"Papa tidak mau aku, huhu…" Su Jiu menangis sampai tersedak, air mata jatuh membasahi wajahnya tanpa berhenti.
Su Shengjing memaksa diri untuk tidak melihat wajah menyedihkan Su Jiu yang masih menangis.
Setelah Su Jiu memberitahu nama panti asuhannya, Si Shengjing pun mencari alamat panti asuhan itu di ponselnya. Kemudian, ia segera mengangkat gadis kecil itu dan memeluknya di lengan. Mereka berjalan menuju stasiun kereta bawah tanah. Saat ini sudah pukul lima pagi, bertepatan dengan jadwal keberangkatan kereta bawah tanah yang pertama.
Selama perjalanan menuju panti asuhan, Su Jiu tidak lagi menangis atau berisik. Anak itu hanya memeluk leher Su Shengjing, membenamkan wajah kecilnya di leher ayahnya. Sepanjang jalan, ia jadi gadis kecil yang sangat pendiam, hanya menciumi aroma Su Shengjing dari waktu ke waktu.
Melihat Su Jiu mengendus aroma seperti seekor anjing kecil, Su Shengjing pun bertanya dengan heran, "Kamu sedang apa?"
Su Jiu mengalihkan pandangan ke arah Su Shengjing dengan mata yang merah, kemudian dengan sedih berkata, "Aku ingin mengingat bau Papa."
Su Shengjing terdiam…
Ada sesuatu yang tiba-tiba bergetar di lubuk hatinya.
Su Jiu membenamkan wajahnya di leher Su Shengjing sekali lagi sambil bergumam, "Papa mau mengantar Xiaojiu pulang ke panti asuhan. Jadi, nantinya tidak akan datang melihatku lagi, 'kan? Tapi Xiaojiu tidak ingin melupakan Papa, Xiaojiu mau mengingat wajah Papa dan bau Papa."
Su Shengjing membeku di tempat, ia mulai merasakan rasa sedih di satu sisi lubuk hatinya.
Namun bagaimanapun, Su Shengjing merasa ia tidak bisa menyerah dan kalah oleh perasaan itu. Menjaga dan mendidik anak bukanlah lelucon. Butuh waktu yang lama, bertahun-tahun, untuk membesarkan seorang anak. Su Shengjing tidak ingin hal-hal merepotkan itu terjadi padanya.
Su Shengjing tidak mengatakan apa pun, ia hanya mengalihkan pandangan ke arah lain.
"..." Su Jiu pun terdiam.
'Sepertinya yang satu ini kurang kuat!' batin Su Jiu.
Setelah sampai di stasiun tujuan, Su Shengjing turun dari kereta bawah tanah sambil memeluk Su Jiu dan mulai berjalan menuju panti asuhan.
Saat sampai di depan pintu panti asuhan, Su Shengjing menurunkan gadis kecil itu sambil berkata, "Masuklah."
Su Jiu tidak bergerak, dengan wajah suram ia berkata kepada Su Shengjing, "Papa, bolehkah aku masuk nanti saja?"
"..."
"Papa, maukah kamu memeluk Xiaojiu sekali lagi?" Su Jiu mengatakan permintaannya lagi.
"Boleh."
Itu bukan permintaan yang susah dilakukan. Su Shengjing membungkukkan punggungnya dan memeluk Su Jiu.
Melihat Su Jiu menatap lurus ke arahnya sambil berlinangan air mata, Su Shengjing pun tiba-tiba merasa sangat bersalah terhadap gadis kecil itu, seperti ia telah melakukan sesuatu yang sangat buruk kepadanya.
Su Shengjing mengulum bibirnya, kemudian dengan kaku memberikan penjelasan kepada Su Jiu, "Sebenarnya, aku mengantarmu pulang ke sini, itu semua demi kebaikan kamu. Aku benar-benar tidak bisa menjagamu, kamu tidak akan bisa mendapatkan kehidupan yang baik bersamaku."
"Atau begini saja, ke depannya kalau ada waktu luang, aku akan datang mengunjungimu. Aku juga akan mengirim uang ke sini untukmu. Kamu tinggal di sini saja, aku percaya ibu dekan dan pengurus panti asuhan yang lain akan menjagamu dengan baik."
Su Jiu menundukkan kepalanya dan terdiam sesaat. Setelah itu, ia berkata dengan tidak senang, "Sebaik apa pun juga, itu tidak bisa dibandingkan dengan Papa ."
Su Jiu menggandeng tangan Su Shengjing, dengan nada meminta ia berkata, "Papa, Xiaojiu akan menjadi anak baik di panti asuhan… Jadi, Papa sering-sering ke sini untuk menjengukku, ya?"
"Ya, aku janji."
Namun, meskipun Su Shengjing sudah memberikan janjinya, Su Jiu tetap tidak melepaskan tangannya dan ia pun mulai menangis dengan sedih.
Su Jiu tidak menangis dengan suara keras, ia hanya menangis dalam diam, bagaikan seekor binatang kecil yang ditelantarkan, tampak sangat kasihan.
Rasa bersalah dalam hati Su Shengjing pun semakin kuat, ia tidak tahu harus mengatakan apa untuk membujuk gadis kecil itu.
Dari sudut matanya, Su Jiu diam-diam mengamati ekspresi Su Shengjing. Ia melihat seluruh badan pria itu tampak sangat kaku, berdiri di tempat dan tidak pergi begitu saja. Maka dari itu, Su Jiu pun menyimpulkan bahwa hati Su Shengjing sudah mulai goyah.
Mengetahui hal itu, Su Jiu pun berusaha lagi. Ia mengangkat tangannya dan mengusap air matanya, kemudian melepaskan tangan Su Shengjing dan berkata dengan baik, "Papa, kamu pergi saja... Xiaojiu akan merindukanmu."
Su Shengjing yang sempat terseret oleh perasaan pun terbangun. Sekali lagi, diam-diam ia berusaha mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak melembut hatinya.
Sesaat kemudian, Su Shengjing pun berkata, "Aku memang sudah akan pergi, kamu cepat masuk."
"Tidak." Su Jiu menggelengkan kepalanya, matanya memerah, "Aku ingin melihat Papa pergi. Setelah Papa pergi, Xiaojiu akan masuk."