Kerajaan langit sedang tak begitu baik ketika Dewi Mustika Emas itu melahirkan putrinya. Berbagai cahaya tujuh warna dalam balutan langit keemasan mulai menampakan sinar redup pada saat sekelompok penunggang gajah terbang menyerang habis pasukan tentara langit. Guntur saling bersahutan meledak kian menghancurkan tentara langit dalam dentuman seluruh lahar dimuntahkan gunung-gunung di bumi pun turut hancur.
"Paduka! Paduka! Celaka! Kita harus mengungsikan istri Paduka ke tempat yang aman. Nyaris seluruh pasukan tentara langit tewas dibantai pasukan bergajah." Seorang punggawa terengah-engah tak sanggup melihat mayat berserakan dimana-mana.
"Habis sudah."
Sang kaisar menepuk jidat hingga mahkota itu terlempar menimbulkan bunyi gemericik hancurnya berlian penghias mahkota.
Sedangkan istrinya masih terus berjuang ditemani para dayang seiring ledakan-ledakan Guntur penyerang tak kunjung putus asa melindungi kaisarnya. Nahas, jenderal perang Dewa Guntur seorang panglima perang istana langit yang pernah disingkirkan Kaisar Langit karena tuduhan palsu pemberontakan itu kini justru membawa pasukan lebih besar dan berniat merebut tahta singgasana untuk dapat ia tempati secara membabi buta.
LULUH LANTAK! PORAK PORANDA!
"Permaisuri, permaisuri!"
Para dayang itu berusaha membangunkan tuan mereka yang sudah tergolek lemas tak berdaya. Ini adalah kelahiran ke dua bagi Dewi Aurora setelah penghancuran tubuh atas sakit hati karena cintanya bersama Jendral Guntur itu ditentang.
Bayi mungil yang baru saja lahir sesaat sebelum ibunya meninggal itu dengan ajaib tumbuh dewasa dalam waktu sekejap mata. Lentik bulu matanya yang indah mengerjap seketika, tersenyum manis ke arah Jendral Dewa Guntur menarik perhatian hingga ia mengangkat tangan tanda menahan serangan agar busur panah itu tak melukai sang putri.
"Dia lahir kembali ...." ujar Jendral Guntur terharu.
Beberapa anak Guntur yang semula berhasil digenggam Jendral Dewa Guntur seketika terlepas pula. Beberapa pasukan bergajah itu tertahan. Namun, sebagian dari mereka tentu ada yang tak dapat menahan hafsu penghancurannya.
Pada saat anak Guntur berdiri dan hendak menyerang Dewa Guntur tanpa komando, tiba-tiba salah salah satu pemimpin regu tim pemanah itu memberi isyarat untuk melepaskan panahnya. Sang Dewi yang masih tidak mengerti itu hanya menatap pada saat salah satu panahnya mengenai tubuh Kaisar Langit yang mencoba melindungi dirinya dari serbuan anak panah.
"Aaakkkhhh ...!" pekik Kaisar Langit.
Tubuh telanjang tanpa helayan kain itu terlindung dari tajamnya busur panah, tapi darah itu mengenai tepat di wajahnya.
Sang Dewi baru terperanjat, ingatan dewasa tiba-tiba masuk ke dalam kepalanya.
"Ayahanda?" ujar gadis itu, matanya seketika basah dengan sendirinya.
"Aurora, jangan biarkan tubuhmu kembali hancur. Pergilah, sebelum Guntur kembali membawamu pergi."
"Guntur?"
Mata jelinya mengintip di balik ketiak pelukan sang Ayah, Aurora melihat raut penuh penyesalan itu. Ya, keduanya jatuh cinta. Namun, mereka mendapat pertentangan dari Kaisar Langit sehingga Dewi Aurora menghancurkan diri pada saat Jenderal Guntur yang dianggap melakukan pemberontakan itu diusir serta diasingkan dari Istana Langit. Hal itu pula yang menyebabkan Guntur melakukan persiapan hingga penyerangan berhasil pada hari ini.
Dewi Mustika berubah menjadi teratai emas, Kaisar Langit meninggal hingga berubah wujud menjadi cahaya keemasan berkeliaran di atas teratai itu.
Dewi Aurora marah, ia tak lagi menginginkan cinta atas Dewa Guntur yang masih menyimpan rasa itu padanya.
Seketika ia bangkit, meraih selendang melekat di tubuh seorang dayang memanjang menjadi penutup tubuh dengan lekukan indah itu. tak ada lagi cinta yang terpancar dari wajahnya, ia murka!
"Aku bersumpah! Suatu saat nanti kau akan mati di tanganku!"
Tubuhnya melompat ke atas lorong pemisah antara bumi dan langit. Hal itu menyisakan penyesalan yang teramat dalam bagi Dewa Guntur.
"Jendral!" seru salah satu punggawa pasukan bergajah ketika melihat jenderal mereka hendak turut meloncat ke lorong itu.
Guntur mengangkat tangannya.
"Jendral, jika anda menyusulnya, anda akan terbunuh di dunia oleh tangan seorang Dewi dan tidak bisa kembali menjadi Dewa."
Sesaat mata yang kemerahan itu menoleh, "aku tak perduli." Dingin aura mencekam, Guntur turut terjun mengikuti kekasihnya untuk menebus semua kesalahannya.
***
Next ....