Selama tiga hari Zahra berusaha untuk tetap profesional, bahkan ia menolak ketika Reyhan mengajaknya untuk jalan-jalan setelah selesai bekerja. Ia selalu mengingatkan dirinya sendiri kalau dirinya sudah bersuami, jangan sampai bermain hati. Untuk itu, jika pekerjaannya selesai, ia memilih untuk diam di kamar memainkan Hpnya atau nonton tivi. Kadang ia menghabiskan waktunya untuk mendengarkan ceramah-ceramah ustadz yang ia sukai seperti Ustadz Basalamah misalnya.
Reyhan sendiri merasa putus asa, awalnya ia berharap dengan ia dan Zahra pergi ke luar kota berdua akan membuat hubungan keduanya semakin akrab. Nyatanya malah sebaliknya, Zahra seakan memberikan jarak darinya. Zahra seperti memberikan batas yang tak bisa ia tembus. Dan ia hanya bisa diam di tempat tanpa bisa berbuat apa-apa. Semangatnya yang tadinya membara pun seakan lenyap seketika.
Sedangkan di tempat berbeda Andre merasa bahagia dan menikmati waktu berdua dengan Alana. Ia juga tak perlu capek kesana-kemari. Tak seperti kemarin-kemarinnya hingga membuat dirinya kelelahan dan akhirnya jatuh sakit.
Sepulang kerja, ia langsung pulang ke rumah dan langsung bisa menemui Alana yang tengah menunggunya dengan baju yang sexi dan sangat terbuka, membuat rasa lelah Andre langsung sirna seketika. Apalagi parfum yang ia pakai membuat dirinya benar-benar terlena, itulah yang membuat dirinya tak bisa lepas dari Alana. Istri keduanya itu seakan tau apa yang ia butuhkan.
Sehingga selelah apapun ia sepulang kerja, masih ia sempet-sempetin untuk melakukan hubungan suami istri hingga keduanya sama-sama merasakan surga dunia. Baru setelah itu mereka mandi bersama dan makan malam bersama, makan malam yang di masak sendiri oleh Alana. Walaupun rasanya jauh lebih enak punya Zahra, namun Andre tetap menghargai usaha Alana.
Dan biasanya sehabis makan malam, Andre akan mengajak Alana jalan-jalan sampai jam 10 malam dan setelah itu mereka kembali ke rumah, ngobrol berdua sebelum tidur. Mereka benar-benar melupakan Zahra, mereka hanya sibuk dengan kebahagiaan mereka sendiri.
Paginya mereka kadang bangun kesiangan, bahkan jam 7 baru bangun, dan setelah itu Alana akan siap-siap membuatkan roti dan selai. Karena untuk masak pun waktunya tak nutut karena Andre harus berangkat jam setengah delapan.
Mereka berdua hanya bersenang-senang di dunia, sampai lupa akan kewajiban sebagai hamba Allah. Mereka lupa untuk melakukan sholat wajib 5 waktu. Mereka hanya sibuk membahagiakan satu sama lain, menikmati waktu berdua seakan-akan dunia milik mereka.
Dan kebetulan kemarin Andre gajian dan ia memberikan 75% gajinya untuk ia berikan buat Alana, sedangkan Zahra ia seakan tak peduli. Andre yakin Zahra bisa mencari uang sendiri sehingga tak perlu mengandalkan dirinya.
Tiga hari seperti terasa tiga jam buat mereka. Padahal mereka masih ingin bersama tapi apa boleh daya, nanti sore Zahra sudah pulang dan mau gak mau, Alana pun harus pulang ke kediamannya.
"Mas, sebenarnya aku gak pengen pulang," rengek Alana yang merasa berat, dengan dia pulang maka waktunya untuk berdua dengan sang suami hanya sebentar saja.
"Sabar ya, kota berdoa aja agar Zahra sering-sering keluar kota agar kita sering bersama," gumam Andre.
"Hmmm ...." Alana hanya mengerucutkan bibinya ke depan membuat Andre gemas dan menciun bibir Alana.
"Sabar ya sayang, ini demi hubungan kita. Aku janji cepat atau lambat aku pasti akan menceraikan Zahra dan segera menikahi kamu secara resmi dan memperkenalkan kamu kepada semua orang kalau kamu adalah istriku satu-satunya," rayu Andre membuat Alana tersenyum.
"Baiklah, aku percaya. Iya udah ayo antar aku pulang. Aku tak mau Zahra mengetahui keberadaanku di sini," ajak Alana yang tak mau hubungan dirinya dan sang suami di ketahui oeh Zahra, walaupun dalam hati dia sangat ingin agar Zahra mundur. Namun ia berusaha menahannya demi sang suami.
Andre pun akhirnya mengantarkan Alana pulang ke kediamannya. Sedangkan Zahra sendiri, kini ia juga dalam perjalanan pulang dari bisnisnya bersama Reyhan, atasannya.
"Za, kita mampir ke resto dulu ya. Aku lapar," ujar Andre.
"Iya, Mas."
Setelah itu, Andre pun mencari resto terdekat. Setelah menemukannya, ia segera memarkirkan mobilnya dan mengajak Zahra masuk ke resto untuk makan siang bersama.
Tadi sehabis sholat dhuhur, mereka hanya minum air putih dan makan roti saja karena Zahra lagi tak selera makan akhirnya, Reyhan pun juga melakukan hal yang sama yaitu makan hanya roti saja.
Namun jam 4 sore, Reyhan tak tahan perutnya perih, untungnya Zahra mau di ajak ke resto sehingga mereka bisa makan bersama-sama mengisi perut mereka yang sudah keroncongan.
Selesai makan, mereka pun melanjutkan perjalanan hingga jam 7 malam mereka tiba di kediaman Zahra. Ya, Reyhan mengantarkan tepat sampai depan rumahnya.
"Mas, makasih ya."
"Sama-sama. Terimakasih juga sudah menemani aku ke luar kota. Aku pulang dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Setelah itu, Zahra pun pergi ke rumahnya sedangkan Reyhan ia langsung pergi dari sana menuju apartemennya. Ia ingin segera istirahat, ia merasa lelah setelah hampir seharian ia menyetir seorang diri.
Namun saat Zahra masuk ke dalam rumahnya. Ia seperti mencium bau parfum perempuan.
"Kok kayak bau parfum cewek ya?" tanya Zahra pada dirinya sendiri.
"Apa mungkin Mas Andre ganti parfum. Terus di mana dia sekarang? Kenapa jam segini gak ada di rumah, bahkan lampu juga gelap seperti ini, belum di hidupkan. Astaga kenapa rumahku jadi berantakan seperti kapal pecah sih," Zahra merasa kesal dengan semua ruangan yang benar-benar di buat berantakan.
Padahal itu ulah Alana, ia sengaja tak bersih-bersih rumah selama di rumah Zahra, mana sudi ia jadi pembantu gratisan di rumah istri pertama suaminya. Ia hanya menggunakan dapurnya aja buat masak untuk sang suami tapi tak ada niat untuk membersihkannya.
Zahra yang merasa lelah, tadinya ia ingin mandi dan istirahat. Tapi melihat ruangan itu membuat dirinya kesal. Walaupun Zahra sangat sabar, tapi sebagai manusia biasa, ada kalanya ia ingin marah-marah.
Akhirnya walaupun dengan berat hati, ia mulai membersihkan ruang tamu, ruang tengah, nyapu dan ngepel hingga kembali bersih. Ia juga masuk ke kamarnya dan ia merasa ada seseorang yang masuk ke kamarnya melihat ada beberapa benda yang letaknya berbeda, tak seperti biasanya.
"Apa mungkin Mas Andre yang masuk ke sini?" gumam Zahra dalam hati.
"Sudahlah, lebih baik aku cuci muka dulu deh, biar wajahku gak kotor gini. Mandinya nanti aja," gumam Zahra. Ia pun pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Lalu ia pergi ke kamar suaminya, lagi-lagi ia melihat kamar suaminya yang benar-benar berantakan, bahkan selimut ada di lantai, sprai kasur berantakan kayak habis ada dua orang yang bergulat disana.
Namun Zahra selalu berfikir positif, ia mulai membersihkan semuanya, dan mengambil baju suaminya yang kotor untuk ia bawa ke keranjang kotor dan akan ia cuci besok pagi.
Dan saat ia melihat ke dapur, ia benar-benar ingin teriak. Ruang dapur yang biasanya bersih total tapi kali ini benar-benar hancur, bahkan ruang dapur jauh lebih parah ketimbang ruangan lainnya.
"Mas, sebenarnya kamu ngapain sih Mas sampai-sampai kamu betah di rumah yang kotor seperti ini. Dan sejak kapan kamu nyentuh dapur, apa karena aku pergi ke luar kota, jadi kamu terjun sendiri ke dapur?" tanya Zahra sambil mengambil semua peralatan yang kotor dan membawanya ke wastafel. Lalu ia membersihkan semuanya, terakhir ia mencuci peralatan yang ada di wastafel yang sudah menumpuk seperti beberapa hari gak di cuci sama sekali sampai baunya pun tak enak.
Selesai mencuci piring dan lain sebagainya, ia lanjut membuka kulkas dan ia benar-benar terkejut, kulkas yang tadinya penuh, benar-benar kosong. Ikan, daging, berbagai macam sayur dan buah habis tak tersisa. Bahkan cemilan di ruang tamu dan ruang tengah pun juga tak ada.
"Apa diam-diam sebenarnya Mas Andre itu pinter masak ya, makanya dia menghabiskan semua isi kulkas buat ia masak dan di makan sendiri." Lagi-lagi Zahra berfikir positif.
"Besok aku harus pergi ke pasar buat nyetok lagi," ujar Zahra. Lalu ia mengambil air minum segelas dan menghabiskannya. Lanjut ia duduk di ruang tengah sambil nonton tivi. Ia benar-benar lelah, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam Ia gak menyangka cukup lama juga ia bersih-bersih rumah.