Chereads / ROMAN STORY / Chapter 17 - 17

Chapter 17 - 17

Lin Yue tertawa getir dengan menahan air mata yang hampir tumpah. Saat ia hendak berbalik untuk menutup pintu. Ia melihat sesosok pria dengan rambut berantahkan mendekatinya. Lin Yue tercengang. Karena orang itu adalah Han.

Han masih mengenakan pakaian lusuhnya yang kemarin, sambil memegang plastik putih di sebelah tangannya. Poni yang panjang menutupi semua wajah depannya. Membuat orang lain sulit untuk melihat wajahnya, tepatnya sungguh horror dan menyeramkan.

Tapi Lin yue tau, di balik poni itu, ada sebuah wajah yang dapat dengan muda mengambil hati para wanita.

"Aku kembali," terdengar suara yang dingin dan acuh tak acuh.

Tenggorakkan Lin Yue terasa hangat. Kedua matanya juga terasa memanas.

"Aku pikir, kau tidak akan kembali!" ucap Lin Yue jujur, menampakkan wajah polosnya.

Shin Han menatap Lin Yue dengan tatapan menyelidik dan rumit.

"Aku baru saja keluar untuk membeli sesuatu," ucap Shin Han dengan suara dingin.

Dengan cepat, Lin Yue menariknya masuk ke dalam apertemen dan menutup pintunya. Kemudian ia melihat dua bakpao daging berada di dalam plastik putih yang di pegang oleh Shin Han.

Lin Yue tersenyum lembut dan sekarang ia merasa seluruh tubuhnya jauh lebih tenang dari tadi.

"Aku akan memanaskannya lagi, kamu duduk dulu!" ucap Lin Yue yang mendorong Shin Han duduk dan membuatkan segelas teh hangat untuk Shin Han.

Pandangan mata Shin Han ke arah gelas kumuh yang terisi air hangat.

"Oh ya, aku beli berapa ikat rambut untukmu! Alangkah baiknya, kamu ikat rambutmu, biar tidak berantahkan."

Shin Han melihat ke arah Lin Yue yang mengeluarkan berapa pita ikat rambut karet wanita.

"Menurutmu, rambut ini bagus di pendekkan atau bagaimana?" tetiba Shin Han bertanya dengan pertanyaan yang menurut Lin Yue merasa sayang.

Sayang karena rambut sehalus dan seindah ini harus di potong. Tapi mengingat keandaan ekonomi mereka, memang harus di potong. Karena mahalnya biaya perawatan rambut.

"Di potong pendek, lebih cocok untukmu!" balas Lin Yue dengan senyuman manisnya. Ia kembali memasak berapa sayuran asin untuk di campur dengan berapa daging discon. Yang ia beli barusan, saat pulang kerja.

Sedangkan Shin Han, berpikir lagi. apakah ia harus memendekkan rambutnya atau tidak. setelah enam tahun dalam kondisi panjang.

"Jika kamu tidak mau memotongnya juga tidak apa, aku rasa rambut seindah itu bisa jadi duta sampoa di masa depan."

Perkataan Lin Yue, membuat Shin Han merasa hangat di dalam dadanya.

"Makan sudah jadi, bakponya juga sudah ku panaskan!" ucap Lin Yue yang menghidangkan makanan di meja yang kecil.

Tatapan mata Shin Han ke arah makanan yang mirip dengan masakkan yang sering di masak oleh ibunya saat mereka kemiskinan, karena ayahnya selalu judi dan main pelacur sana sini.

"Oh ya, berapa usia mu?" tanya Lin Yue tetiba dengan menghidangkan semangkok nasi di depan Shin Han.

"Dua puluh empat," jawab Shin Han.

"Wah, ternyata masih muda. Aku sudah 28 tahun. Kita selisih empat tahun, kau bisa memanggil aku sebagai kakak atau memperlakukan aku sebagai kakak perempuanmu mulai sekarang dan aku akan memperlalukanmu seperti adik laki-lakiku. Karena kita sama-sama tidak mempunyai keluarga, mau kan?" tanya Lin Yue yang sedikit berharap.

"Kakak perempuan?" tanya Shin Han dengan senyuman sekilas yang mengejek. Yang menurut Shin Han. Wanita di depannya tanpa malu-malu bersikeras mengatakan ingin menjadi kakak perempuanya.

Jika Lin Yue tau siapa jati dirinya, apakah masih berani mengatakan hal seperti itu. tapi karna ketidak tahuannya. Maka semua ini sungguh terlihat menarik bagi Shin Han. Ia ingin melihat, bagaimana reaksi Lin Yue. Saat tau, pria satu malam saat di Eropa. Kini menjadi pria dewasa dan di hadapannya saat ini.

"Apa kamu malu dan tidak mau?" tanya Lin Yue dengan mata berubah menjadi berkaca-kaca.

"Mmmm. Aku tidak mempunyai rumah dan pekerjaan yang tetap. Bahkan aku tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupku sendiri. Kenapa kau ingin menjadi kakak perempuanku?" tanya Shin Han dengan nada penasarannya.

"Karena…" balas Lin Yue yang menelan bakpao daging dengan gugup.

Shin Han, masih diam dan menyelidiki di balik matanya yang berbeda warna.

"Lupakan saja, anggap saja aku bercanda!" ucap Lin Yue dengan senyuman kaku yang entah mengapa menusuk ulu hati Shin Han.

Setelah enam tahun berlalu, Shin Han tidak menyangka. Ia akan bertemu dengan Lin Yue kembali saat ia sudah putus asa mencari. Dan sekarang, keandaan Lin Yue berbeda seputaran bumi. Bukan dosennya yang bersemangat dan energik. Melainkan wanita dengan status pidana.

Melihat Lin Yue yang makan dengan kepala menunduk ke bawah. Hati Shin Han semakin nyeri, ia tidak ingin jadi adik untuk Lin Yue. Ia ingin lebih dari sebuah hubungan kakak adik. Tapi saat ini, mungkin ia harus mengalah dan bersabar. Hingga waktu itu tiba, maka ia bisa mendapatkan hubungan lebih dari sekedar adik kakak.

"Kak, Aku minta maaf! Aku tidak maksud menyakitimu. Jika kakak tidak keberatan dengan keandaan diriku. Aku bisa menjadi adikmu dan kamu jadi kakak perumpuanku," jelas Shin Han yang berharap nyeri di dadanya bisa hilang.

Lin Yue mendongakkan kepalanya menatapi Shin Han yang berwajah serius.

"Aku terima kamu apa adanya dalam suka maupun duka!" ucap Lin Yue dengan air mata mengenang di kedua bola matanya. Ia tidak tau, kenapa hari ini. Dirinya sungguh cenggeng. Apa karena pertemuan dadakan dengan ibu kandungnya yang di luar predeksi.

Kata terima kamu apa adanya dalam suka maupun duka, semakin menambah harapan Shin Han. Karena kata-kata itu adalah kata dalam upacara pernikahan sah.

"Aku tidak menyangka! Kakakku ini sangat cengeng," ledek Shin Han terkekeh.

"Jangan tertawa melulu! Ayo habiskan makananya, keburu dingin lo!" ucap Lin Yue yang super malu. Hingga ingin mengalih kubur untuk bersembunyi.

Perasaan Shin Han merasa lega, ia langsung memakan makanan di atas meja. Rasanya benar-benar enak dan berapa kenangan mengusik ingatannya. Tapi ia mencoba untuk setenang mungkin.

Setelah makan, Shin Han mengambil pisau dan memendekkan rambutnya. Ia merasa, harus memulai dari awal pertemuan kali ini. Karena sumpahnya sudah terpenuhi.

Shin Han terus memotong rambutnya hingga terputus dari ikatan rambut.

"Apa yang kamu lakukan?" pekik Lin Yue kaget, melihat Shin Han memotong rambut dengan pisau. Saat ia keluar dari kamar mandi.

"Buat di jual di pasar! tadi aku lihat ada yang jual rambut hitam indah di salah satu toko yang untuk membuat bulu mata palsu," jelas Shin Han yang sudah selesai merapikan rambutnya yang akan di jual.