Hari berganti hari, tak terasa sudah 1 minggu setelah tragedi 'Penghakiman' yang didalangi oleh Planta itu terjadi. Banyak sekali korban jiwa dari insiden itu, lebih dari 500 korban luka-luka. Saat ini, Jepang benar-benar tengah berduka atas kejadian yang menimpa negara mereka. Tangis yang pecah, kesedihan yang tak berujung, lagi-lagi terjadi.
Mengapa dengan mudahnya ia membunuh jiwa-jiwa tak berdosa itu?
Mengapa ia tak merasa iba sedikitpun?
Mengapa.. dan mengapa, itulah yang terus diucapkan para warga jepang terutama Shibuya. Hari itu menjadi hari dimana Shibuya dibanjiri oleh darah, darah dan darah.
"Karena itu, untuk mempersiapkan diri akan serangan yang tak tau kapan, kita harus melakukan simulasi lagi, ada yang keberatan?" Akira berdiri di ruang rapat regunya. "Baik, jika semuanya setuju, kita akan segera masuk ke dunia Virtual, ingat, meski ini dunia Virtual, rasa sakit ketika terluka akan sama halnya ketika bertempur sungguhan, jangan lengah." Akira menekan sebuah tombol yang ada di tangannya, seketika itu mereka berempat kehilangan kesadaran, bukan kehilangan kesadaran, melainkan kesadaran mereka dipindahkan kedalam dunia virtual yang akan menjadi tempat simulasi pertempuran mereka nantinya.
***
Di pandangan mereka terdapat tulisan "Entering the World... Please wait." Mereka semua menutup mata mereka, karena saat Avatar mereka melakukan spawn di titik spawn, sebuah glitch aneh akan terjadi dan itu membuat kepala sakit. Glitch itu tak bisa diperbaiki sehingga malah menjadi fitur dari program dunia simulasi ini. "Ah.. membuat pusing saja.. nah, sekarang kita langsung mulai." Akiyama berjalan mendekati sebuah kotak dan mengambil senjata yang diberikan oleh Rika di dunia nyata saat insiden 'Penghakiman' terjadi. "Lalu Haru, apakah kamu yakin bertarung dengan pakaian itu?"
"Haru sangat yakin, master, karena penyerangan selanjutnya tak diketahui kapan, jadi Haru belajar bertarung dengan peralatan mendadak seperti pakaian cosplay Maid ini." Haru mengambil 2 buah pistol dan menunjukan pakaian Maidnya yang ia beli 1 minggu yang lalu bersama Akiyama. "Yah suka-suka kamu, yang penting tidak membahayakan, baik, ayo."
Akiyama membuka pintu ruang tunggu itu, sebuah portal aneh muncul ketika ia membuka pintu, portal itulah yang akan mengantarkan mereka ke medan pertempuran melawan simulasi dari Planta dan pasukan mereka. Dunia ini dibuat berdasarkan data yang direkam, sehingga tiruan Planta yang akan mereka hadapi sama kuat dan sama liciknya dengan Planta sungguhan. Akiyama, Haru, Rika dan Akira masuk secara bergiliran.
***
Akiyama Point of View
Aku.. aku dimana..?
Kenapa aku dipisahkan dari yang lainnya? Tidak, mungkin ini adalah kemungkinan, karena bisa jadi Planta akan menyerang kami ketika kami tidak sedang bersiap, sehingga sistem memisahkan kami, mungkin misi kali ini adalah untuk bertemu di suatu titik. Aku menatap Icon yang berada di tangan kiri ku, memfokuskan pandanganku terhadap icon itu sehingga muncul beberapa menu termasuk menu komunikasi dan menu Map.
Dan benar dugaanku, kami harus bertemu di Kuil Meiji. Saat ini aku berada di Kuil Shinto, jika dilihat dari jaraknya yang cukup jauh, aku akan membutuhkan waktu sekitar 1 jam jika berjalan melalui Akasaka. Namun jika aku berhadapan dengan lawan tangguh, aku.. meragukan waktu 1 jam itu. Namun tak ada salahnya mencoba bukan, Haru, semoga kamu bisa.
***
3Rd Point of View
Akiyama mulai berlari menuju lokasi target, berbekal senjata Replika dari Senapan Petir, ia terus berlari. 'Muncul.' Ia menghentikan langkah kakinya dan mengubah mode senjatanya menjadi sebuah Great Sword yang memancarkan cahaya oranye seolah-olah bilah pedang itu sangat panas dan dapat melelehkan baja sekalipun. "Mari, kita mulai pertarungannya, kau siap, kawan?" Tak ada lawan bicara, pada akhirnya Akiyama berbicara dengan pedang raya yang ia pegang itu.
"KREAAAAKKHH!!!" Monster yang ia hadapi mulai berlarian dengan cepat ke arahnya, namun ia masih dalam posisi normal, ia sama sekali tak memasang posisi siap tempur, namun ketika 3 monster itu melompat dan sudah berada sekitar 5 meter di depannya, ia langsung mengangkat pedangnya dan memberikan komando teknik, "3rd Formation, Fire wave! Matilah!" Akiyama mengayunkan pedangnya ke depan dengan kuat sehingga menimbulkan gelombang api yang panas sehingga membuat monster-monster yang menyerangnya kini hanya tersisa abu saja.
"Hanya seperti itu, andai saja di dunia nyata semudah ini, tapi mungkin iya sih, habisnya kekuatan mereka adalah hasil rekaman dari dunia nyata." Ujarnya sambil memberhentikan kobaran api yang ada di bilah pedangnya sebelum mencapai titik overheat atau Panas berlebih. "Cih."
Ia merasa kesal karena mereka bermunculan lagi, "Tak ada waktu." Ujarnya sebelum berlari dan mengayunkan pedang raya nya itu ke depan, "HAAAT!!"
BRANG!!
Pedang itu menghantam permukaan tanah, energi panas yang berada di pedang itu keluar dengan jumlah besar sehingga ledakan pun terjadi, namun Akiyama sama sekali tak terkena dampak ledakan itu karena ledakan yang terjadi hanya didepannya yang mana itu hanya mengenai lawan yang menghadangnya. Ia tetap berlari, berlari dan berlari, sampai pada akhirnya langkah kakinya harus terhentikan karena sosok besar yang terbuat dari kayu menghadangnya, kayu, meskipun kayu, namun dilihat dari ukuran tubuhnya, ia yakin kalau monster itu sangat keras dan akan membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk menghadapinya. "Meskipun ini akan benar-benar memakan waktuku, namun tak ada pilihan lain, Haru, Bibi Akira, Rika, maaf jika aku terlambat." Akiyama memasang posisi siaga tempurnya menandakan kalau dia mulai serius.
***
Beralih pada seorang gadis dengan pakaian cosplay Maid, ia berdiri dengan nafas yang terengah-engah seolah-olah ia kelelahan karena suatu hal. "Apa-apaan, apakah di pertempuran sebelumnya ada monster yang seperti ini?" Haru kembali berlari untuk menyerang monster dengan wujud manusia setengah kuda dengan tubuh yang terbuat dari kayu, Makhluk itu mengangkat kaki depannya dan melemparkan tombaknya pada Haru, namun dengan mudahnya Haru menghindari tombak itu dan malah menjadikannya sebagai pijakan untuk melompat lebih tinggi. "Seventh formation, Tin bullet smoldering!" Ketika ia sudah berada di jarak tertentu, tepatnya berada 1 meter dari kepala monster itu, ia langsung menembakan peluru timah yang membara, yang mana teknik itu adalah 1 dari 3 teknik berbahaya, teknik yang menyerap energi.
DAR!
Kepala monster itu berlubang karena peluru timah yang dilontarkan pistol milik Haru, namun tetap saja, pada akhirnya monster itu kembali beregenerasi dengan cepat. "M-Master.." Ia mulai putus asa, titik lemah dari monster ini sama sekali tak bisa dideteksi olehnya, bahkan tekniknya yang cukup kuatpun tak bisa mengalahkan monster di dunia simulasi ini. "Apa.. yang harus lakukan untuk ini..?" Kakinya terasa lemas, lututnya bergetar, tanpa terasa ia sudah terduduk dengan lemah tak berdaya, "Haru.. takut.." Ujarnya dalam diam.
Bersambung