(Preview Chapter Sebelumnya)
"Menurut Haru, master mencintai Haru, meski Haru bukanlah manusia melainkan Gadis android yang memiliki jiwa palsu, master tetap menyayangi Haru, bisa dibuktikan dari sikap master selama ini, master selalu memberikan senyuman yang mana senyuman itu sangat jarang diberikan pada orang lain, master selalu dan selalu memanjakan Haru sejak Haru pertama kali diaktifkan, mster tak pernah melakukan hal seperti itu pada orang lain, jadi.... menuruth Haru, master sangat menyayangi Haru."
Mendengar jawaban dari Haru, Akiyama benar benar merasa senang, Haru sudah mulai mengerti apa itu kasih sayang.
***
Akhirnya mereka sampai di tempat yang mereka tuju, daerah Sukaraja.. ya. Menurut informasi, pusat dari markas A.A Organization berada di sekitar sini, sementara gedung yang berada di Jakarta hanyalah markas cadangan mereka yang tentu saja sudah dibasmi oleh pemerintahan indonesia beberapa hari setelah kejadian ini. Bagaimana dengan para manusia modifikasi atau senjata biologis yang masih hidup? Tak ada yang tau akan nasib mereka, namun menurut perkiraan, mereka berhasil melarikan diri ke tempat yang tidak diketahui sehingga meski akar dari masalah yaitu A.A Organization akan dimusnahkan, masalah yang lain masih ada, yaitu jejak jejak dari A.A Organization terutama para senjata biologis yang mana 1 dari mereka dikategorikan sebagai kunci kiamat, benar sekali, senjata biologis bernama Tempus adalah senjata yang paling berbahaya. Ia memiliki kemampuan untuk mengendalikan waktu yang tentu saja itu sangat berbahaya.
Misalnya saja, jika seorang bayi disentuh olehnya dan ia mengerahkan kekuatannya pada bayi itu, dia bisa membuatnya menjadi 100 lebih tua sementara usia rata rata manusia adalah 60 tahun. Dengan kata lain, dia bisa membunuh dengan membuat masa hidup dari korbannya habis. Itu hanya salah satu dari kekuatannya, dia bahkan bisa membuat dunia ini melompati waktu sampai 1.000 tahun kedepan kalau ia mau.
Kini Akiyama dan Haru telah sampai di daerah yang dituju, daerah ini benar-benar sudah dijaga ketat oleh pasukan militer baik militer dari Indonesia maupun dari jepang karena mereka bekerja sama. "Bibi, bagaimana keadaannya?"
"Markas dari Organisasi terkutuk itu berada di daerah bernama.. Ma.. mandal.. Mandalawangi kalau tidak salah, tentu saja tidak ada warga sipil yang terlibat, mereka adalah teroris yang membuat markas di bawah sekolah sma bernuansa islami, MAN 7 Tasikmalaya." jelas Akira seraya menunjukkan peta menuju sekolah yang dimaksud serta dengan foto dari sekolah yang sudah berdiri sejak tahun 19-an itu, dengan kata lain, sekolah ini telah berdiri sudah kurang lebih 1 abad dengan fasilitas sekolah yang sangat baik.
"Apakah kepala sekolah, guru-guru dan murid dari sekolah itu sudah mengetahui hal ini?"
"Entahlah, yang pasti, sekolah itu ditutup untuk sementara, kepala sekolah dan yang lainnya sedang diperiksa oleh pihak berwajib, semua akses keluar masuk sekolah kini sudah ditutup, yang perlu kita lakukan sekarang hanyalah menyerang markas itu, segera hubungi Rika." Akira meletakan katana kilatnya karena ia mengetahui kalau Rika tidak ada dan malah memutuskan untuk menghadapi para AI yang bergerak sendirian serta melupakan misinya yaitu berkumpul di alun alun.
***
"Baik, aku sedang berada di perjalanan menuju lokasi, tak perlu menunggu ku, langsung menuju titik utama, aku akan mengikuti dari belakang dengan menggunakan kendaraan."
Beralih pada Rika yang saat ini sibuk berjibaku dengan AI yang diluar kendali. Dia terus mengayunkan tinjunya sampai membuat kulit buatannya sedikit terkelupas, namun itu tak membuatnya gentar meski itu sedikit menyakitkan, ditambah luka sayatan yang cukup parah di punggungnya, cairan berwarna biru muda yang mana itu adalah 'darah' bagi AI mengalir dari punggungnya yang mendapatkan luka itu.
"Luka seperti ini takkan membuatku menyerah, dasar bodoh!"
BUAGH!!
Ia meninju wajah dari android yang mencoba menyerangnya dari depan. Ia benar-benar kehabisan waktu karena Android yang ia hajar malah terus bangkit meski bagian tubuh mereka sudah hancur dan rusak, seolah-olah mereka..
sudah memperkirakan hal ini.
"Ini saatnya untuk menggunakannya, profesor, aku akan menggunakannya sekarang."
"Lakukanlah." Hologram sebuah pedang muncul, namun ketika Rika menekan icon Enter, pedang itu tiba-tiba berubah menjadi nyata dan bisa ia pegang. "Rika, gunakan itu dengan baik, aku akan memantaumu."
"Baik, terimakasih karena sudah menciptakanku, Profesor."
Satu-satunya konsekuensi menggunakan kekuatan itu adalah kehilangan kendali diri, jika memang itu terjadi, maka sistem penghapusan data akan dinyalakan sehingga ingatan dari Rika akan hilang sepenuhnya, Rika akan kehilangan segalanya, semuanya yang ia pelajari akan menghilang jika ia kehilangan kendali dirinya.
Namun jika dia berhasil mengendalikan dirinya, maka dia akan dapat melanjutkan misinya dengan mudah, kekuatan Rika adalah menciptakan 'sesuatu' dengan hanya membayangkannya saja. Contohnya saja pedang yang barusan ia buat, itu adalah pedang yang tercipta dari khayalannya saja. Dengan memanfaatkan materi-materi yang ada di sekitarnya, senjata itu akan dibuat dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. "Semoga saja... sempat."
Rika mengayunkan pedangnya dan berlari menuju kerumunan Android yang berjalan kearahnya dengan lambat. Selain itu, ia juga menciptakan beberapa meriam di atasnya sehingga ia bisa mempersingkat pembersihan sampah yang selalu menghadangnya.
"HHAAAT!!"
Ia membantingkan pedang besarnya ke bawah dengan sangat kuat sampai-sampai retakan di jalan beraspal itu tercipta. Tak sampai disana, dia kembali mengangkat pedangnya dan menebas secara mendatar, 3 AI hancur bersamaan ketika serangan kuat itu terjadi.
"FIRE!!"
"Target Locked, setting up energy, coutdown starts, 3,2,1, starts shooting." Suara dari sistem itu menggema di telinga Rika dan sesuai aba-aba, kini tembakan itu dilesatkan dengan laser yang menjadi amunisi dari meriam itu. Membuat para android yang menyerang Rika meleleh dan hancur sementara Rika berhasil melindungi dirinya dengan menggunakan perisai yang ia buat beberapa milidetik sebelum tembakan dilesatkan.
"Target dihabisi, tersisa 1 Android."
"Dimengerti." Rika membayangkan sebuah pistol Desert Eagle dan berjalan menuju AI yang merangkak hendak menyerangnya dengan kekuatan yang tersisa. 'Aku berhasil mengendalikan kekuatan ini.' Batinnya senang, meski senang, ia masih tak bisa membuat ekspresi karena kekuatannya yang terkuras habis.
"Target berhasil dihabisi, selanjutnya, menuju titik koordinat yang ditentukan, Creating Vehicles, the Vehicle was successfully created, next, determine the coordinates, coordinater found, start the vehicle. Please use the seat belt."
Sistem itu mempersiapkan segalanya sebelum akhinya sistem itu membawa Rika yang terluka menuju daerah Mandalawangi. Dia memasangkan sabuk pengaman sebelum berangkat, tentu saja. Namun ketika ia menyandarkan punggungnya di kursi mobil, ia kembali teringat akan luka nya dan benar saja, cairan biru itu menodai kursi mobilnya. "Aku sampai lupa, tolong perbaiki diriku."
"Dimengerti, memulai perbaikan."
Kursi itu berubah menjadi sebuah alat yang bisa memperbaiki dengan menjahit luka di kulit buatan Rika. "Oh, aku harus menghubungi Profesor, tolong."
"Start contacting Professor, call accepted."
"Rika, bagaimana keadaanmu?" Ketika mengetahui kalau Rika lah yang menghubunginya, sang profesor yang mana dia adalah ayah Akiyama, dia langsung menanyakan kondisi Rika. "Aku baik-baik saja, terimakasih karena sudah mengkhawatirkanku, sekarang, aku langsung menuju ke koordinat yang dituju oleh nona Akira." Jelas Rika, "Koordinat ya, lalu bagaimana dengan kekuatan Creator-mu?"
"Aku bisa mengendalikannya dengan baik, Professor, dengan begini, aku akan lebih mudah untuk bertarung, namun kekuatan ini memiliki bayaran besar yakni energi, kekuatan ini akan memakan energiku cukup banyak." Jelas Rika lagi sambil menahan rasa sakit ketika cahaya laser menyentuh permukaan kulitnya yang terluka. "Baiklah, lanjutkan misi mu, jaga dirimu, putraku dan Haru, serta Akira."
"Baik"
BERSAMBUNG