*Preview Chapter Sebelumnya
"Aku bisa mengendalikannya dengan baik, Professor, dengan begini, aku akan lebih mudah untuk bertarung, namun kekuatan ini memiliki bayaran besar yakni energi, kekuatan ini akan memakan energiku cukup banyak." Jelas Rika lagi sambil menahan rasa sakit ketika cahaya laser menyentuh permukaan kulitnya yang terluka. "Baiklah, lanjutkan misi mu, jaga dirimu, putraku dan Haru, serta Akira."
"Baik"
****
"Sudah dimulai.. ya.." Akira menatap sosok dengan pedang listrik menghadang mereka yang tengah mengemudikan mobil, tentu saja yang mengemudikannya itu Akiyama karena Akira dan Haru akan menjadi pendukung ketika mereka diserang seperti saat ini. "Dia siapa, bibi?"
Bukannya menjawab, Akira malah mengabaikannya dan segera membuka pintu mobil yang kini terhenti. "Lama tak berjumpa, Fulgur sang Petir." Tatapan kebencian dari Akira dapat terlihat oleh Akiyama dan Haru, serta aura membunuh yang kuat ini.. benar-benar tak bisa dibayangkan. "Bocah yang waktu itu ya, lama tak jumpa, nah, sekarang waktunya yang tepat, bocah."
Tidak ada basa-basi diantara mereka, tak ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi kepada Akira, mengapa dia benar-benar ingin membunuh pria yang ia sebut Fulgur itu? "Kalau tidak salah, ibu dari bibi Akira dibunuh oleh senjata biologis berjenis petir, jadi dia ya, pantas saja bibi merasa dendam dan terlihat ingin membunuhnya."
"Akiyama, cukup bicaranya, kamu segera berangkat menuju lokasi, jaraknya tidak jauh dari sini, kok, aku harus menyelesaikan masalahku dulu, kuharap kamu tidak ikut campur, atau." Petir di bilah pedang milik Akira menyambar kuat ke sembarang arah, siapapun yang melihatnya tau kalau sang pengguna Katana Petir ini tengah murka, namun apa jadinya jika kedua pengguna petir yang melegenda ini saling beradu kekuatan satu sama lain?
Meski penasaran, namun Akiyama tak mau ambil resiko dan segera berangkat menuju lokasi terakhir dan membiarkan Akira menyelesaikan masalahnya itu, masalah yang selalu menghantuinya selama ini, yang membuat dirinya terjebak dalam kegelapan. "Kalau begitu, aku akan menunggu bibi menyusul, jangan sampai terbunuh oleh orang sepertinya."
"Jangan bercanda, aku bukanlah ibu yang lemah, aku Akira, sang Katana Kilat."
"Sudah bicaranya?" Fulgur melemparkan topeng ungunya ke sembarang arah dan tersenyum dengan lensa mata yang mengeluarkan cahaya ungu terang disertai tangannya yang mengalirkan energi listrik, "Semoga kau bisa menghiburku, bocah!"
"Kuharap begitu."
Akira kembali memasangkan kuda-kuda khas para Samurai dengan aliran listrik yang terlihat di bilah pedangnya yang berkilauan itu.
***
"Maaf jika aku sedikit terlambat, Tuan Akiyama, banyak sekali hambatannya." Tubuh Rika kini telah kembali pulih karena perawatan instant yang ia dapatkan, oleh sebab itu, suara berat nan kesakitan itu tak terdengar lagi. "Tak apa, jika kau melihat pertarungan bibi Akira, abaikan saja, atau lebih baik mencari jalan memutar, dia.. sedang tidak bisa mengontrol emosinya." Akiyama memberikan informasi mengenai lokasi Akira yang tengah bertarung sehingga Rika bisa mencari jalan memutar yang kebetulan jalan lain itu berada di dekatnya sehingga dengan otomatis mobil yang dikendarai Rika berbelok menuju jalan memutar yang mana jaraknya menjadi sedikit jauh.
"Sekitar Jamupu ya, namanya cukup aneh bagiku." Ujarnya ketika melihat nama kota itu dari peta. Tempat ini dulunya adalah pasar kecil biasa yang lama kelamaan berkembang menjadi sebuah kota perekonomian terbesar di sekitar Kota Mandalawangi yang maju ini. Di kota bernama Jamupu inilah Akira bertarung dengan Fulgur sehingga Rika perlu mengambil jalur bernama Ciranis untuk memotong.
Sementara itu, Akiyama, Haru dan tim lainnya sudah sampai di lokasi karena jaraknya sangat dekat, bahkan berjalan kaki dari Jamupu menuju daerah bernama Talegong Asli itu hanya memerlukan waktu 15 menit sehingga mereka bisa sampai dengan cepat. "Sekolahnya cukup maju, namun siapa sangka kalau dibawah bangunan ini terdapat sekumpulan sampah." Akiyama membuka gerbang sekolah yang terkunci itu, disana terlihat banyak sekali tentara dari Indonesia yang juga memiliki misi untuk membersihkan daerah ini dari Organisasi Anti AI itu.
"Semuanya, biar kami yang menuju lokasi utama, jika kami berdua tidak kembali dalam waktu 4 jam, maka kalian bisa masuk dan membersihkan sisanya." Akiyama memberikan aba-aba pada Haru yang sudah bersiap dengan kedua Glock 19 nya. "Berhati-hatilah, Akiyama-dono."
Ia hanya menganggukan kepalanya dan menyimpan sebuah peledak di lantai yang dipercayai jalan keluar-masuknya orang-orang dari Organisasi ini.
DAR!!
Ledakan kecil terjadi ketika Akiyama berjalan sedikit untuk menghindari ledakan itu, dan benar saja, dibawah sana terdapat sebuah tangga yang menuju markas rahasia dari A.A Organization. Alarm darurat terdengar nyaring di seluruh penjuru ruangan sehingga semua orang yang berada di dalam sana bersiap dengan senjata api yang mereka miliki, tentu saja itu ilegal, berbeda dengan Akiyama yang memiliki Izin untuk memiliki senjata api di rumahnya.
"Pertempuran dimulai." Akiyama mengambil Senapan yang sudah berubah bentuk menjadi sebuah pedang besar dan berlari menghapiri orang-orang yang menembakinya dengan AK-47 yang mereka bawa, namun dengan lincahnya Akiyama bisa menghindari semua serangan itu. "Master benar-benar mengagumkan, Haru takkan kalah!"
Tujuan utama mereka adalah 'membersihkan' organisasi ini, dengan kata lain, bunuh mereka yang mencoba menyerang dan tangkap mereka yang menyerah. Dengan demikian, Haru dan Akiyama kini tak perlu sungkan untuk menghabisi mereka semua, tanpa terkecuali.
"AAA!!"
Jerit para penjaga wanita yang mencoba menghunuskan pedang mereka dari belakang, namun mereka tak tau kalau senjata yang digunakan oleh Akiyama sangatlah ringan meskipun besar sehingga Akiyama dapat mengayunkan pedangnya dengan cepat sekaligus mengalirkan listrik ke tubuh lawannya sehingga siapapun yang menghadapi pengguna senjata itu, sudah pasti dia takkan selamat.
"Selanjutnya adalah dirimu." Akiyama menatap sosok wanita dengan bola Air di tangannya, dia adalah Aqua, senjata biologis pengguna Air yang dikatakan kalau dia pernah menenggelamkan sebuah kota sampai lenyap di negara ini dengan Airnya. "Sepertinya aku kurang beruntung." Kesalnya ketika mengetahui lawannya adalah pengguna listrik. "Benar sekali, kekuatanmu sama sekali tidak mendukung, menyerah saja." Ujar Akiyama sambil diam-diam menyuntikan cairan kedalam gagang pedangnya yang mana itu adalah cairan penetral yang bisa menghilangkan kekuatan dari sebjata biologis seperti Aqua. Penemuan cairan ini tak lain berkat dikalahkannya Aira sang Glacies karena sampel yang ada pada dirinya lah yang menjadi bahan utama dari serum ini, benar, darah beku Aira.
***
"Mengapa!!"
BRANG!
CRRZZ
kembali pada Akira yang masih sibuk menghajar sosok yang selama ini ia cari-cari, sosok yang telah membunuh ibunya. "Mengapa kau malah membunuh Ibuku?! MENGAPA?!"
Emosinya semakin memuncak, meski ia tau kalau emosi bukanlah sesuatu yang diperlukan dalam pertarungan. "Kau ingin tau? Karena dia tak ada bedanya dengan dirimu, lemah, sampah, banyak bicara."
'Tebasan kilat, cakaran naga halilintar.'
Dia membuat imajinasi tentang seekor naga dan menciptakannya di realita dengan menggunakan kekuatan petir yang ia peroleh dari pedangnya itu, "kau akan menyesal, Fulgur."
BERSAMBUNG