, ia bisa menarik perhatian semua orang.
"Kita sudah sampai, Tuan." Sopir itu membukakan pintu mobil untuk Dirga.
Sarah tersenyum tipis. Tidak sabar rasanya melihat gadis itu dipermalukan dan dimarahi oleh Dirga. Pertunjukkan menarik itu akan disaksikan banyak orang, karena manajernya dan para wartawan juga sudah datang ke rumah itu.
*BERSAMBUNG*