"Panggilkan tuan untuk makan malam, Ti," perintah Tari kepada asisten rumah tangga nomor tiga.
"Baik, Nyonya," ucap pelayan dengan sopan. Namun, kepala asisten Ran menghentikan asisten rumah tangga itu.
"Tidak perlu memanggil tuan. Dia tidak ada di rumah," ujar Ran.
"Tidak ada? Bukannya tadi dia pulang ke sini?" Tari bertanya heran. Saat ia tidak melihat keberadaan Monica, ia pun ingat. Ayah dan anak itu memang tidak tinggal bersamanya.
"Tuan dan non Monic sudah pulang dari sore. Karena, Nyonya, sedang tidur, tuan menyuruh kami untuk tidak membangunkan Anda."
"Oh." Tari merasa sedih. Ia tinggal terpisah dari suami dan anaknya, padahal ia berharap bisa makan malam bertiga seperti keluarga normal. Seperti ada ketergantungan dengan keberadaan mereka. Selera makan pun hilang dan ia hanya minum susu hangat saja, lalu pergi ke kamarnya.
'Kenapa aku merasa sedih? Jelas-jelas aku terpaksa menikah dengannya. Apa …. Tidak. Tidak mungkin kalau aku jatuh cinta pada William. Ini bahkan belum genap dua minggu sejak aku mengenal laki-laki itu. Pernikahan kami baru genap dua hari, tapi aku ….'
Tari tidak dapat memungkiri perasaan hatinya. Ia merindukan Monica dan William. Rasa rindu itu begitu menyiksa, hingga dia memutuskan untuk menyusul anak dan suaminya. Masa bodoh dengan perjanjian pernikahan kontrak itu.
***
''Dimana kamu menyembunyikan wanita rendahan itu?" teriak Dirga yang murka dengan kedatangan William.
Seharusnya Will sudah tiba sejak sore tadi, tapi ia sengaja mengajak Monica bermain sebentar di taman. Setelah putri kecilnya itu kelelahan dan tertidur, baru ia kembali ke rumah. Melihat banyak wartawan di depan gerbang utama, ia pun meminta Jono membawa Monica lewat gerbang belakang.
"Wanita rendahan yang mana, Pa?" tanya Will berlagak bodoh dan tidak mengerti arah pembicaraan ayahnya.
"Wanita itu, Mentari. Mas sudah mengakuinya di kantor." Sarah menangis seperti seorang kekasih yang sakit hati karena diselingkuhi. Ia pikir, perbuatannya di luar sana bebas dari pandangan William. Maling yang teriak maling. Peribahasa itu sangat cocok untuknya.
"Tunjukkan kepada papa, siapa gadis itu!"
Dirga sudah kehilangan kesabaran, ia memerintahkan sepuluh orang anak buahnya untuk memeriksa ke dalam rumah. Sejak tiba di rumah Will, Dirga dan Sarah tidak diizinkan masuk ke dalam rumah oleh para pengawal setia yang bekerja pada Will. Setelah putranya datang, baru ia dipersilakan untuk masuk. Namun, Dirga menolak masuk dengan angkuhnya.
"Lapor, Tuan. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini selain pembantu dan non Monic."
"Papa lihat? Tidak ada siapa-siapa di rumah ini. Jadi, wanita mana yang dimaksud?" tanya Will sambil menunggu panggilan telepon dari asistennya, Pramuda.
''Mas pasti menyembunyikan gadis itu," ucap Sarah memprovokasi Dirga.
"Dasar anak kurang ajar! Kamu ingin mempermalukan papamu ini, hah?! Pernikahanmu dengan Sarah tinggal dua bulan lagi, tapi kamu berani bermain-main dengan perempuan lain di belakangnya."
"Siapa yang membelakangi siapa, Pa?" tanya William ambigu. Ia melirik dengan senyum smirk kepada Sarah. Pramuda baru saja mengirimkan bukti perselingkuhan Sarah dengan beberapa model pria dan juga beberapa pemilik perusahaan yang menggunakan jasanya untuk iklan produk perusahaan mereka.
"Apa maksud kamu?" Dirga balik mempertanyakan pertanyaan aneh William. Ia memang terkenal loyal kepada sahabat dan keluarga. Namun, ia adalah laki-laki yang berpikir secara rasional.
"Papa lihat ini? Semuanya, coba kalian lihat video dan foto-foto ini! Siapa wanita yang ada di dalam video itu, aku yakin, kalian mengenalnya dengan baik," ucap William sambil menyerahkan ponselnya kepada Dirga.
Sebagai seorang pria paruh baya, melihat video syur calon menantu kesayangannya, tentu telah mencoreng wajahnya. Ia mendengar riuh pembicaraan para wartawan yang diundang oleh manajer dari Sarah. Melihat situasi tidak menguntungkan, sang manajer itu segera melarikan diri di belakang kerumunan wartawan. Ia pergi tanpa menghiraukan Sarah yang meneleponnya berkali-kali untuk meminta bantuan.
Plak!
"Beraninya kamu membohongiku? Kau pikir aku akan sudi menerima wanita murahan sebagai ibu pengganti bagi cucuku, hah? Aku tidak akan melanjutkan perjodohan antara kamu dengan putraku satu-satunya. Pergi dari hadapanku sekarang juga!" usir Dirga dengan wajah merah padam. Tatapan tajamnya membuat Sarah ketakutan, tapi ia harus membela diri.
''Itu bukan Sarah, Paman. Video itu pasti hasil rekayasa. Sarah tidak melakukan hal itu," ucap Sarah sambil berlutut dan memegang kaki Dirga.
"Kalau itu rekayasa, lalu siapa mereka?" tanya Will mengintimidasi.
Rupanya, ia sudah mempersiapkan pertarungan ini dengan baik bersama asistennya, Pramuda. Mereka sengaja memanggil tiga model pria yang bercinta dengan Sarah. Tentu dengan sebuah imbalan agar mereka bersedia datang.
''Kamu bilang, kami akan menjadi pendampingmu di iklan selanjutnya jika kami memuaskan hasratmu yang tinggi." Mereka menyerang Sarah, membuat gadis itu tidak berkutik.
Lampu flash dari ponsel dan kamera wartawan bersinar seperti kilat yang menyala bergiliran. Semua mata tertuju kepada Sarah. Model papan atas yang dikenal santun dan cantik itu, berubah menjadi sosok wanita murahan dalam sekejap.
"Mau mengelak seperti apa lagi? Sekarang juga, tinggalkan keluarga Prasetyo, dan jauhi anakku! Pengawal!" Dirga memerintahkan para pengawal untuk menyeret Sarah keluar dari gerbang rumahnya.
Di sudut rumah yang berada di depan rumah Will, seorang wanita mengenakan jaket ber-hoodie, memperhatikan keramaian itu dengan perasaan kecewa. Bibir merahnya menyeringai. Ia terus memperhatikan, sampai ia melihat sebuah taksi datang dari kejauhan.
'Akhirnya …. Pemeran utama pertunjukkan ini datang juga.'
*BERSAMBUNG*