Jika dilihat dari penampilannya, anak laki-laki itu kira-kira berusia enam atau tujuh tahun. Rambut hitamnya sedikit panjang, ia mengenakan kaos hitam yang warnanya sudah pudar karena sering dicuci dan sebuah celana panjang warna krem. Karena sangat kurus, baju itu tampak sangat longgar di tubuhnya.
Anak laki-laki itu membawa sebuah kantong plastik hitam yang besar di salah satu tangannya, sedangkan satu tangannya lagi sedang sibuk mengobrak-abrik tong sampah. Ia mencari botol plastik atau kaleng kosong, kemudian memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam itu.
Ia mencari dari tong sampah satu ke tong sampah yang lainnya, seperti sudah sangat terbiasa dengan kegiatan itu.
Su Shengjing pernah melihat anak itu beberapa kali. Setiap bertemu, ia pasti sedang memungut sampah.
Beberapa saat kemudian, sambil menggandeng tangan Su Jiu, Su Shengjing berjalan menuju anak laki-laki itu. Pria itu mengerutkan alisnya dan bertanya, "Sudah jam segini, kenapa kamu masih memungut sampah? Orang rumah kamu di mana?"
Anak kecil itu tidak menjawab. Ia hanya melirik Su Shengjing dan Su Jiu secara bergantian, kemudian kembali mengalihkan tatapannya dan melanjutkan apa yang sedang dikerjakan.
Su Jiu terkejut dengan satu tatapan yang diberikan oleh anak laki-laki itu.
Itu adalah sepasang mata yang penuh dengan cerita, dia hanyalah seorang anak kecil. Namun, pada usianya yang seharusnya masih polos itu, tatapan mata anak itu penuh dengan makna mendalam seperti orang dewasa. Matanya tampak seperti orang dewasa yang telah menjalani banyak tahap dalam kehidupan.
Su Shengjing mengambil dompet dari sakunya. Sebenarnya, ia sendiri tidak memiliki banyak uang. Nantinya, ia harus membeli banyak hal, terutama untuk kebutuhan sehari-hari Su Jiu.
Takut uangnya tidak cukup, Su Shengjing pun akhirnya hanya mengeluarkan lima puluh yuan dan menyerahkannya kepada anak kecil itu. "Nak, ambil ini dan pergilah membeli makanan."
Anak kecil itu tertegun sejenak, matanya menatap lurus ke arah uang yang disodorkan Su Shengjing, jelas-jelas sangat menginginkannya. Namun, seperti tahu bahwa ia tidak boleh sembarangan mengambil uang dari orang asing, maka anak kecil itu pun tidak mengulurkan tangannya untuk menerima uang itu.
Saat itu, bibirnya yang tipis mengulum dengan kuat, menunjukkan bahwa ia sedang berusaha menahan perasaan yang sesungguhnya.
Sementara itu, Su Jiu langsung mengambil uang itu dari tangan Su Shengjing dan memasukkannya ke dalam telapak tangan anak laki-laki itu.
Su Jiu tersenyum manis kepadanya sambil berkata, "Kakak, kamu ambil saja uang ini. Kalau memang merasa kurang nyaman, nanti setelah kamu besar dan sudah bisa menghasilkan uang, kamu bisa mengembalikannya ke Papaku."
Kata-kata Su Jiu berhasil membujuk anak laki-laki itu, ia menganggukkan kepalanya dengan kuat. Anak itu memandangi uang yang ada di telapak tangannya untuk beberapa saat, kemudian melihat Su Jiu dengan serius.
'Apa dia baru pindah ke sini? Manis sekali!' batin anak laki-laki itu.
Seketika, telinga anak kecil itu pun memerah. Kemudian, ia menganggukkan kepalanya sebagai sapaan dengan malu-malu dan panik menghindari tatapan Su Jiu.
Anak laki-laki itu menyimpan uang pemberian Su Shengjing dengan hati-hati di dalam sakunya. Setelah itu, ia membalikkan badan dan mulai mengobrak-abrik tong sampah lagi.
Setelah berjalan keluar dari gedung, Su Jiu menolehkan kepalanya dan sekali lagi melihat ke arah anak laki-laki itu. Ada perasaan tidak nyaman di dalam.
'Anak sekecil ini sudah harus memungut sampah di luar, kehidupannya pasti sangat sulit...'
Tidak bisa menahan diri, Su Jiu akhirnya bertanya kepada Su Shengjing, "Papa, dia itu siapa?"
"Dia tinggal di bangunan yang sama dengan kita. Aku dengar, dia bisu, tapi aku juga kurang tahu apa itu benar atau tidak. Hanya saja, sampai sekarang aku belum pernah mendengar suaranya."
"Kalau begitu, kenapa dia memungut sampah? Apakah keluarganya sangat miskin?"
"Orang yang tinggal di sini tidak ada yang kaya, termasuk aku." Su Shengjing merasa sedikit malu, ia menundukkan kepalanya dan bertanya, "Apakah kamu akan menatapku dengan rendah?"
Su Jiu menggelengkan kepalanya. Ia mengangkat pandangannya dan tersenyum dengan ceria. "Tentu saja tidak! Papa adalah Papa paling baik di dunia!"
Satu kalimat dari Su Jiu itu membuat hati Su Shengjing meleleh, seperti es batu yang terkena sinar matahari dan menjadi air.
'Baiklah! Aku harus semangat!'
Siapa sangka, satu kalimat dari Su Jiu itu membuat Su Shengjing bertekad untuk bersemangat lagi karena ia harus bertanggung jawab dan membesarkan gadis kecil itu dengan baik.
***
Di dalam supermarket, Su Shengjing mengambil sebuah troli belanja. Pria itu mengangkat Su Jiu dan membiarkannya duduk di atas kursi troli..
Wajah kecil Su Jiu terasa panas, ia merasa sedikit malu.
Bagaimanapun, Su Jiu sebenarnya sudah berusia delapan belas tahun. Duduk di atas troli seperti seorang bayi… itu sedikit memalukan.
Saat melihat Su Jiu menggerakkan badannya ke sana dan ke sini, Su Shengjing mengira bahwa gadis itu tidak suka duduk. Maka dari itu, ia menundukkan kepala dan tanya, "Apa kamu mau digendong saja?"
Su Jiu segera menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Papa... Aku duduk di troli saja, nanti Papa capek kalau menggendongku."
"..." Su Shengjing terdiam, ia sungguh merasakan kelembutan Su Jiu.
'Ya Tuhan, malaikat dari mana ini?'
'Dia benar-benar manis!'