Chereads / ROMAN STORY / Chapter 22 - 23

Chapter 22 - 23

Sekian lama, akhirnya dokter mulai bersuara.

"Tuan Shin, wajah nona ini akan sembuh berapa hari kedepan. Saya sudah memberikan antibiotik dan untuk berapa memar memerlukan waktu hilang yang sedikit lama. Sekitar 3 atau 4 hari, selain itu nona juga kekurangan nutrisi. Saya harap di rawat sehari dulu di rumah sakit untuk melihat keandaan kedepan," jelas dokter dengan penjelasan panjang dan hati-hati tanpa menyinggung perasaan penguasa kota Shin.

Shin Han memutar matanya sesat, kemudian setuju dengan ide dokter tersebut dengan cacatan. Semua harus tutup mulut, jika sampai bocor. Resiko tanggung sendiri.

Lagi-lagi Lee Sung harus keluar untuk mencari tau pekerjaan detail Lin Yue atas permintaan Shin Han. Wajah pemilik restoran sampai bercucuran keringat. Saat melihat kedatangan Lee Sung yang merupakan asisten kepercayaan Shin Han yang tiada angin tiada awan yang kini berdiri di hadapannya.

"Ada yang bisa saya bantu?" ucap pemilik restoran yang mempersilahkan Lee Sung duduk.

Tidak ingin membuang waktu, Lee Sung menunjukkan sebuah foto dengan mengatakan apa yang di inginkan oleh Empires Shin.

"Baik, saya mengerti dan akan mencari alasan untuk memberikan libur untuknya!" ucap pemilik restoran yang hampir kehabisan nafasnya.

"Rahasiakan semuanya, kau taukan tuan itu orangnya bagaimana!" tekan Lee Sung dengan kata-kata tegasnya yang hampir membuat pemilik restoran mati kena serangan jantung hari ini. Karena ia tidak menyangkah, seorang pencuci piring rendahan seperti Lin Tue, di lirik oleh penguasa kota Shin.

Selesai dengan bagian restoran, Lee Sung masuk ke dalam mobilnya untuk menghubungi pemimpin tertinggi dinas kebersihan. Kali ini ide gila dari Shin Han yang mencoba untuk menyapu di jalan. Yang hampir membuat Lee Sung mati sedetik karena perkataan Shin Han yang ingin mengantikan Lin Yue menyapu jalanan besok.

Pemimpin tertinggi dinas kebersihan menelan saliva dengan gugup dan sulit percaya. Ia langsung memberitau bawahannya, jika besok ada yang datang untuk mengantikan Lin Yue menyapu jalanan. Maka langsung terima saja dan jangan banyak tanya.

Para bawahan merasakan keanehan pada atasan mereka. Tapi mereka tidak berani bertanya, mengingat karir mereka bisa terancam. Jika mengalih semakin jauh dan jauh. Soal kehidupan atasanya yang penuh teka-teki.

***

Di rumah sakit, Shin Han mengenggam jemari Lin Yue. Ia menatapi wajah Lin Yue yang memar sana sini. Bahkan sudut bibirnya pecah dan kering.

Lee Sung yang berjalan masuk ke dalam ruangan. Hampir mati membeku, ketika merasakan aura dingin menusuk yang di keluarkan dari tubuh Shin Han.

"Bagaimana?" tanya Shin Han dengan nada suara sedingin kutup utara.

Tubuh Lee Sung hampir sudah membeku terselimuti salju super tebal. Mulai mengerakkan bibirnya.

"Semua beres, seperti keinginan anda!" balas Lee Sung jujur dengan memperlihatkan tablet yang berisi percakapan dirinya dengan pemilik restoran dan bagian tertinggi dinas kebersihan.

"Bagus, kau boleh pergi dari sini!" ucap Shin Han yang mengusir, ia tidak mau bersamaan dirinya dan Lin Yue terganggu.

Lee Sung langsung bergergas keluar ruangan, sebelum dirinya menjadi perlampiasan Shin Han yang kini emosi tinggi.

Keesokkan pagi, Lin Yue terbangun dengan sekujur wajah yang sakit dan di tambah dengan tubuh yang terasa akan demam. Kedua mata almondnya melihat sekitar ruangan yang merupakan ruangan rumah sakit.

Jantungnya berdetak dengan kencang dan saat Lin Yue akan mengerakkan jemarinya. Ia merasa jemarinya di genggam dengan kuat oleh sesuatu yang hangat.

Kepala Lin Yue menoleh ke arah samping. Ia melihat Shin Han tertidur di dengan setengah tubuh di atas ranjang. Wajahnya yang tampan tertutup poninya yang panjang.

"Bagaimana aku bisa di sini," batin Lin Yue. Yang mengingat peristiwa sebelumnya di klub itu terulang kembali di ingatammya dan ekspresinya berangsur-angsur menjadi suram.

Dengan tenaga lemah, Lin Yue mengusap kepala Shin Han dengan sebelah tangan. Ia menyesal dirinya masuk ke rumah sakit dan pasti akan menghabiskan banyak biaya. Karena gajinya saat ini, belum tentu bisa membayar biaya rumah sakit di tambah dengan gaji Shin Han. Pasti juga tidak akan mencukupin.

Gerakkan Lin Yue membangunkan Shin Han.

"Kak," ucap Shin Han yang bergegas untuk bangun dari tidurnya.

"Maaf," balas Lin Yue lirih.

Seakan tau apa yang di maksud Lin Yue, Shin Han bergegas mencari alasan untuk menutupi apa yang akan di tanyakan oleh Lin Yue.

"Aku kemarin dapat kartu berobat gratis dari rumah sakit ini! karena rumah sakit ini mengadakan undian untuk berapa orang dan aku salah satu yang beruntung," jelas Shin Han dengan senyuman palsunya.

"Benarkah?" tanya Lin Yue yang curiga.

"Benar dan ini buktinya," Shin Han bergegas mengeluarkan satu kertas undian palsu yang di buat pihak rumah sakit atas permintaanya semalam.

Mata Lin Yue melihat ke arah kertas yang ada stampel dan tanda tangan pihak rumah sakit. Ia bernafas lega, soal biaya pengobatan.

"Maaf, lain kali aku akan menganti biaya ini!" ucap Lin Yue Lirih.

"Kak, kau bicara apa? Ini kan gratis, jadi tidak masalah dan apa kakak mau cuci muka?" tanya Shin Han dengan sikap perhatianya yang pertama kali ia tunjukkan ke wanita lain selain ibunya.

"Ya, aku bisa melakukannya sendiri!" ucap Lin Yue berusaha bangun dari tidurnya.

"Kak."

"Aku bisa melakukanya sendiri," ucap Lin Yue dengan menyingkirkan poni panjang yang menutupi wajah Shin Han dan menyentuh ujung mata Shin dengan jarinya.

"Warna matamu sangat indah, aku sangat suka..." gumam Lin Yue.

"Suka?" kata itu tidak asing baginya. Lagipula banyak wanita yang mengatakan mereka menyukai matanya dengan tatapan menyindir.

Seketika ingatan masalalu Shin Han kembali, ia teringat dengan ibunya yang selalu menangis menatapi warna matanya yang coklat keemasan itu. karena warna mata itu merupakan mata dari pria yang sangat ia benci. Siapa lagi, jika bukan ayah kandungnya yang pergi dengan wanita lain dan membuang mereka berdua seperti sampah. Padahal ibunya telah melepaskan semua kekayaan demi bersama pria itu. tapi apa yang di dapatkan. Tidak sepandan dengan pengorban ibunya.

"Hmmm karena aku suka dengan warna matamu yang berbeda, seperti hidup di bolak balikkan..." Lin Yue bersendawa tidak jelas.

"Hidup di bolak balikkan?!" cibir Shin Han.

Lin Yue yang masih merasakan efek obat. Kembali mendekati Shin Han dan menyandarkan kepalanya di dada Shin Han yang bidang.

"Kak?"

"Aku sangat lelah," ujar Lin Yue yang menutup kedua mata almondnya.

Shin Han langsung mengendongnya kembali ke atas ranjang pasien untuk membaringkan Lin Yue.

Dokter yang masuk mendadak, mendapatkan tatapan tajam dari Shin Han.

"Maaf...sa..sa-ya," ucap dokter itu terpatah-patah. Karena takut dengan tatapan membunuhnya Shin Han.

Shin Han menurunkan tatapan matanya, ia mempersilahkan dokter untuk memeriksa Lin Yue.

Setelah melakukan pemeriksaan, dokter meminta Shin Han untuk keluar. Karena ada yang mau di bicarakan berdua dengan Shin Han.

Shin Han dengan engan meninggalkan Lin Yue, tapi demi kebaikkan Lin Yue. Ia pun segera menyusul dokter itu ke dalam ruangan prakteknya.

"Tuan Shin, silahkan duduk!" ucap dokter dengan ramah untuk mempersilhkan Shin Han duduk di kursi.

Tatapan mata Shin Han membuat dokter itu masih ketakutan. Walaupun Shin Han hanya duduk diam tanpa berbicara.

"Bergini Tuan Shin, keandaan pasien harus di perhatikan soal pola makan. Karena selain cedera di wajah. Pasien mengalami kekurangan asupan gizi dan saya sarankan untuk melakukan pemeriksaan untuk bagian dalam juga. Ketika saya melihat berapa bekas lama di jemarinya," jelas dokter itu dengan teliti karena ia merasa ada yang aneh dengan pasien kali ini dan bukan demi mendapatkan penghargaan dari Shin Han yang merupakan penguasa kota.