Chereads / Pendekar Mabuk / Chapter 32 - 004.Pendekar Mabuk - Perawan Sesat Eps32

Chapter 32 - 004.Pendekar Mabuk - Perawan Sesat Eps32

Episode 32

ORANG yang dicari Dirgo muncul di belakangnya.

Kehadirannya tanpa hawa dan tanpa suara, Dirgo

sempat terperanjat sebentar melihat munculnya

perempuan jabrik berpakaian ungu muda ketat. Bukan

rambut yang bikin Dirgo kaget, tapi bentuk tubuh yang

begitu menggiurkan yang bikin Dirgo terkesiap tak

berucap.

Hati Dirgo jadi berdebar-debar memandang belahan

dada perempuan itu yang tampak mulus, menonjol dan

sekal-sekal montok. Sungguh suatu pemandangan yang

harus diperhatikan tanpa kedipan mata barang sejenak.

Tapi wajah perempuan itu tetap tanpa senyum.

Kecantikan itu bagai gunung batu tersaput gumpalan

es. Dingin sekali. Walaupun Dirgo sunggingkan senyum,

perempuan berhidung kecil bangir dan bermata bundar

itu tak tertarik untuk membalas senyuman Dirgo.

"Luar biasa...," gumam Dirgo di dalam hatinya. Ia

pandangi perempuan yang berpinggul meliuk indah

dengan pantat menonjol sekal itu. Ia nikmati

kemolekan yang begitu langka itu sambil langkahkan

kaki kelilingi tubuh perempuan tersebut. Yang di

pandang tak bergerak sedikit pun kecuali matanya yang

melirik dengan liar. Wajah bekunya sedikit tegak

terdongak naik dagunya, menampakkan sebentuk

keangkuhan yang angker.

"He he he...!" Dirgo perdengarkan tawanya yang

pelan mirip orang menelan minuman. Tiba di depan

perempuan cantik berambut jabrik, Dirgo Mukti

hentikan langkahnya. Jarak mereka hanya tiga langkah.

"Kaukah yang rubuhkan pohon itu?" tanya Dirgo

dengan kedua tangan selipkan jempol ke ikat pinggang

di depan perutnya. Perempuan itu sedikit miringkan

wajah dalam pandang sipitnya. Semakin tajam mata itu

bak ujung tombak yang baru diasah dengan gerinda.

"Kaukah yang tumbangkan pohon untuk

menghadang langkahku?" ulang Dirgo.

Perempuan itu menjawab dengan suara serak-serak

angker namun menggairahkan.

"Ya. Aku yang lakukan! Mau apa kau?!"

Dirgo Mukti lebarkan senyum. "Justru aku yang

seharusnya bertanya begitu mau apa kau menghadang

langkahku dengan cara begitu?"

"Mau memastikan dirimu!" jawab perempuan yang

kemudian mengaku bernama Perawan Sesat itu.

"Apa yang perlu kau pastikan dari diriku, Perawan

Sesat?"

"Apakah benar kau yang bernama Suto Sinting,

murid si Gila Tuak itu?!"

"Mengapa kau tanyakan hal itu?"

"Aku mencarinya."

"Untuk apa?"

"Suatu keperluan penting."

"Menyenangkan atau menyusahkan?!"

"Sangat menyenangkan."

Dirgo manggut-manggut dalam senyuman,

melangkah ke samping tiga pijak sambil membatin,

"Perempuan ini boleh juga. Cantik tapi berkesan

liar. Merangsang tapi berkesan angker. Perempuan

seperti ini pasti punya gairah besar dalam bercinta.

Tubuhnya serba kencang dan itu menunjukkan jaminan

kenikmatan yang luar biasa. Perempuan ini jauh lebih

menggiurkan dari Selendang Kubur atau pun Peri

Malam. Hmmm... dia mencari Suto Sinting. Dia punya

kepentingan yang menyenangkan. Apakah dia punya

kencan dengan Suto Sinting? Atau barangkali dia ingin

membuat kencan dengan murid si Gila Tuak itu?"

Perawan Sesat ikuti gerakan langkah Dirgo.

Matanya bagai tak mau lepas dari wajah Dirgo Mukti. Ia

membatin pula di dalam hatinya,

"Kurasa memang ini orangnya. Peramal Pikun itu

memberi ciri ketampanan. Suto orang yang tampan,

gagah, dan perkasa. Orang ini punya ciri seperti itu.

Tapi apakah benar dia yang bernama Suto?"

Kejap berikutnya keduanya saling pandang lagi.

Lalu, Dirgo Mukti lontarkan tanya,

"Dari mana asalmu, Perawan Sesat?"

"Jawab dulu pertanyaanku tadi, kaukah yang

bernama Suto?!" sentak perempuan berpedang gading.

"Ya. Aku Suto Sinting!" jawab Manusia Sontoloyo

dalam tipuannya.

Perawan Sesat hembuskan napas lepas, seperti

mengalami perasaan lega. Wajah dinginnya sedikit

mencair. Keangkerannya mulai surut. Keangkuhannya

kian menipis. Kekakuan sikapnya pun menjadi berubah

sedikit santai.

"Ada kepentingan apa kau mencariku?!" tanya Dirgo.

"Aku harus membawamu ke Bukit Garinda, Suto!"

"Untuk apa aku ke sana?"

"Guru ingin menemuimu."

"Perlu apa gurumu menemuiku?" Dirgo ganti

berlagak angkuh.

"Itu urusan pribadi Guru. Sebaiknya ikut saja

perintahku, jangan bikin aku paksa dirimu dengan

kekerasan."

"Bagaimana jika aku ingin kekerasan itu?" goda

Dirgo Mukti.

"Kau akan menyesal nantinya, Suto!"

"Bagaimana jika aku ingin menyesal lebih dulu?"

sambil Dirgo mendekati Perawan Sesat. Senyumnya

makin mekar, membuat Perawan Sesat menganggap

kata-kata Dirgo tadi tidak bersungguh-sungguh.

Karenanya perempuan itu tidak cepat tunjukkan

kekerasan sikapnya, ia diam saja ketika Suto palsu

berdiri jarak satu langkah di depannya. Ia pandang

terus lelaki tampan itu.

"Aku mau kau bawa menghadap gurumu, tapi aku

inginkan sesuatu darimu sebagai syarat utama."

"Apa yang kau inginkan?"

"Kemesraan." jawab Manusia Sontoloyo itu.

Perempuan berbibir menggemaskan itu tampak

gelisah. Dirgo pegang kedua pundak Perawan Sesat.

Hati perempuan itu makin resah. Dirgo melihat sikap

pasrah yang bergumul rasa gelisah. Dirgo gunakan

kesempatan itu untuk mencium pipi Perawan Sesat.

"Jangan...," bisik perempuan itu. Tapi Dirgo nekat

lakukan.

Ciumannya mendarat penuh semangat di wajah

kanan Perawan Sesat. Perempuan itu berusaha

mengelak walau tak banyak.

"Jangan, Suto...."

Perempuan itu menggelinjangkan kepala samping.

Lehernya terbuka, dan Manusia Sontolo merenggut

leher itu dengan sebuah kecupan memburu.

"Jangan...," bisiknya lagi, lalu berlanjut, "Jangan di

sini, Suto!"

Mendengar lanjutan kata Perawan Sesat, Dirgo

justru hentikan ciumannya. Ia tarik kepala ke belakang

dan pandang mata perempuan itu sambil tersenyum

dalam tawa terkulum.

"Apakah syarat itu harus kupenuhi?" bisik Perawan

Sesat sambil biarkan tangan Dirgo menelusuri masuk ke

belahan dadanya.

"Ya. Harus kau sendiri yang penuhi. Kalau kau tidak

penuhi syarat itu, aku tak mau menghadap gurumu."

"Aku takut kau laporkan pada Guru."

"Aku tak akan bilang apa pun padanya nanti."

"Kau berani berjanji?"

"Aku berjanji dengan berbagai sanksi."

"Apakah kau berani kehilangan nyawa jika sampai

bocorkan rahasia?"

"Ambillah nyawaku jika aku dusta padamu!"

Tap ..! Tangan Dirgo ditangkapnya kuat, lalu

disentakkan lepas dari belahan dadanya yang

membengkak itu. Tanpa berucap kata apa pun,

Perawan Sesat sentakkan ujung kakinya. Tubuhnya

melenting ke udara dan bersalto dua kali untuk

mencapai bawah pohon rindang. Dirgo pun

mengikutinya dengan satu lompatan ringan dan bersalto

dua kali di udara.

Kejap berikut tubuh mereka sudah saling

berhadapan. Tangan Dirgo mulai meraih lengan

Perawan Sesat. Tubuh itu tertarik ke depan dan

terpeluk Dirgo. Kepala perempuan itu sengaja tengadah

dengan bibir yang merekah. Dirgo segera melumat bibir

itu dengan tangan meremasi punggung Perawan Sesat.

Mulut perempuan itu terlepas dan lontarkan desah

bersuara serak. Ia biarkan Dirgo menjamah sekujur

tubuhnya. Karena ia sendiri merasa tidak bisa

menghindar dari gairah yang kian memberontak dan

melonjak-lonjak itu.

Kejap berikut, keduanya sama-sama berpeluh.

Kejap lain lagi, mereka telah siap berdiri untuk

tentukan langkah. Pakaian mereka sudah kembali rapi.

Dan saat itu senyuman manis Perawan Sesat tampak

mekar disuguhkan di depan Dirgo Mukti dengan sinar

kepuasan.

"Sudah kuduga, kau memang galak dalam bercinta,"

kata Manusia Sontoloyo dengan senyum kemenangan.

Perawan Sesat tersipu malu, namun ia lontarkan

kata lirih.

"Memang begitulah aku. Tak boleh tersenggol

kemesraan sedikit saja."

Manusia Sontoloyo serukan tawanya, membuat

Perawan Sesat makin tersipu namun penuh bangga diri.

Tanpa terpikir oleh mereka, sepasang mata

mengintai sejak lompatan tubuh mereka mencari

tempat bercumbu tadi. Sepasang mata itu mengikuti

terus gerak-gerik dan suara mereka dari balik semak

belukar. Sepasang mata itu menahan napasnya kuat - kuat agar tidak didengar oleh kedua pasang insan yang

tadi dilihatnya begitu bergelora mencapai puncak

birahinya.

"Syarat sudah kupenuhi," kata Perawan Sesat

"Sekarang kau harus mau menghadap Guru, Suto."

"Ya. Aku akan menghadap gurumu!"

"Guru akan senang melihat aku datang bersamamu

Suto Sinting!"

"Karena kau telah menyenangkan hatiku, maka aku

harus menyenangkan dirimu, juga menyenangkan

gurumu!"

"Aku kagum pada sikap ksatriamu, Suto. Dan...,"

ucapan itu terhenti. Menandakan adanya sesuatu yang

membuatnya ragu. Dan mendadak tangan perempuan

berambut makin awut-awutan itu berkelebat ke

belakang sambil balikkan badan. Rupanya lemparkan

selembar daun yang tadi sempat dipetiknya sebelum

melangkah pergi dari ranjang alamnya. Daun itu kini

melesat terbang bagaikan lempengan logam dan

menancap tepat di batang sebuah pohon bersemak

bawahnya.

Jruub...!

"Ada apa?!" tanya Dirgo Mukti kaget.

Pertanyaan itu belum terjawab, tiba-tiba dari

semak bawah pohon yang tertancap daun itu melesat

sesosok bayangan kuning. Kejap berikutnya telah

berdiri seorang perempuan berpakaian kuning kunyit

dengan dada yang sekal juga, walau kalah montok

dengan Perawan Sesat.

Perempuan yang baru hadir dan keluar dari

persembunyiannya itu berambut lurus sebatas pundak

lewat sedikit. Rambutnya itu dililit rantai emas kecil

melingkar kepala. Di bagian tengah kening rantai itu

mempunyai batuan hias merah delima sebesar kacang

tanah. Perempuan itu mempunyai tahi lalat di ujung

dagu kanannya. Siapa lagi dia jika bukan Peri Malam,

murid si Mawar Hitam yang sudah dianggap murtad itu.

"Peri Malam...!" desis Manusia Sontoloyo mulai

cemas.

Perawan Sesat tatap wajah Peri Malam dengan

sikap bermusuhan. Sedangkan yang ditatap hanya

senyum-senyum sinis dengan lagak berkesan

meremehkan keangkeran wajah cantik Perawan Sesat.

"Apa maksudmu mengintip dari semak sana?!"

geram Perawan Sesat.

"Hanya ingin melihat orang bodoh bercinta!" jawab

Peri Malam.

"Sekali lagi kau bilang begitu, tak kuberi ampun

dirimu!" sambil si jabrik sipitkan mata.

Peri Malam tertawa lepas terkikik-kikik. "Lucu

sekali kau ini. Kudengar namamu Perawan Sesat.

Pantas jika kau bernafsu besar hanya karena tersesat

kemesraan lelaki dungu di sampingmu itu, sebab kau

berotak udang, alias bodoh!"

Wuuttt...! Tangan Perawan Sesat sentakkan ke

depan dengan gerakan cepat. Pukulan tenaga dalam

jarak jauh melesat ke arah Peri Malam. Namun Peri

Malam sempat hantamkan tangan kanan ke kiri sambil

liukkan badan menyamping. Wuusss...! Greebb...!

Kedua pukulan tenaga dalam saling beradu dan

terbuang ke gundukan tanah dekat pohon rindang yang

tadi dipakai payung kencan.

"Perawan Sesat, jangan layani dia!" kata Dirgo

Mukti dalam kecemasan yang tersimpan. Ia berusaha

menarik lengan Perawan Sesat, tapi dikibaskan oleh

perempuan itu.

"Aku harus menghajar perempuan itu biar tahu

sopan!" geram Perawan Sesat sambil angkat kedua

lengan ke atas dengan tenaga terkerahkan.

Peri Malam segera serukan kata, "Jangan salah

sangka! Aku datang hanya untuk mengatakan bahwa

kau salah memilih orang!"

Cepat-cepat Dirgo kembali menarik lengan Perawan

Sesat dan berkata, "Lekaslah, jangan buang-buang

waktu! Gurumu pasti sudah menunggu lama!"

"Tunggu!" Perawan Sesat sentakkan lengan, mata

tetap arahkan tajam ke arah Peri Malam. Lalu ia

serukan tanya,

"Apa maksud kata-katamu, Perempuan Burik?!"

"Kau sangka lelaki di sampingmu itu Suto Sinting?"

Peri Malam segera tertawa lepas.

Dirgo cepat hentakkan suara, "Tutup mulutmu, Peri

Malam!"

"Oh, oh... lihat, dia ketakutan! Dia bentak aku

karena dia takut aku bocorkan siapa dirinya di

depanmu! Lihat...! Hi hi hi...!"

Tangan Peri Malam menuding ke arah Dirgo Mukti,

membuat Perawan Sesat memperhatikan wajah Dirgo

dengan curiga. Dirgo jadi gemas dan segera lancarkan

pukulan jarak jauhnya. Wuugh...!

"Woww...!" teriak Peri Malam sambil tertawa ia

lompatkan badan, melesat tinggi dan kembali jatuh

berpijak kaki tegap. Tawanya dilanjutkan seraya ia

serukan kata,

"Suto Sinting bukan dia! Suto Sinting sekarang ada

di Perguruan Merpati Wingit! Dia dalam perawatan

lukanya di sana. Sedangkan orang yang ada di

sampingmu itu adalah Dirgo Mukti, alias Manusia

Sontoloyo!?"

"Bohong! Aku Suto Sinting!" sentak Dirgo dengan

mata melotot.

Perawan Sesat kian kerutkan dahi dalam tatap

matanya ke arah Dirgo. Sementara itu, Dirgo masih

tampakkan kegusarannya seraya membentak Peri

Malam.

"Jangan turut campur urusanku, Peri Malam! Jangan

kau fitnah Perawan Sesat dengan kelicikanmu. Akulah

Suto Sinting!"

"Dirgo...!" seru Peri Malam. "Setahuku, Suto Sinting

lebih tampan dan lebih memikat daripada dirimu. Suto

Sinting tidak mau bertindak ceroboh kotor seperti yang

kau lakukan di bawah pohon tadi. Setahuku, Suto

Sinting itu lelaki tanpa pusar yang bergelar Pendekar

Mabuk, murid sinting si Gila Tuak. Sedangkan kau,

hmm... murid siapa kau? Gelar mu saja Manusia

Sontoloyo! Jangan mengaku-aku nama Suto Sinting

hanya untuk memperoleh kemesraan dan kenikmatan

tubuh seorang perempuan. Kau bisa mati di tangan

Perawan Sesat itu!"

"Diam...!" teriak Dirgo. Ia hendak lepaskan pukulan

jarak jauh kepada Peri Malam. Tapi, dengan kasar

pundaknya ditarik ke belakang oleh Perawan Sesat

hingga ia tersentak dan berpaling ke arahnya.

"Sontoloyo...!" geram Perawan Sesat. Tajam

matanya memandang.

"Jangan hiraukan kata-kata itu. Aku Suto Sinting

murid sinting si Gila Tuak. Akulah orang yang kau cari,

Perawan Sesat!"

Tiba-tiba tangan Perawan Sesat bergerak cepat

bagaikan kilat. Tak mampu terlihat oleh mata Dirgo.

Wuusss...! Bret, breett...!

Perawan Sesat membuka baju Dirgo. Tampak ada

pusar di perut lelaki itu yang tadi tak sempat

diperhatikan Perawan Sesat. Seketika itu, Dirgo cepat

raih bajunya dan dekap pusarnya sambil sedikit

membungkuk malu.

"Apa-apaan ini...?!" Dirgo berlagak sewot.

"Jahanam kau!" geram Perawan Sesat.

"Aku Suto Sinting. Bukan jahanam!"

"Dusta! Di perutmu ada pusar. Aku tahu itu pusar

bukan kerupuk mentah! Dan itu berarti kau bukan Suto

Sinting!"

Plookkk...!

Begitu cepat dan kuat tangan Perawan Sesat

menghantam telak wajah Dirgo Mukti. Pukulan itu

membuat Dirgo menggeragap sambil terhuyung mundur

tiga tapak.

Wuuut...! Plokkk...!

Sebuah tendangan samping dilancarkan ke depan

oleh Perawan Sesat. Dirgo tak sempat menangkis

karena kecepatannya yang luar biasa. Akibatnya, wajah

yang belum sempat menemukan titik sakitnya akibat

tonjokan tadi, sekarang menjadi semakin panas sekujur

kepala.

Tendangan dan pukulan itu kosong tanpa kekuatan

tenaga dalam. Tapi sudah cukup bikin pandangan mata

Dirgo berkunang-kunang. Ia cepat kibaskan kepala

untuk membuang kunang-kunangnya. Sedangkan

Perawan Sesat kali ini siap hantamkan pukulan jarak

jauhnya bertenaga dalam. Dirgo pun bergegas bangkit

dan siap menghadapi pukulan itu. Dengan satu gerakan

jarinya ia sentakkan gelombang pelapis yang tak mudah

ditembus oleh pukulan siapa pun, kecuali pukulan dari

Suto Sinting.

Tetapi, ketika pukulan Perawan Sesat dihantamkan,

ternyata Dirgo terpental ke belakang dengan mata

terpejam. Jatuh telentang setelah mendengar suara

ledakan keras. Blarrr...! Itu pertanda gelombang

pelapisnya mampu didobrak oleh pukulan tenaga dalam

Perawan Sesat.

Dirgo Mukti berdarah di bagian hidungnya. Ia

bergegas bangkit lagi. Perawan Sesat sudah siapkan

pukulan kembali. Tapi Peri Malam segera berseru,

"Tahan! Dia punya urusan pribadi dengan Suto

Sinting pada dua purnama mendatang. Mereka akan

bertarung sampai mati di Bukit Jagal! Beri kesempatan

dia hidup biar buktikan kehebatannya dalam

pertarungan nanti! Sebaiknya...," kata-kata itu henti,

karena tiba-tiba tubuh Perawan Sesat bagaikan lenyap

karena kecepatan lompatnya yang begitu tinggi.

Dirgo tak sempat berseru menahan kepergian

perempuan yang liar dalam bercinta itu. Ia hanya

mengeram dongkol pada Peri Malam. Peri Malam

tertawa cekikikan melihat wajah Dirgo bonyok.

*

* *