Chereads / Jiwa Tiruan / Chapter 19 - Perasaan Palsu Yang Hidup Dalam Diriku

Chapter 19 - Perasaan Palsu Yang Hidup Dalam Diriku

(Haruka Point of View)

Menurutku, jiwa yang ada dalam diriku ini memanglah jiwa palsu, namun meski begitu, aku tau dan aku yakin kalau perasaan ini bukanlah perasaan palsu yang dibuat-buat. Aku yakin akan hal itu, rasa cintaku pada seseorang yang sangat kucintai, aku yakin kalau itu bukan kebohongan belaka. Meski jantungku hanyalah jantung sintetis, aku bisa merasakannya, merasakan detakannya yang begitu kencang ketika aku melihat senyumannya.

Namun.. ada satu hal yang masih aku pertanyakan pada diriku sendiri. Sebenarnya... Segenap hati itu apa? Bagaimana merasakannya? Jangankan diriku, master saja sepertinya masih belum paham apa itu segenap hati atau segenap jiwa. Ketika aku bertanya padanya, "Apa itu segenap hati?"

Master menjawab, "Kau akan dan harus menemukan jawabannya sendiri, karena itu adalah urusan hati nurani mu sendiri, Haru." Dengan nada lembut khasnya, nada lembut yang hanya diucapkannya untuk diriku seorang.

Ehm, Hari ini adalah tanggal 4 April, tepatnya hari senin. Selama bulan april ini, Aku, master dan yang lainnya mendapatkan libur, itu karena kami berempat sudah menjalankan misi berat ketika melawan Organisasi Anti AI sehingga kami diberi waktu untuk beristirahat selama 1 bulan lebih. tepatnya dari tanggal 15 maret kemarin. Menginjakkan kaki di Negara lain itu cukup menyenangkan, terutama di negara dengan ribuan budaya seperti Indonesia. Katanya, sekolah MAN 7 Tasikmalaya atau apalah aku lupa namanya, sekolah itu kini sudah kembali normal dengan markas gelap yang ada dibawahnya kini sudah disegel oleh pemerintah.

Aku sangat bersyukur, karena jasa kami, sekolah itu bisa mengajarkan anak-anak usia SMA dengan baik. Oh, saat ini aku sedang berada di pusat pembelanjaan, tepatnya aku mau pulang. Aku ingin segera kembali bermanja-manja di pangkuan master, seperti biasa.

Sepertinya, di bulan april ini takkan ada banyak hal yang terjadi, mungkin saja regu kami takkan terlibat dalam pertarungan untuk sementara, jika memang ada, sebisa mungkin kami akan menghindari konflik itu. Hidupku hanyalah untuk master, aku tak mau master selalu dan selalu terlibat dengan pertarungan, apalagi setelah master tidak memakai lagi senapan biasa. Master selalu bertarung dengan pedangnya disertai dengan senyuman bangga nya, namun meski begitu, Haru takut kalau master terluka.

(3Rd Point of View)

"Sampai, hihi, senang sekali, Master! Haru pulaang!" Gadis dengan jaket putih dengan celana pendek sepaha itu berlari kecil setelah ia menutup pintu rumahnya. Di tangannya terdapat kantong plastik yang mana itu berisi persediaan makan mereka untuk 3 hari kedepan. "Selamat datang, Haru." Satu-satunya pria dan satu-satunya penghuni setelah Haru kini menampakan dirinya, dengan senyuman lembut khasnya, ia mendekati sosok yang menjadi penyemangat hidupnya itu. "Kau tidak berdekatan dengan laki-laki kan?"

"Haru hanya berdekatan dengan master, Hehe." Jawabnya dengan wajah manis khas Haruka. "Oh iya Master, Hari ini Haru ingin masak Tofu, boleh?" Seperti biasa, dia selalu meminta izin ketika ingin membuat menu baru, karena ia tak mau membuat Akiyama kecewa padanya ketika makanan yang ia buat tidak enak sama sekali. "Tentu, lalu perhatikan garamnya ya, jangan sampai kamu salah masukin lagi."

"Baik, Master!"

Haru berjalan meninggalkan Akiyama yang tengah duduk di sofa yang nyaman itu, ia tersenyum sambil bersenandung kecil untuk memberikan semangat pada dirinya sendiri. "Yosh!"

(Haru PoV)

Perasaan ini, perasaan buatan. Namun bukan berarti perasaan ini sengaja dibuat-buat. Perasaan ini tercipta seiring pengalaman yang kudapatkan selama ini. Rasa cinta, kasih sayang, itu adalah pengalaman pertama dan pelajaran pertama yang master berikan padaku.

Demi membalas semua perhatian dan kasih sayang master, aku harus memberikan jiwa dan ragaku padanya, tak peduli meskipun master menyukai dan mencintai wanita lain, aku tak peduli. Aku hanyalah boneka, meski begitu aku akan tetap setia pada sosok yang telah mengajarkanku segala hal. Tofu ya.. ngomong-ngomong... mau kuapakan tofu ini?

***

(3RD PoV)

"Sebisa mungkin aku akan melakukannya."

"Tapi master.. Jika master melakukan itu, Haru akan mati.."

"Aku tak peduli!"

K.O!

Monitor komputer itu memperlihatkan kalau Haru kalah, "Haha, kamu sudah kalah 6x lho, sesuai perjanjiannya!" Akiyama mendekati Haru yang tengah memegang kontroller game nya. "Pelan-pelan."

Perlahan bibir mereka saling bertemu, sebenarnya Haru tak ingin protes ketika Akiyama melakukan ini padanya, namun perasaan canggung membuatnya mendorong Akiyama dengan lemah. "Yosh, terimakasih, Haru." Akiyama sedikit mengacak-acak rambut biru muda Haru sebelum akhirnya ia berdiri dari tempat itu. Malam hari ini cukup nyaman karena Akiyama dan Haru selalu akur. "Haru, kamu tidur duluan, aku ingin mencari udara dulu." Ujar Akiyama sambil membuka pintu rumanya, "Dimengerti, Master."

Bukannya tidur, Haru malah kembali bermain game dan tersenyum untuk sesaat, berbeda dengan Akiyama yang berdiri di luar sambil menatap langit malam yang cukup indah ini. "Kuharap Haru akan selalu bahagia di sampingku, tugasku, satu-satunya tugasku bukanlah melindungi para AI, namun melindungi, menyayangi dan merawat 1 AI yang sangat kucintai, Haru." Ujarnya sebelum akhirnya ia kembali masuk karena udara dingin sedikit menusuk kulitnya, "Sebentar lagi Hanami ya, tak sabar."

Ia melihat Haru yang masih bermain dengan konsol game nya. Akiyama berjalan mendekatinya dan mengecup pucuk kepala Haru, "Setelah ini kamu tidur ya, aku duluan."

"Baik master, Haru janji!"

Selama ini, Akiyama tak pernah membentak Haru sedikitpun karena ia tau, membentak bukanlah jalan terbaik untuk mendidik. Ia berjalan menuju kamarnya dan membaringkan badannya dengan senyuman, "Ayah benar-benar menguji nafsu ku, aku harus tahan diri, jangan sampai aku menodai Haru."

"Master, Haru ingin tidur."

"Tidurlah, bukannya aku sudah bilang, kalau ingin tidur jangan izin dulu." Akiyama tersenyum smbil menatap Haru yang hendak mematikan lampu kamar ini. "Maaf, master." Ujarnya sebelum menutup matanya, namun ia masih belum tidur. "master."

"Hm?"

"Apakah suatu saat.. suatu saat master akan meninggalkan Haru..?"

"Kenapa kamu malah bertanya hal tak mungkin seperti itu, Haru?" Akiyama bertanya balik. "Haru hanya takut.. takut kalau master akan meninggalkan Haru dan memilih orang lain." Haru membalikan badannya dan memunggungi Akiyama,tanpa Akiyama sadari, air mata Haru mengalir perlahan, perasaan takut itu selalu menghantuinya. "Dengar, Haru. Aku hanya mencintai 1 orang di dunia ini, tak peduli dia adalah manusia atau AI, aku mencintainya, dia adalah dirimu."

Mendengar isakan tangis Haru, Akiyama memeluk pelan tubuh kecilnya sambil menutup mata. "Kamu adalah satu-satunya sosok yang merubah diriku, aku mencintaimu, Haruka."

"Terimakasih." Hanya itu yang keluar dari bibir kecil Haru sebelum ia kembali membalikan badannya dan membenamkan wajahnya di pelukan Akiyama, "Haru bahagia, terimakasih."

"Meski kamu berkata seperti itu, aku masih belum puas, aku akan selalu dan selalu membahagiakanmu, sampai akhirnya aku mati, aku akan selalu membuatmu bahagia, Haru."

BERSAMBUNG