Chereads / Jiwa Tiruan / Chapter 24 - Senyuman Pembunuh

Chapter 24 - Senyuman Pembunuh

"Kapten Akira! Kami tidak bisa mendeteksi reaksi dari Manusia Modifikasi, semua monster yang berlarian terdeteksi sebagai manusia modifikasi, tidak ada cara lain!"

"M-mereka terdeteksi.. jangan bercanda.. PLANTA!!"

Akira menatap kesal radar yang menunjukkan kalau semua objek yang bergerak atau monster tumbuhan itu malah ikut terdeteksi sebagai Planta, karenanya mau tak mau mereka harus mencari keberadaan Planta dengan manual atau dia akan menambah pasukannya itu. "Akiyama, bantu aku cari sosok Planta, urusan monster aneh ini, kita serahkan pada pasukan militer yang berada di lokasi, Rika, siapkan alat tempurmu, kali ini kita akan benar-benar bertarung, Planta." Di malam yang mencekam itu Akira berjalan dengan santai menuju gerombolan monster tumbuhan misterius yang berjalan lambat ke arahnya.

Yin berusaha berjalan, berusaha mengendalikan dirinya sendiri yang mencoba berontak itu, 'Jika memang kekuatanku adalah mengendalikan seluruh Elemental yang ada di muka bumi ini, maka berarti aku bisa melakukannya, aku bisa menetralkan semua ini.' itulah yang selalu ia katakan dalam hati kecilnya, menurut penelitian, Kekuatan dari hasil eksperiment Manusia Modifikasi yang dilakukan oleh Arya pada Yin menghasilkan ia bisa mengendalikan semua unsur yang ada di muka bumi ini, karena itulah waktu di Indonesia dulu, Arya sempat ketakutan ketika tau kalau Yin tidak berpihak padanya.

"Berdirilah, tak ada yang perlu ditakutkan, gapailah tanganku, selaamtkan mereka semua, hancurkan sihir, hancurkan sihir, hancurkan sihir, demi seseorang yang sudah memberimu nama, Yin." Suara itu terdengar sangat merdu di pendengaran Yin, ia menatap sosok berwujud manusia namun transparan dengan warna tubuh Hijau menyala, layaknya bentuk dari Elemen tumbuhan. "Roh Elemental.." Yin menyentuh ujung telapak tangan Roh itu, cahaya hijau menyelimuti tubuhnya, pakaiannya tiba-tiba berubah menjadi sebuah gaun yang anggun dan cocok untuknya. "Demi kak Shiro, aku akan selalu melangkahkan kaki ku, aku akan mengayunkan pedangku, aku akan mengepalkan tanganku, aku akan menarik busurku, dan aku akan membunuh musuhku."

"Benar sekali, nah, mari selesaikan ini, tunjukan kepadaku bahwa kamu pantas dengan kekuatanku ini, Yin!" Suara puas dari sang Roh terdengar di telinganya, membuat Yin menjadi lebih bersemangat, ia menyimpan kedua tangannya di depan dada nya, partikel-partikel hijau bermunculan dan menyebar, membuat tanaman-tanaman yang menyerang dan merusak itu layu, membuat orang-orang yang berkelahi karena dikendalikan itu mulai sadar, apa yang terjadi? itulah yang ada di benak mereka ketika mereka sadar kalau mereka berada di tempat yang tak wajar dan berkelahi. "Selesai, selanjutnya, Kakak, aku.. akan membantu." Yin berlari menuju arah dimana Akiyama berdiri menatapnya dengan heran.

"Yin.. kamu.."

"Aku berhasil mengendalikan kekuatan tumbuhan, kakak, selanjutnya kita cari Planta, aku yakin ia berada di sekitar sini." Yin tersenyum lebar pada Akiyama yang masih menatap heran padanya, "Ayo, tapi jika memang sosok planta itu tidak ada, itu berarti nyawamu terancam, berhati-hatilah." Akiyama berjalan mendahuluinya, mencoba mencerna apa yang ia lihat barusan, 'Bukan, dia bukanlah Planta, sudah jelas kalau Yin bisa mengendalikan semua elemental yang ada di bumi ini, itu berarti ia juga bisa mengendalikan tumbuhan kan? Code name Planta bukanlah Yin, tapi orang lain.' Ia terus bergelut dengan pikirannya sendiri.

***

"Code Name.. Planta.. ya, nama panggilan yang bagus, manusia." Sosok itu berdiri dihadapan para Militer yang menyergapnya, "Barat laut dekat Hotel, lokasi Planta ditem-"

"Sudah sudah, aku tak mau kerepotan, nah Manusia, bagaimana kalau kita bermain-main sebentar saja?" Planta berjalan mendekati militer yang barusan melaporkan penemuannya, tubuhnya dililit oleh akar besar sehingga membuatnya sulit bergerak bahkan sulit bernafas.

"KHH.." Dia mengerang karena lilitan dari akar besar itu semakin kencang, membuatnya semakin tak berdaya, "Ahh, aku minta maaf ya.. pasti menyakitkan, pasti menyakitkankan? Baiklah baiklah, Ka~mu akan dilepaskan, dari, Penderitaan."

CRASH!

Tubuh militer tadi hancur menjadi beberapa bagian, tumbuhan yang melilit tubuhnya kini menghilang menjadi butiran cahaya hijau, "Tembak!" Perintah kapten dari militer itu, mereka memberondong Planta dengan timah panas sehingga menciptakan kepulan asap. Namun setelah membuang banyak peluru, apa yang mereka dapatkan?

Tepat, mereka mendapatkan senyuman bengis dari Planta yang sama sekali tak terluka itu.

"Eh apa? kalian melakukan apa barusan? Fhahahaha!! Serangga lemah!" Planta mengangkat tinggi tangan kanannya, dikala itu, tumbuh akar raksasa berduri di belakang para militer yang mana akar itu langsung menimpa tubuh para militer itu sampai membuat mereka hancur. "Baik, mereka semua malah mati, hadeh, padahal masih seru, tapi, ini sudah cukup, untuk hari ini tepatnya." Ia berbicara dengan nada menyebalkan khasnya, "Cukup sampai di sana, Planta!"

"Hah? Apa? Kau memanggilku? Ingin berakhir seperti mereka?" Planta tersenyum menyebalkan, "Yah, tak ada salahnya sedikit membuang waktu." Ia berjalan mendekati Akiyama yang menodongkan senapannya pada Planta, "Berhenti! Jangan mendekat! angkat tanganmu!"

"Menga~pa aku harus berhenti? Bukannya lebih baik kita berbicara dari dekat? Aku tak suka berteriak, nah, mari bicara."

DAR!

Peluru Akiyama ditangkis oleh Planta dengan menggunakan akar besar yang kemudian menghilang menjadi butiran cahaya hijau. "kamu bilang.. jangan mendekat kan? Apakah kamu takut? Apakah kamu takut?"

"Cara bicaramu yang menjengkelkan itulah yang membuatku takut." Akiyama mengambil pisaunya dan bersiap menyerang, "Ayolah manusia, Timah panas saja tidak mempan, kamu ingin menggunakan mainan itu? Tunggu, rambut putih? Jangan-jangan kamu adalah orang itu ya? Orang yang mengajau di markas?" Ia tersenyum lebar ketika menyadari siapa yang berada di hadapannya saat ini, "Lalu?"

"Kalau begitu aku undur diri dulu, Manusia, berbanggalah karena aku tidak membunuhmu, Hari ini tentunya, AHAHAHAHA!!!" Angin kencang berhembus, berputar mengelilingi tubuh Planta, membuatnya berubah menjadi lembaran-lembaran daun kecil yang kemudian menghilang. "Sialan jangan kabur!"

"kakak tunggu! Kita abaikan dulu yang sudah pergi, lihatlah kerusakannya."

"Benar-benar.." Akiyama menggenggam erat pisaunya dan melemparkannya dengan kencang ke sembarang arah, "Wha?! Master!!" Haru berdiri terpaku ketika sebuah pisau menancap di bangunan tepat sampingnya, mungkin jaraknya hanya beberapa mm dari dada kecil Haru, "Haru, kau oke?"

"Hanya sedikit syok karena pisau itu." Haru berjalan dan merangkul Akiyama seperti biasanya, "Master baik-baik saja kan? Tak terluka kan?"

"Sama sekali tidak, Tenang saja, sekarang masalahnya adalah ini, para korban dari kebengisan Planta tidak sedikit."

"Benar, sepertinya takkan mudah bagi kita untuk mengidentifikasi korban yang tubuhnya sudah seperti bubur strawberry ini." Akira datang dengan bilah pedangnya yang masih mengeluarkan energi listrik, "Meski benar, tapi perkataan bibi benar-benar mengerikan."

"Master, mataharinya sudah terbit, sepertinya hari ini kita akan tidur siang lebih lama ya." Haru mencoba mengganti topik dengan menunjuk sinar oranye di arah timur menandakan matahari sudah terbit, "Mungkin iya."

Akiyama mengecup singkat bibir Haru yang tengah tersenyum itu, "Planta, takkan kubiarkan kamu mengambil satu-satunya sosok yang kucintai ini."

BERSAMBUNG