"Sekarang bagaimana kau akan membunuhku? AHAHAHAHAHAHA!!!!!" Suara tawa itu membuat Haru sedikit ketakutan, namun rasa takut tidaklah penting saat ini, yang harus ia lakukan hanyalah satu, yaitu membunuh Planta.
Tubuh Planta kini sudah berbeda jauh dari sosok manusia, kini dia sudah membuang sisi kemanusiaannya dan sudah sepenuhnya menjadi monster, mungkin yang tak berubah darinya hanyalah satu, yaitu suara menyebalkannya yang tak pernah hilang sedikitpun. Tawa Planta selalu menggema, bahkan ketika timah panas (Peluru) menembus tubuh besarnya, ia sama sekali tak merasakan sakit, ia tertawa semakin kencang dan menghina gadis yang tengah menghadapinya berkali-kali. "Formasi pertama, Laser bullet!"
Ketika Planta melancarkan serangan pertamanya, Haru melakukan teknik hindaran sehingga serangan akar berduri milik Planta kini malah melesat.
(Note: Sebelumnya saya minta maaf karena scene pertarungan di sini malah terlihat seperti Turn-based RPG, tentu saja ada alasannya, salah satunya saya kurang mahir bikin pertarungan, jadi harap maklum, kembali ke cerita)
Sesuai arahan dari Haru, pistol yang ia pegang tidak lagi mengeluarkan peluru timah melainkan mengeluarkan pancaran laser yang mana itu membuat akar-akar berduri milik Planta terbakar dan berjatuhan tak bergerak lagi. Namun sayang sekali, serangan Haru tak benar-benar melukai Planta, bisa dibuktikan dengan gelak tawa Planta yang semakin menjadi-jadi itu, "Cih." Kesalnya, akar-akar berduri milik Planta kini sudah tumbuh lagi, hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk Planta beregenerasi sepenuhnya, 'Jika memang begitu, kesempatanku untuk membunuhnya sangat kecil, jiika dilihat dari regenerasinya, kemungkinan untuk membunuhnya hanyalah 5%, aku harus menggunakan kekuatan penuh untuk mencapai titik itu, namun, itu masih belum menambah kemungkinannya, tidak ada salahnya untuk mencoba, master, jika Haru mati di sini, Haru minta maaf karena Haru tak sempat mencoba pakaian Cosplay Maid yang master belikan untuk Haru tadi.'
Haru memincingkan kedua matanya, mencari titik lemah Planta menggunakan sensor yang ada di kedua bola matanya itu, "Giving Command: Activate the weak spot tracking sensor." Ia memberikan perintah pada sistemnya dengan maksud mengaktifkan sensor pelacak titik lemah.
Seketika itu pandangannya berubah menjadi hijau, dan tentunya semua objek bernyawa berubah menjadi merah sesuai suhunya. "Target ditemukan." Haru menghindari serangan Planta yang terus memberondongnya dengan duri-duri yang ia lesatkan dari akar berduri miliknya. "Menyiapkan energi."
'Sakit..' Batinnya ketika senjata yang ia pakai menyerap energinya sendiri, air matanya keluar dari sudut matanya dan terbang tertiup angin kencang yang dihasilkan oleh energi milik Haru, meskipun terasa sangat sakit, namun ini adalah satu-satunya cara baginya untuk menghadapi Planta, karena dia sadar, sadar kalau serangan biasa miliknya takkan pernah melukai Planta, sekalipun melukainya, Planta akan beregenerasi dalam 3 menit. Selain itu, Haru juga harus mengumpulkan Energi dalam 3 menit itu. "Hanya seperti itu, Serangan seperti itu takkan pernah bisa menghancurkanku! Sudahlah! Duduk dan saksikan penghakiman yang saat ini sedang menimpa umat manusia!"
"SALAH!! Kamu memang memiliki kekuatan lebih, akan tetapi!"
BRAK!!
Ketika itu, saat Planta hendak membungkam mulut Haru yang tengah berbicara, dengan tiba-tiba dinding tanah muncul dan menghalangi serangan Planta, "Jangan pernah menyela ucapan kak Haru." Itu adalah Yin, "Akan tetapi, kau bukanlah dewa, kau bukanlah sosok yang memberikan penghakiman pada kami semua, kamu tak ada bedanya dengan mereka semua, yang mana dulu kamu adalah manusia biasa! Planta, semua dosa mu, benar-benar sudah tak bisa dimaafkan."
Haru melesatkan tembakannya.
BRAAASHH!!!!
Semburan laser berwarna kuning cerah itu keluar dari ujung pisol milik Haru, ia menahan rasa sakit ketika pistol itu kembali menyerap energinya, "Sudah ku bilang itu sia-sia!!" Planta masih keras kepala. Ia membuat perisai berlapis dengan menggunakan akar tumbuhannya, "Giving Command: Bring out the full power."
"Warning, full power may be dangerous, are you sure you want to continue?" Suara sistem dan icon peringatan terlihat di pandangan Haru, 'Master, jika, jika Haru tak bisa diselamatkan, Haru minta maaf.'
"Ye-"
"Haru tunggu!!" Sosok pemuda bersurai putih tiba-tiba datang dan menepis senjata api yang ada di tangan Haru, "Jangan mati konyol!"
Akiyama memeluk Haru, ketika kepulan asap menghilang, Haru mulai menyadarinya, kalau sosok Planta sudah tidak ada di tempatnya, "Dia melarikan diri."
"Benar, dia mencoba membuatmu mati sia-sia di sini, jangan gegabah." Akiyama mencoba menenangkan Haru yang sempat syok karena mengira kalau dirinya akan mati, pernafasan Haru benar-benar tak beraturan. "Tenangkan dirimu, Haru, untuk sementara, kita sudah memenangkan ini, namun kita tak tau, kapan dia akan muncul lagi."
Ujar Akiyama dengan nada sedikit serak karena kelelahan, semua monster yang membanjiri kota kini sudah menghilang dan menyisakan reruntuhan kota, korban jiwa dari insiden ini cukup sedikit, mungkin. Untungnya area Safe Zone dijaga ketat oleh pasukan militer dan tak bisa ditembus oleh para monster tu, selain itu, kehadiran Rika juga benar-benar membantu, karena dengan kekuatan Rika, mereka semua bisa mendapatkan bantuan persenjataan serta amunisi tambahan. Selain itu, para Mecha yang diciptakan oleh Rika juga sangat membantu dalam proses pertempuran ini.
"Haru minta maaf, karena Haru tak membantu dalam pertempuran ini, padahal Haru adalah AI spesial pertama, namun Haru tidak berguna, dan malah adik Haru yaitu Rika yang sangat berguna."
Haru menundukan wajahnya, "Haru, Rika adalah AI yang memiliki tujuan hidup menjadi pelindung umat manusia, karena itu, dia bergabung kedalam militer dan menjadi kuat, sementara kamu, kamu diciptakan untuk hidup bersamaku, bahagia bersama ku, bukan bertempur, bukan bertarung dan bukan berkelahi, kamu tak boleh lupa akan itu, bahkan aku kurang senang kalau kamu terlalu sering bertarung, karena itulah aku selalu melarangmu mendekati ruang persenjataan di rumah, aku takut kalau kamu akan terobsesi untuk bertarung dan melupakan tugasmu." Ucapan Akiyama membuat Haru ingat, ingat akan tujuan ia diciptakan oleh ayah Akiyama.
'Betapa bodohnya aku.. memalukan sekali..' batinnya, entah mengapa, bibirnya tak lagi bisa berbicara, mungkin karena rasa malu itu, "Maaf."
***
Tanpa terasa, malam hari telah tiba.
"master, b-bagaimana?" Haru keluar dari kamar dan memperlihatkan dirinya yang tengah memakai kostum Maid itu. 'Anjir imut.'
"Ehm, kamu terlihat cocok memakainya, Haru, aku sampai terpesona." Ujarnya dengan wajah memerah, tentu saja itu wajar karena keimutan Haru yang benar-benar imut ketika memakai itu, "Hehe, master benar-benar orang mesum."
"Bukannya itu wajar, lalu.. sepertinya kamu tidak boleh memakai itu terlalu sering, Haru, bahkan itu lebih berbahaya dibandingkan ketika kamu memasak dengan memakai pakaian dalam saja." Ujarnya lagi sambil mencoba memalingkan wajahnya, "Hee, kenapa kenapa? Apakah Haru jelek? Apakah Jelek?"
"B-bukan begitu.."
"Lalu...?"
"M-menurutku kamu terlalu imut dengan pakaian itu, aku tak mau kehilangan kendali diriku?"
"Kehilangan.. kendali? Bukannya Master itu manusia, bukan AI?"
'Sial dia terlalu polos..' Pada akhirnya, Akiyama malah menderita lahir batin. 'Tuhan, bantu aku melewati malam ini..'
Bersambung