"Apa.. yang harus lakukan untuk ini..?" Kakinya terasa lemas, lututnya bergetar, tanpa terasa ia sudah terduduk dengan lemah tak berdaya, "Haru.. takut.." Ujarnya dalam diam. "BERDIRI!" Tiba-tiba sosok gadis bersurai hitam mengejutkannya, ia melemparkan sebuah benda bulat pada tubuh monster itu, yang mana benda bulat itu adalah sebuah bom yang meledak kapan saja ia mau, 'Rika..'
"Kakak tak boleh terbunuh di dunia simulasi, sekalipun kakak ini adalah AI yang bisa dibackup, tapi ini akan merepotkan ayah!" Kesal Rika ketika melihat wajah putus asa dari Haru, "Haru ini lemah.."
"Lalu kenapa? Apa salahnya lemah? Jika terus berjuang, kakak akan menjadi lebih kuat dari apapun!" Ujarnya lagi sebelum memberi perintah pada sistem Freya nya. "Freya, ciptakan Mecha yang bisa meledakan diri, dan ledakan monster itu sampai dia benar-benar mati." Perintahnya, "Got it." Munculah beberapa mecha yang langsung berlari menyergap monster raksasa tadi, "Kita pergi dari sini, mungkin Kapten dan Tuan Akiyama sudah menunggu di lokasi target, jangan sampai tertinggal." Ujarnya sambil menaiki kendaraan motor yang baru saja ia ciptakan. "B-baik."
"Jangan panik ya!" Ujarnya ketika Rika menancapkan gas dan melaju dengan cepat, Haru yang kaget spontan menjerit karena kecepatannya yang sangat tinggi itu. "PELAN-PELAAN!!!" Paniknya, namun seberapa keraspun Haru menjerit, tetap saja Rika tidak menurunkan kecepatan kendaranannya itu.
***
Di kuil Meiji, sosok gadis dengan perawakan yang lumayan itu duduk di bangkai monster dengan memainkan pedangnya, ia menatap bosan sekeliling, "Sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan, lama sekali.." Benar, dia adalah Akira yang sudah lama menunggu kehadiran mereka (Akiyama, Haru dan Rika.) di lokasi Akhir, sepertinya ia sudah merasa bosan, tanpa mengetahui apa yang saat ini dihadapi oleh rekan-rekannya. "Sudah lama menunggu?" Suara seorang gadis terdengar dari belakang Akira, "Lama sekali." Kesalnya pada gadis itu, "Ya.. maaf, aku menjemput dulu kakak, lalu, dimana tuan Akiyama?"
"Hey seharusnya aku yang bertanya, dimana Akiyama, mengapa dia tidak bersama kalian?" Akira membalikan pertanyaannya, "Mana ku tau, yakan, kakak?"
"Tunggu, jadi.. maksudnya Master masih berada di luar sana..?" Haru mulai menampakan wajah cemasnya, meskipun ini hanyalah dunia simulasi atau dunia virtual, namun jika Akiyama mati di sini, maka itu akan berdampak buruk pada Akiyama yang asli, jika ia mati, itu sama saja dengan jiwa Akiyama yang mati, sementara tubuhnya masih hidup, pada Akhirnya Akiyama akan menjadi wadah tak berisi, menjadi sebuah boneka yang tak bergerak, begitulah dampaknya jika memang ia mati.
"Haru harus menjemputnya!" Dia merengek dan mencoba pergi dari sana, "Tunggu kakak! Apakah kakak lupa? Sebelumnya kakak sudah hampir mati, dan sekarang kakak mencoba menyelamatkan orang lain? jangan bercanda, Kakak! Jangankan melindungi orang lain, melindungi diri saja tak bisa!"
"HARU TAU ITU!! Akan tetapi.. master.. master dalam bahaya!" Wajah Haru memerah karena menahan emosinya pada Rika yang mencegahnya menyusul Akiyama, "Meski begitu, aku takkan membiarkanmu membahayakan diri sendiri, dengar, Tuan Akiyama adalah orang yang kuat, dia takkan mati di dunia virtual, kakak mengerti?"
DAR!!
Dari ujung pistol itu mengeluarkan asap tipis, Peluru hampir saja mengenai kepala Rika, jika saja ia tak menghindar dengan cepat, maka berakhir sudah, "Kakak."
"Kalian sudah cukup! Jangan bersikap bodoh!" Akira mencoba melereai mereka berdua, namun sepertinya Haru masih saja tak mengerti akan keadaan, "Jika Rika menghalangi, Haru takkan segan untuk menembak." Ujarnya dengan bibir yang bergetar pelan. "Kakak, apakah kepala kakak terbentur? Kenapa kakak menjadi sebodoh ini?"
DAR!
"Energy shield turned on."
TRANG!
Peluru itu memantul ke atas karena di hadapan Rika terdapat sebuah perisai energi. "Haru hanya ingin menjemput Master, jangan menghalangi."
"Aku menghalangimu karena ada alasannya! Aku tak mau kamu merepotkan mereka!" Pada akhirnya Rika juga ikut terbawa emosi karena perbuatan Haru, "Kakak, hentikan semua ini, kita hanya perlu menunggunya datang." Ujarnya menenangkan diri.
****
"Eight formation, shooting star explosion!" Akiyama terjun dari langit tinggi dengan pedangnya yang mengeluarkan bara api, di lehernya terdapat garis aneh yang menjalar menuju pipi kiri nya, garis itu memiliki warna merah api dan menyala. "HAAAT!!!" Ia mulai mengayunkan pedangnya yang mulai berat dan sangat berat itu dari atas ke bawah, "KRAAKH!!" Tak mau kalah, monster itu kini mengangkat pedang besarnya untuk membalikan serangan Akiyama, 'Haru.' Hanya nama Haru yang ada di pikirannya, "MATILAH!!"
BRAAAAKKHH!!!
Ketika pedang membara itu menyentuh permukaan dari pedang sang monster, tiba-tiba ledakan terjadi yang mana ledakan itu menyebabkan pedang dari monster itu hancur tak tersisa dan menyisakan monster buatan sistem yang kini menatap ke arah Akiyama dengan tatapan tak percaya, bara api di sekitar Akiyama semakin membesar dan mulai membakar lingkungan di sekitarnya,
BRAK!
Kini pedang itu sudah menyentuh permukaan kepala sang monster, membuat monster itu terbakar perlahan. Namun, Akiyama malah meningkatkan kekuatan dari pedang itu, sehingga bara apinya semakin kuat dan membakar monster itu semakin cepat, "HAAA!!"
***
Ledakan besar terjadi, Akiyama terpental jauh, namun ia berhasil mendarat dengan selamat di atas sebuah bangunan dengan pedangnya yang tergeletak di sampingnya. "Menyenangkan juga.. hah.." Ujarnya sebelum kembali mencoba berdiri, ia melihat map yang berada di tampilan, saat ini ia tengah berada di atas Musium Seni Ota Memorial, jaraknya masih cukup jauh dari tempat tujuan, yaitu Kuil Meiji, namun demi suksesnya misi ini, ia harus cepat bergerak meskipun lengan dan kakinya serasa hendak terlepas.
Kembali pada Haru dan yang lainnya, saat ini kondisi yang menegangkan terjadi di sana, Haru yang keras kepala kini tengah bertarung menghadapi Rika yang mencoba berbaik hati padanya, namun Haru malah menganggapnya sebagai pengganggu. "Dasar kakak yang bodoh! Freya, aktifkan sistem bertarung jarak dekat!"
"Got it." Rika mulai serius dan mulai menyerangnya dari jarak dekat,
TAK!
TAK!
TAK!
DAR!
Semua serangan Haru dengan mudahnya ditangkis oleh Rika yang sudah sangat terbiasa bertarung. Akira membiarkan mereka bertarung, karena mau bagaimanapun, keputusan Rika sudahlah tepat, dia harus melumpuhkan Haru untuk membuatnya diam dan tak menjemput Akiyama, sehingga Haru takkan dalam bahaya. "Jangan menghalangiku! The final formation, the apocalypse!!"
"HARU HENTIKAN!!!" Akiyama tiba-tiba datang dan mencegah Haru menggunakan teknik yang berbahaya itu, "M-master.."
PLAK!!
Semuanya hening.
"K-kenapa.."
"Apanya yang kenapa?! Sadarlah! baru saja kau akan menggunakan teknik meledakan diri di tempat seperti ini!" Ia menatap Haru dengan air mata yang mengalir dari sudut pandangannya, sudah terlihat jelas kalau Akiyama sangat mengkhawatirkan sosok Haru. "Master.. Haru.."
Ia tak bisa berkata apa-apa lagi.
Bersambung