Chereads / Kompilasi {Empat Novel BL althafjr} / Chapter 9 - Rahasia Cinta

Chapter 9 - Rahasia Cinta

Setelah beberapa hari Redo dan Yohan, menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih. Keduanya masih merasa aneh, karena hubungan mereka mulanya berawal dari seorang sahabat. Selain itu juga karena mereka memiliki jenis kelamin sama. Keduanya memutuskan untuk menjadi pacar, setelah sama-sama tahu kalau ternyata keduanya memiliki perasaan yang sama.

Sungguh tidak pernah terlintas dalam benak mereka, bahwa akan mengalami hal seperti yang sedang mereka rasakan sekarang. Apa lagi sampai berpikir menjadi sepasang kekasih. Membayangkanpun keduanya tidak pernah. Tapi ternyata memang benar, jika rasa tidak pernah bohong, dan kenyataanya keduanya saling mencintai, dan meraka adalah sepasang kekasih sekarang. Soal jenis kelamin yang sama, mereka tidak perduli, mereka hanya ingin mengikuti apa kata hati.

Yang mereka rasakan saat ini adalah kenyamanan, dan juga saling menyayangi. Keduanya merasa bahagia bila selalu bersama, dan rindu jika tidak bertemu. Keadaan itu yang membuat keduanya ingin menyatukan perasaan mereka, dalam bentuk ikatan cinta.

Meski mereka tahu dan sadar jika itu tidak benar, namun keduanya sangat menikmati perasaan itu. Tapi tentu saja mereka akan merahasiakan tentang hubungan mereka. Hanya mereka yang thau, dan hanya mereka yang menikmati. Redo dan Yohan.

Hari itu adalah hari minggu, hari dimana remaja seusia mereka seharusnya sedang senang-senangnya mengisi hari libur untuk sekedar jalan-jalan. Namun keduanya lebih senang menghabiskan hari liburnya hanya untuk berduaan saja, tanpa ada yang menganggu.

Nongkrong, nonton, ke mall, atau berada di tempat keramaian seharusnya adalah hal yang paling menyenangkan untuk anak seusia Redo dan Yohan. Namun bagi keduanya tidak ada hal yang paling indah, bagi mereka selain hanya berdua saja. Tidak ada yang melihat, tidak ada yang mengganggu, dan tidak yang curiga. Karena mereka sadar betul, bahwa hubungan yang tengah mereka jalani adalah suatu hubungan yang tidak benar, dan juga terlarang.

"Ma, Yohan pinjam mobil mama dong," Ucap Yohan setelah ia turun dari anak tangga.

"Mau kemana sayang?" Tanya ibunya yang sedang asik menyusun vas bunga di atas meja, di ruang keluarga. "Kalo Ayahmu tau, mama bisa kena marah." Kilah ibunya sebagai bentuk penolakan.

Yohan berjalan mendekati ibunya. "Ayolah ma, Ayah lagi di luar kota nggak akan tau, itu juga kalo mama nggak ngasih tau sih." Mohon Yohan sambil memluk ibunya dari belakang. "Lagian cuma main kerumah Redo," Imbuhnya seraya menempelkan dagu di pundak ibunya.

"Yakin cuma kerumah Redo?" Selidik ibunya. "Biasanya Redo yang ke sini?" Sebenarnya ia cuma khawatir jika Yohan akan pergi jauh, mengingat anak satu-satunya itu belum memiliki SIM.

Yohan melepaskan peluknaya, kedua tanganya menyentuh pundak ibunya, memutarnya supaya berhadapan dengannya.

"Ma, Yohan itu udah besar, Jadi enggak perlu khawatir lagi," Ucap Yohan menatap serius ke wajah ibunya. "Cuma ke rumah Redo, deket, masih satu komplek." Tegas Yohan.

"Biasanya Redo yang kemari?" Ucap ibunya kembali, ia masih ragu dengan kata-kata Yohan.

Sepertinya Yohan tahu kalau ibunya tidak mengijinkan ia membawa mobil. Mendengkus kesal, Yohan memutar bola matanya kesal. Beberapa detik Yohan terdiam sambil memikirkan cara siapa ya mendapatkan ijin meminjam mobil. Bibir Yohan menyeringai kala ia sudah menemukan cara.

"Kunci..." ucap Yohan sambil mengulurkan telapak tangan tepat di hadapan wajah ibunya."Atau mama pingin ayah tau, soal tas baru mama yang harganya selangit itu?" Ancam Yohan dengan senyum penuh kemenangan. Ia juga menaik turunkan kedua alisnya sebagai bentuk tantangan.

Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya ibu Eha hembuskan secara perlahan. Tidak ada pilihan lain, dengan berat hati ibu Eha mengambil kunci mobil yang ia taru di saku baju gamisnya. Ibu Eha meletakan kuci mobil tepat di atas telapak tangan Yohan, sambil memutar bola matanya malas. "Nih..." ketus ibu Eha.

"Yes..." girang Yohan sambil dengan cepat menggenggam kunci mobil yang sudah di telapak tangannya. Yohan tidak mau ibunya berubah pikiran lagi. "Mama paling cantik sedunia." Puji Yohan, kemudian ia berjalan setengah berlari meninggalkan ibunya yang masih merasa dongkol.

"Awas... kalo main jauh, inget kamu belum ada SIM... mama bakal telfon mamanya Redo..." teriak ibu Eha sambil menatap punggung anaknya yang sudah mendekati pintu utama.

"Telfon aja....!" Jawab Yohan, dari ruang tamu.

"Dasar anak nakal..." grutu ibu Eha setelah Yohan sudah keluar dari dalam rumah.

***

Di kamarnya, Redo sedang duduk bersilah di atas ranjangnya. Tangan kanan Redo nampak asik bermain dengan HP-nya, sementara telapak tangan kirinya terlihat sedang mengusap kening Yohan, yang tengah tiduran menggunakan pahanya sebagai bantalan.

Sama seperti Redo, Yohan juga sedang asik berselancar di dunia maya. Usapan lembut telapak tangan Redo membuat Yohan semakin nyaman tidur di atas paha Redo. Bahkan Yohan berani protes jikalau Redo berhenti mengusap keningnya.

"Do,"  Yohan memecah keheningan yang sempat terjadi selama beberapa saat.

"Hem..." gumam Redo tanpa memalingkan wajah dari layar HPnya. "Apa?"

"Ema deket sama Ozan?" Tanya Yohan saat Ia melihat foto Ozan bersama Ema di akun media sosial milik Ozan.

"Tau dari mana?" Tanya Redo tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar HP.

"Nih..." Yohan menujukan layar HPnya tepat di wajah Redo.

Telapak tangan Redo dengan gesit menyambar HP dari tangan Yohan. "Kamu ngapain stalking akun dia?" Ketus Redo sambil jari-jarinya menari-nari di layar HP Yohan. Setelah itu Redo melempar HP itu tepat di atas perut Yohan.

"Kamu blokir Ozan?" Tanya Yohan saat Ia tidak bisa lagi melihat akun medsos milik Ozan.

"Emang kenapa?" Jutek Redo seraya menyingkirkan kepala Yohan dari atas pahanya. Kemudian Redo menyandarkan punggungnya pada kepala dipan. Wajahnya terlihat ketus.

Yohan bangkit dari tidurnya, duduk bersilah menatap Redo dengan kening yang dikerutkan. "Kamu marah?"

Tidak ada jawaban dari Redo, wajahnya masih dalam mode jengkel. Tatapannya kosong menatap kedepan.

Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya Yohan hembuskan secara perlahan. Bola matanya menatap lekat-lekat wajah marah Redo.

Tatapan Yohan yang tidak berkedip membuat Redo menjadi salah tingkah saat manik matanya melirik ke arah Yohan. "Apa?" Ketus Redo lantaran Yohan menatapnya begitu lama. Ia menjadi grogi.

Setelah beberapa saat mengamati wajah Redo, terlihat Yohan menarik ujung bibirnya, tersenyum miring, kemudian ia berkata. "Kita kan udah kenal lama, kok aku baru sadar ya? kalo kamu itu ternyata ganteng juga." Goda Yohan mencoba melunakkan hati Redo.

Meski sedang kesal lantaran cemburu, tapi pujian dari Yohan sukses membuat Redo menarik kedua ujung bibirnya. Tersenyum walau terpaksa dan sangat singkat. Supaya tidak diketahui Yohan.

Namun sayang, gerakan senyum singkat Redo tertangkap basa sama Yohan. Hal itu juga membuat senyum Yohan menyeringai. Tiba-tiba Yohan bernajak dari duduknya, naik ke atas perut Redo, menjatuhkan pantatnya di sana. Kedua tangan Yohan mengunci tengkuk Redo, sementara mulutnya menggit pelan telinga Redo.

"WATAW...!" Redo berteriak, meronta menahan geli karena lidah Yohan menggelitik lubang telinga Redo.

"Ha..ha.... Lepas Yoh..." mohon Redo di tengah gelak tawanya.

"Kalo masih marah nggak akan aku lepas," tegas Yohan sambil terus menggigit telinga Redo.

"Lepas Yoh..." mohon Redo kembali, sambil mendorong tubuh Yohan yang masih memeluk erat tengkuknya. "Geli Yoh... Lepaaas!"

Saat Redo dan Yohan sedang bergulat, tiba-tiba terdengar suara dari dekat pintu kamar milik Redo.

"KALIAN...! sedang apa?"

Deg...!

Suara ibu Karina__wanita yang dipanggil mama oleh Redo. Membuat keduanya tersentak, gugup, salah tingkah. Mereka langsung menghentikan mode bercanda__Yohan langsung loncat dari atas perut Redo.

Redo dan Yohan terdiam, sambil menelan ludah mereka susah payah. Wajah keduanya mendadak pucat pasi.

"M-mama..." gugup Redo dan Yohan secara bersamaan.

"K-kita," Redo terdiam ditengah rasa gugupnya. Ia sedang mencari alasan atas apa yang baru saja dilihat sama ibu Karina. Suara Redo terdengar gugup. "Kita lagi becanda," aku Redo sambil mencolok pinggang Yohan, untuk mendapatkan dukungan.

"I-iya ma, kita lagi becanda," ucap Yohan. Kemudian ia tersenyum nyengir.

Ibu Karina terdiam, berdiri mematung menatap datar wajah Redo dan Yohan. "Makan siang dulu, ayah sama mama nunggu di ruang makan."

Setelah menyampaikan itu ibu Karina berlalu, keluar dari kamar Redo dengan pikiran yang tidak sanggup digambarkan.

"Huuuft..."

Redo dan Yohan menghela napas lega, setelah ibu Karina sudah tidak lagi berada di dalam kamar Redo.

"Kamu sih," ucap Redo sambil mencolek pipi Yohan.

"Kok aku? Kamu lah," Yohan tidak mau disalahkan. Sehingga ia juga membalas mencolek pipi Redo.

Sama-sama tidak mau disalahkan, kemudian keduanya kembali melakukan aksi saling colek, saling rangkul, supaya mau mengakui kesalahan masing-masing.

Bercanda tidak wajarpun mereka ulangi kembali. Menurut mereka ibu Karina sudah pergi jauh dari kamar Redo. Namun mereka tidak menyadari, jika ternyata ibu Karina masih bersembunyi di balik pintu yang sedikt terbuka.

Ibu Karina menatap datar, sambil mengkerutkan keningnya saat melihat mereka kembali melakukan aksi bercandanya. Setelah beberapa saat mengintip, ibu Karina berjalan meninggalkan pintu kamar Redo.

Dengan wajah bingung, ibu Karina berjalan sambil mimijit pelipis menggunakan jari lentikknya. "Mereka akrab banget, kayak sodara." Gumam ibu Karina dengan wajah heran.