"Satu-satunya cara untuk menolong Haru.. hanyalah melepaskannya."
Semua orang yang menyaksikan itu tak mengerti dan tak berani berbicara. "Aku minta maaf, Aku mencintaimu, Haru." Akiyama tersenyum pilu dengan air mata yang mengalir di pipi nya, ia menahan semua serangan Haru dengan mudah. 'Ini saatnya, selamat tinggal.'
'Master.. Haru ingin memeluk master.. namun Haru tidak bisa kembali, tubuh Haru bergerak sendiri, master benar, membunuh Haru adalah jalan terbaik."
Ketika Akiyama hendak mengambil sebuah pisau yang ada di tas kecilnya, Haru tiba-tiba tak bergerak lagi. "Haru?"
"Ne... Master... apakah Master bisa mendengar Haru.." Bibir kecilnya sedikit bergetar menahan sesuatu yang ada dalam pikirannya yang selalu dan selalu membuatnya bergerak tanpa keinginannya sendiri. "H-Haru kau kembali..?"
"Mungkin.. iya, dan mungkin.. tidak.. Master, Tidak ada waktu lagi, Segera bunuh Haru.." Dia menutup matanya dengan perlahan, air matanya sedikit demi sedikit bercucuran, membasahi pipi kecilnya. "Mana mungkin aku sanggup melakukannya, Mana mungkin, Aku tak bisa membunuh satu-satunya gadis yang kucintai. Takkan pernah bisa!" Akiyama melemparkan pisaunya dan berjalan mendekati Haru yang tersenyum kecil seraya menatap pisau yang sebelumnya Akiyama lemparkan. "Master, Haru mencintai master, selama ini.. terimakasih karena sudah mau merawat Haru, padahal seharusnya Haru lah yang bisa merawat master, Haru tak bisa memberikan apa-apa pada master, maaf, dan terimakasih.."
"Haru apa yang kau katakan, semuanya masih belum berakhir, ini.. ini baru saja akan dimulai bukan? Kumohon, jangan matikan sistemmu, Ini perintah!" Semua orang yang menyaksikan itu turut merasa sedih, karena Akiyama tak mau membunuh Haru, maka Haru akan membunuh dirinya sendiri, "Siapapun bantu aku menahannya!!" Akiyama berlari dan memeluk sosok Haru yang sudah siap menekan hologram dengan Icon power off itu. "Master.."
"Haruka hentikan!" Sosok pria paruh baya dengan jas khas ilmuwannya berjalan melewati kerumunan para pekerja yang melihat kejadian itu, "Ada 1 cara untuk membuatmu terlepas dari data itu, namun ada konsekuensinya juga." Dia adalah Kakuro, ayah dari Akiyama. "Ayah.."
"Ayah.." Mereka berdua saling menatap, Haru menurunkan tangannya dan tersenyum pada Akiyama, "Biar kujelaskan, Haruka, kamu diserang virus tepat 2 jam yang lalu, dengan mereset data yang ada pada dirimu, maka kamu bisa diselamatkan."
"lalu ayah, bagaimana cara mengembalikan dirinya jika semua datanya dihapus?"
"Backup, apakah kamu lupa kalau Haru memiliki program backup yang memungkinkan dirinya bisa diduplikasi bukan?" Akiyama baru ingat kalau Haru memiliki itu, dengan menghilangkan data Haru yang sekarang dan menggantinya dengan data yang dibackup 3 jam yang lalu, maka Haru akan selamat. "Supaya Haruka tidak kebingungan, aku sudah merekam semua kejadian ini, aku akan memberikan rekamannya padamu nanti, Haruka." Kakuro kembali berjalan masuk dan mengajak mereka untuk segera mengikutinya atau Haru akan kembali kehilangan dirinya itu.
***
"Baik, apa kau sudah siap?"
"Haru, aku akan menjaminnya, meski kamu akan kehilangan ingatanmu yang sekarang, namun setelah ini semua, aku akan memberikan kenangan terbaik padamu, Haru."
"Baik, Master, sampai jumpa, nah, lakukan, Ayah."
"Kamu jadi ikut-ikutan memanggilku ayah."
"Hehe.. dah, master."
Haru menutup matanya dengan senyuman lembut dan tulusnya itu. "Dia sudah diistirahatkan, Akiyama, sekarang aku akan melakukan proses penghapusan data padanya."
"Baik. ayah, kalau begitu aku keluar dulu, ada sesuatu yang harus kuberikan padanya nanti ketika ia sudah bangun." Akiyama berjalan mendekati tubuh Haru yang terbaring di sebuah ranjang lab dan mengecup keningnya dengan penuh perasaan, "Kembalilah, Haru, aku menunggumu." Ujarnya setelah ia melepaskan bibirnya dari kening pucat Haru.
***
"Mungkin ini cukup, Haru sangat menyukai Kopi kaleng, aku tak tau, padahal harganya hanya 100 Yen doang, yah, setiap orang punya selera masing-masing." Akiyama berjalan menjauhi mesin minuman yang berada di Kantin gedung itu, ia menatap Foto kecil yang mana di Foto itu terlihat sosok Haru yang tengah mengangkat kaleng berisi kopi setinggi dadanya. "Setelah kamu bangun, aku akan mengatakannya lagi, mengatakan kalau aku mencintaimu, Haru." Ia mempercepat jalan kakinya untuk segera menuju ke ruangan ayahnya yang mana disana Haru sedang diprogram ulang.
"Akiyama, Kau dimana? Haruka sudah siuman, kau harus segera menenangkannya, dia terlihat panik."
"Baik, ayah."
Ia semakin mempercepat langkah kakinya, sembari tersenyum karena rencana ayahnya sepertinya berhasil. "Master...? Duh, katanya mau ke Taman, tapi sudah sore seperti ini.." Wajah Haru terlihat kesal kepada Akiyama yang berdiri di depan pintu lab, "Selamat datang kembali, Haru."
"Eh?" Haru masih tak mengerti apa yang Akiyama katakan, "Kau pasti bingungkan, hehe, ingatanmu dihapus, tepatnya diputar ke ingatan 5 Jam yang lalu, sebelum kita berangkat."
"Maksud master? Haru masih tak memahaminya."
"Ayah, rekamannya." Akiyama meminta kamera yang dipegang ayahnya untuk membuat Haru mengerti.
***
"Jadi begitu ya, untuk menghapus Virus yang ada dalam memori Haru, Ayah mereset semua data Haru dan menggantinya dengan data cadangan, intinya begitu bukan?" Haru mencoba duduk dengan kondisi yang masih lemah itu, "Tepat, dan ini adalah hadiah atas kembalinya satu-satunya Haru ku." Akiyama kini memberikan kopi kalengan yang sebelumnya sempat ia beli dari Vending Machine beberapa saat yang lalu, "Waah! Biasanya Master selalu memarahiku kalau aku meminum 2 kaleng kopi, tapi sekarang master membeli 2 untukku dan 1 untuk Ayah?! master baik bangeet!!"
"Mana ada, 1 untukku, 1 untukmu dan 1 untuk ayah, tau."
"Dibandingkan pelayan, Haruka, kamu malah terlihat seperti seorang kekasih bagi Akiyama, aku ikut senang, bukan hanya karena putraku yang menjadi terbuka, namun ini adalah bukti kemajuan manusia, Manusia mencintai AI, kalian adalah yang pertama dalam sejarah, mungkin suatu saat nama kalian akan terukir dalam sejarah, hehe." Kakuro tertawa kecil sambil meninggalkan mereka berdua yang tak paham apa yang dikatakan olehnya itu.
"Em, Haru, malam ini, maukah kamu ikut bersamaku?"
"Kemana master?"
"Tempat yang selama ini kamu ingin kunjungi, pantai, berdua di pantai malam hari, bukannya itu terlihat menyenangkan?"
***
Tanpa mereka sadari, sosok gadis mendengarkan ucapan mereka dari balik pintu lab itu dengan bibir yang bergetar, 'mengapa aku merasa iri pada kakak, padahal aku.. aku tidak mencintai tuan Akiyama..' Dia mengurungkan niatnya untuk mengunjungi Haru yang masih berada di ruangan itu, dia adalah Rika.
"Rika, kenapa?"
"Yin, tak apa kok, sebaiknya kita segera berlatih lagi bukan? Ayo!" Dia kembali bersemangat dan mengajak Yin untuk kembali berlatih di markas militer. 'Aku tak boleh mencoba merusak hubungan kakak dengan tuan Akiyama, mau bagaimanapun itu tak boleh dilakukan." Dia terus mencoba untuk tersenyum dan meninggalkan lab itu.
***
Bersambung