"Kakak? Apa itu?"
"Panggilan bagi saudara yang lebih tua umurnya daripada dirimu."
"Saudara? Apa.. itu?"
"Sosok yang memiliki hubungan erat denganmu."
"Hubungan... aku.. siapa?"
"Dirimu adalah Rika, AI spesial ke 2 setelah diriku, dengan kata lain, Rika adalah adikku, selamat datang di dunia ini, Rika."
Kenangan itu tak pernah ia lupakan, dia selalu mengingat kenangan ketika pertamakalinya ia berkomunikasi dengan individu lain di laboratorium itu. Senyuman lembut selalu terukir ketika ia mengingatnya, mengingat kejadian ketika ia menanyakan siapa dirinya dan mengapa ia berada di sana. Kenangan manis itu selalu ia bawa kemana pun dan kapanpun, meskipun ketika dalam pertempuran sekalipun. 'Bagiku, melindungi umat manusia dan mempersaudarakan Manusia dan AI adalah hal terpenting di dunia ini, tak ada lagi yang lebih penting, itu lebih penting daripada les bernyanyi.'
"Enyahlah, AI durjana!" Ia adalah Rika, AI spesial yang diciptakan untuk melindungi, menyayangi dan menyelamatkan mereka yang harus dilindungi, disayangi dan diselamatkan dan menghancurkan, merusak dan membunuh mereka yang harus dihancurkan, dirusak dan dibunuh. Saat ini, ia dikirim ke negara Indonesia yang mana disana benar benar sedang mengalami krisis karena AI yang diretas, bukan hanya dirinya tentunya, melainkan regunya termasuk Akiyama dan Haru ikut serta. Saat ini, mereka berada di daerah Tasikamalaya, Jawa Barat karena disanalah para AI yang diretas itu beraksi, kota ini benar benar terbakar, korban jiwa tidak sedikit sehingga mereka harus bergegas. "Tuan Akiyama, urus daerah lain, biar aku yang mengurus daerah ini." Ujar Rika sambil mencoba mengangkat puing-puing bangunan yang menimpa seorang anak.
"Kau yakin?"
"Tentu, melindungi dan menyelamatkan adalah tugas utamaku, tak ada yang lebih penting, bahkan kehidupanku sendiripun tidak penting bila dibandingkan dengan misiku ini, jadi tuan bisa menyerahkannya padaku, karena aku tak akan menahan diri."
Bruk
Dia melemparkan puing-puing banguanan itu ke sembarang arah sembari mencoba membangunkan anak yang tertimpa itu. "kakinya patah, apakah dia mengerti bahasa jepang?"
(Note: Karena alur utama nya jepang, tentu saja bahasa yang digunakan oleh Akiyama dan yang lainnya itu jepang bukan Indonesia, namun supaya membuat pembaca mengerti akan dialognya, saya tidak akan menggunakan bahasa jepang, melainkan menggunakan bahasa indonesia sebagai terjemahan.)
Beralih pada Akira yang mana dia tengah mengurus daerah lain, daerah sekitar tasikmalaya bernama "Sukaraja" ini memiliki cukup banyaka populasi sehingga disana harus dijaga lebih ketat, selain itu, sangat sedikit AI yang ada di sini sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu besar. "Bagaimana? apakah ada perkembangan?"
Akira adalah seorang wanita terpelajar sehingga ia sudah benar-benar mampu menguasai bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia. "Ada pesan dari Akiyama Tanaka, saat ini dia dan asistennya sedang berada di daerah Kawalu, dia akan segera sampai ke lokasi kita." Jelas pria dengan jas hitam itu, Akira mengangguk mengerti dan berjalan mendekati Katana petirnya yang ia simpan di atas meja. "Ketatkan penjagaan, aku memiliki firasat buruk." Ujar Akira."Baik, Nona Akira."
'Akiyama, semoga kau berhasil melewatinya.' Batin Akira, ia melihat titik besar di radar yang ia miliki, itu adalah Android raksasa, android yang dijadikan senjata perang pun sampai kehilangan kendali, apa yang terjadi sebenarnya, siapa dalang dibalik ini.
Mungkin pertanyaan itu sudah tidak berarti lagi sekarang, karena mereka tau siapa dalang dibalik semua ini, benar sekali, ini adalah ulah dari A.A Organization, sepertinya saat ini mereka sedang menantang pasukan Perlindungan AI regu ke 52 yaitu regu Akira untuk bertempur.
Beralih pada Akiyama dan Haru yang saat ini tengah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Sesekali mereka menghindari serangan dari AI yang terkendali dengan Haru yang bertugas untuk menyerang balik jika ada serangan terjadi. Namun sayang, perjalanan mereka harus benar-benar terhambat karena dihadapan mereka sekarang terdapat mesin perang yang lepas kendali, sepertinya ini adalah mesin yang dikhawatirkan oleh Akira tadi. "Sialan, kenapa harus disaat seperti ini..?" Kesal Akiyama, tatapannya terus berfokus pada benda raksasa yang tengah berjalan kearahnya dengan senjata api kini menyala di tangannya.
"Haru, bersiaplah." Akiyama mengubah bentuk senjatanya menjadi sebuah Senapan. "Master, titik lemahnya berada pada lampu merah itu, kita harus menghancurkannya dengan begitu sistemnya akan terhenti." Lampu merah itu berfungsi sebagai sensor untuk melihat, itu adalah mata, mata langsung terhubung pada inti dari Android sehingga dengan begitu dengan menghancurkannya adalah salah satu cara paling efisien. "Serang sekarang!"
Akiyama berlari untuk menjaga jaerak dari mesin itu sementara Haru langsung melompat dengan menggunakan laso nya. Sealagi berayun diantara gedung, Haru menembaki Mesin itu dengan tujuan untuk mengalihkan perhatiannya sehingga dengan begini Akiyama bisa berfokus untuk membidiknya. Tak lupa mereka mengaktifkan alat komunikasi yang menempel di telinga mereka supaya mereka bisa berbagi informasi tanpa harus berteriak. "Haru, persiapanku sudah selesai, pancing mesin itu supaya kepalanya mengarah pada ku, arah jam 3."
"Baik, master."
DAR
DAR
DAR
Dia menembak dengan 3 peluru. Membuat mesin itu mencoba menyerang balik dengan misil yang sudah memperlihatkan dirinya di punggung sang mesin, namun itu adalah bagian dari rencana Haru karena menembakan misil membutuhkan waktu yang cukup lama. "Master, sekarang!"
DAR!!
TRANG!
Kaca dari lampu berwarna merah itu pecah dan menyisakan mesin yang mengalami kerusakan parah, dengan aliran listrik keluar dari tubuhnya sebelum akhirnya mesin itu terjatuh dan tak bergerak lagi. Mereka berdua kini menghela nafas karena mengetahui kalau AI itu kini sudah tak bergerak lagi, seraya berlari, Akiyama memanggil Haru yang mematung. Awalnya ia mengira kalau gadis adroidnya itu juga sudah dikendalikan, namun untungnya ketika ia memanggil nam Haru, dia menoleh dan mengatakan kalau dia haus dan ingin minum.
"Masuklah dulu, kita harus bergegas, minumnya didalam mobil nanti." Ujar Akiyama sambil menarik lembut pergelangan tangan Haru. "Master.." Panggilnya.
"Hm?"
"Apakah master menyayangi Haru? saat Haru melamun, master tiba-tiba memanggil Haru dengan nada cemas, apakah itu berarti Master menyayangi serta mengkhawatirkan Haru?"
"Menurutmu?"
"Menurut Haru, master mencintai Haru, meski Haru bukanlah manusia melainkan Gadis android yang memiliki jiwa palsu, master tetap menyayangi Haru, bisa dibuktikan dari sikap master selama ini, master selalu memberikan senyuman yang mana senyuman itu sangat jarang diberikan pada orang lain, master selalu dan selalu memanjakan Haru sejak Haru pertama kali diaktifkan, mster tak pernah melakukan hal seperti itu pada orang lain, jadi.... menuruth Haru, master sangat menyayangi Haru."
Mendengar jawaban dari Haru, Akiyama benar benar merasa senang, Haru sudah mulai mengerti apa itu kasih sayang.
Bersambung