Chereads / Jiwa Tiruan / Chapter 18 - Akhir dari Organisasi Anti AI (End of Volume 2)

Chapter 18 - Akhir dari Organisasi Anti AI (End of Volume 2)

(Preview Chapter Sebelumnya)

Akiyama Point of View

Apa apaan itu, dia meloloskan diri dengan menjadikan objek eksperimentalnya sebagai umpan? Benar benar bajingan, akan kucari dia. Haru sama sekali tidak terluka, aku bisa lebih tenang karena itu. Dengan begini, kami masih bisa melanjutkan penyisiran, semoga saja,a Bibi Akira dapat mengalahkan Fulgur dan mencegat Arya.

Aku, Haru dan Rika terus berjalan menyusuri tempat yang sepertinya sudah benar-benar kosong ini, entah karena mereka lari, atau mati. Namun yang pasti, tempat ini kini sudah sangat sunyi, bahkan Rika tidak bisa mendeteksi adanya kehidupan ditempat ini selain diriku dan mereka berdua. Namun aku tak menyerah, masih banyak ruangan yang belum kami cek, siapa tau ditempat itu terdapat manusia biologis yang masih dalam tabung, jika memang iya, kami harus segera menghancurkannya, atau dia akan terbangun dan berbalik menghancurkan kami semua, cukup berbahaya. Namun meski kami sudah berkali-kali masuk ke ruangan yang berbeda, tidak ada yang kami temukan sama sekali. Sampai pada akhirnya, kami menemukan sebuah ruangan yang cukup menarik, didalam sana terdapat seorang gadis kecil yang berada dalam tabung, benar, dia adalah manusia modifikasi. Meskipun dia anak-anak, namun.. ini demi kehidupan umat manusia, aku... harus membunuhnya sekarang juga, jika tidak..

"Kenapa..?"

Heranku ketika aku merasakan perasaan yang aneh ketika hendak membunuh gadis itu dengan sniperku ini. Aku.. merasa kasihan padanya, instingku merasakan kalau dia adalah orang yang sama sekali tak berdosa, benar, dia adalah korban. "Master, apa yang terjadi?" Cemas Haru, mungkin ia merasa cemas karena aku tidak menarik pelatuk senapan ini dan malah sedikit melamun, lantas aku berkata, "Keluarkan anak ini." Pintaku. "Mengapa? Bukannya tuan Akiyama yang selalu memerintahkan kami untuk membunuh mereka?"

Pertanyaan dari Rika memang benar, aku selalu menyuruh mereka untuk membunuh setiap Manusia modifikasi yang sudah kehilangan jati dirinya, namun adad kemungkinan kalau gadis ini masih memiliki harapan, dengan mengeluarkannya dan memintanya untuk hidup selayaknya manusia biasa, mungkin itu lebih baik, daripada harus membunuh anak tak berdosa sepertinya. "Lakukan saja, Rika." Hanya dia yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkannya hidup-hidup. menurut informasi yang kami dapatkan, para manusia modifikasi akan dihapus ingatannya, sehingga ketika ia keluar dari tabung itu, dia takkan tahu apa-apa. Semoga saja dengan begini dia akan bisa kuatur dan kuarahkan untuk membantu orang lain.

Tanpa banyak bicara, Rika membuat sebuah alat yang cukup membingungkan, alat itu seperti alat yang terhubung dengan tabung, sepertinya ia membuat replika controller sehingga dia bisa menghilangkan nitrogen cair yang berada dalam tabung itu sehingga gadis yang ada didalam sana bisa tetap hidup. Dan benar saja, ketika ia menekan tombol berwarna hijau, air yang ada dalam tabung itu kini surut dan menyisakan gadis bersurai cokelat yang terduduk didalam tabung. Perlahan ia membuka mata nya, terlihatlah kedua lensa mata cokelat sang gadis, tatapan bingungnya bisa kurasakan. "Rika, buka tabung itu."

"Baik, berhati-hatilah."

(3Rd Point of View)

Sebelum mendekati gadis itu, Akiyama membuka jaketnya dan berjalan mendekatinya. Wajah dan perasaan takutnya bisa dirasakan oleh siapapun. "Tenanglah, pakai ini untuk menutupi tubuhmu."

'Dia seperti Haru saat pertamakali dilahirkan.' Batin Akiyama, jika diingat-ingat kembali, kejadian serupa pernah terjadi dulu, ketika Haru terlihat kedinginan karena ia belum diberi pakaian sehingga Akiyama memberikannya jaket berwarna abu-abu juga, bahkan sampai saat ini, Haru selalu memakainya, apalagi ketika berada dalam misi.

Kembali ke topik utama, Gadis itu meraih jaket yang diberikan Akiyama dan memakainya dengan perlahan, seharusnya jaket ini bisa menutupi sebagian area intim gadis itu karena tubuhnya yang cukup pendek, bahkan lebih pendek dari Haru. Dan benar saja, jaket yang hanya sepinggang di Akiyama, kini menjadi selutut di gadis itu. "Bangunlah, namamu?"

"Na..ma..?"

'Sial aku lupa kalau ingatannya dihapus.'

"Ah tidak, maksudku selamat datang di dunia ini, etto... um... eng... A.. Yin, yup, Yin!"

'Sial aku asal-asalan menamainya.'

Akiyama tersenyum kikuk ketika ia melihat tanggapan gadis yang barusaja ia beri nama dengan asal-asalan itu. "Apakah Yin itu aku?" Dengan polosnya ia bertanya, "Benar, Namamu adalah Yin, sebelumnya kamu adalah manusia modifikasi yang diciptakan oleh organisasi jahat, mereka berniat untuk menjadikanmu senjata mematikan, namun kini kamu bisa tenang, Yin, aku dan teman-temanku akan menggagalkan rencana itu." Akiyama berterus terang pada Yin karena menurutnya memang itu yang harus ia katakan pada Yin, jati diri dari Yin. "Manusia.. modifikasi..?"

"Tepat, tenang saja, kau akan baik-baik saja dengan kekuatan yang kamu miliki, selama kamu tidak melukai orang lain, kamu takkan terkena masalah, oke?" Mendengar itu, Yin menatap kedua tangannya yang mungil itu, tangan lembutnya terlihat sedikit gementaran. "Jadi, pada akhirnya aku ini apa? Aku ini siapa? Aku dapat memahami apa yang kamu katakan, namun aku tak dapat mengingat apapun tentang diriku, tentang dunia ini."

"Aku akan menceritakan semuanya padamu nanti, sekarang kita harus keluar dulu." Ujar Akiyama, ia sadar kalau tempat ini sudah buntu, tidak ada lagi tempat yang harus ia sisir, terkecuali jalan keluar yang ada di depan mereka, sepertinya jalan itu adalah jalan dimana tempat Arya melarikan diri. "Haru, Rika, gadis ini baik-baik saja, dia bisa memahami kita, yang harus kita lakukan sekarang pergi menuju luar untuk melaporkan situasi ini."

"Dimengerti, master/tuan."

***

"Benar-benar memuakan, tapi kini aku puas." Akira menatap potongan tubuh yang kini benar-benar sudah tidak bisa dikenali lagi, itu adalah mayat dari Fulgur, dia bertarung dari malam sampai pagi dengan musuh yang selama ini ia cari-cari. "Nah, sekarang giliranmu, mengapa kamu malah kabur dari sarang buaya dan malah bersembunyi di sarang singa?" Akira menatap pria yang ada di depannya, dia adalah Arya yang sudah menodongkan senjata api padanya. "Kukira Hama seperti kalian takkan bisa memojokan ku, sialan aku benar-benar naif."

"Menyerah atau mati?" Tanya Akira dengan tatapan dinginnya, dibelakang Arya terlihat sosok pria bersurai putih berlari mendekatinya, "Akiyama?"

"Hah, sudah ku duga, bibi mencegatnya." Lega Akiyama, namun Akira hanya tersenyum dan berkata kalau Arya mendatanginya dan bukan dia yang mencegatnya. "Bisa-bisanya kalian mengobrol ketika maut berada di hadapan kalian."

"SEHARUSNYA KAMI YANG MENGATAKAN ITU!"

BUAGH!!!

Kepalan tangan kecil menghantam kepala dari Arya sampai membuatnya terpental jauh sampai menabrak bangunan, "Siapa gadis kecil itu?"

"Ah, Dia Yin, manusia modifikasi yang patuh pada kita karena aku, Rika dan Haru yang membangunkannya." Akiyama menatap sosok Yin yang memandang jijik pada Arya yang berdiri dengan sempoyongan. "Rasakan itu, dasar tuan tak berguna!!"

"Kau... C-238? Bagaimana bisa kau bangun?!" Kaget Arya ketika mengetahui siapa yang menghantamnya barusan, "Sebenarnya apa yang kau inginkan sampai menjadikan gadis tak berdosa ini sebagai senjatamu sendiri, Arya?" Tanya Akiyama dengan tatapan dingin, 3 pasang mata menatap padanya seolah-olah tatapan itu mencabik-cabik Arya. "DIAM!!"

DAR!

DAR!

Ketika peluru berada pada jarak 6 meter dari Akiyama, sebuah dinding yang terbuat dari batu tiba-tiba muncul didepan Akiyama dan menahan peluru itu. "Sekali lagi aku bertanya padamu, apa yang kamu inginkan? Ini kesempatan terakhirmu."

"DIAM!! DASAR SIALA-."

"Terlalu berisik." Ujar Akira, kepala Arya terjatuh dengan tatapan kosongnya. "Bibi malah memenggalnya." Tatapan dingin Akiyama kini malah beralih pada Akira yang kini tengah memberishkan pedangnya dengan pakaian yang dipakai oleh Arya. "Misi kita sudah selesai, namun jika dilihat dari gadis itu, sepertinya masih ada manusia modifikasi lain."

"Tepat, sebelumnya aku menghadapi 30 manusia modifikasi secara bersamaan, sepertinya mereka berhasil melarikan diri."

"Begitu, yang penting kita kembali dulu ke pangkalan di Sukaraja, aku memiliki segudang pertanyaan padamu, Akiyama." Akira berjalan menuju sekolah yang mana beberapa saat yang lalu sekolah itu adalah sarang teroris. Jaraknya tidak jauh. "Yin, ayo."

"Baik, Kakak."

*Akiyama Point of View

1 Hari berlalu, aku dan semua pasukan jepang berniat untuk kembali ke negara asal kami karena masalah di Indonesia sudah dinetralkan, meski sebenarnya aku yakin kalau ada beberapa manusia modifikasi yang bersembunyi, namun militer pasti bisa menghadapinya. Oh, tentang Yin, sebenarnya aku tak mau membawanya ke jepang, namun dia ditolak di negara ini sehingga Organisasi perlindungan AI dari jepang harus menampungnya, selain itu mungkin kami juga bisa meneliti lebih jauh akan dirinya dan kekuatannya.

Sebelumnya Yin membuat perisai dari batu ketika Arya menembakkan pistolnya, namun tak lama kemudian, tepatnya ketika berada di pangkalan, aku melihat Yin menyalakan sebuah lilin dengan api yang tiba-tiba menyala dari ujung jarinya.

Dia benar-benar menempel padaku, aku yang memberi nama Yin padanya, meski awalnya aku hanya asal-asalan dan terinspirasi dari karakter Anime yang penah kutonton dulu, namun ternyata gadis ini menyukai nama itu.