Chereads / ROMAN STORY / Chapter 14 - 14

Chapter 14 - 14

Dengan bulu mata yang lentik hitam panjang dan bergetar, Shin Han melihat sweter pria di tangannya.

"Pakailah, aku tidak ingin kamu kedinginan. Pakaian basahmu, di lepaskan dulu. Walau sweter itu kelihatan ketinggalan zaman. Tapi masih layak di pakai. Harganya juga murah," ucap Lin Yue. Sebelum ia mengambil teko berisi air panas ke dalam kamar mandi.

Merasa ini sungguh menarik, Shin Han melepaskan baju atasannya. Mengantikan dengan sweter pria yang sungguh ketinggalan zaman. Perasaan hangat dapat ia rasakan seketika. Saat ia memakai sweter tersebut. Senyuman tipis menghiasi wajahnya yang tampan dengan model rambut yang lebih rapi dari sebelumnya.

Selesai mandi, Lin Yue keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian yang seandainya. Ia melihat pria itu masih duduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya. Tepatnya duduk di sudut ruangan.

Lin Yue mengira pria itu kedinginan, ia langsung memanaskan teko dan menyiapkan teh hangat.

"Minum lah, ini akan sedikit menghangatkanmu!" tawar Lin Yue yang menyerahkan secangkir minuman hangat untuk pria di depannya.

Shin Han mendongakkan kepalanya, ia menatapi wanita di depannya dengan tatapan dinginnya.

"Aku tidak kasih racun di minuman ini atau obat apapun," ucap Lin Yue yang langsung meminumkan teh bagian Shin Han. Kemudian mengunakan gelas baru untuk menuangkan teh hangat tersebut.

Setelah memastikan semuanya tidak apa-apa. Shin Han menerimanya. Tapi masih belum ia minum. ia ingin melihat wajah wanita yang meninggalkan dirinya enam tahun lalu. Kemudian ia menundukkan kepalanya dan memutar-mutar cincin wanita di jemarinya.

"Kalau boleh tau, namamu siapa?" tanya Lin Yue melihat pria itu memainkan cincin di jemari kelingking berapa kali.

Pria itu masih diam, seakan tidak mengublis apa yang di tanyakan oleh wanita di depannya.

"Namaku Lin Yue," Lin Yue mulai memperkenalkan dirinya sendiri. Melihat pria itu masih diam menundukkan kepala dalam waktu yang lama

" Oh ya, apakah kamu lapar?" tanya Lin Yue yang merasa dirinya sudah lapar. Tapi ia tidak mungkin makan sendirian.

Pria itu masih diam tidak mengublis perkataan Lin Yue.

Saat Lin Yue akan berdiri dari hadapannya. Bulu mata Shin Han bergerak, bibirnya yang awalnya kaku. Kini berbisik mengeluarkan kata tiga hurup.

"Han."

Langkah Lin Yue terhenti.

"Han," Lin Yue mengulangi nama pria itu dan berpikir mungkin itu nama pangilannya.

"Bagaimana dengan keluargamu! Dan di mana kamu tinggal, aku akan mengantarkanmu pulang pada keesokkan hari?" tanya Lin Yue yang sedikit berharap. Alamat rumah pria muda ini tidak jauh-jauh, karena Lin Yue tidak tau wilayah di sekitar sini.

Sekian lama, akhirnya Shin Han bersuara.

"Aku tidak punya keluarga," jawabnya dingin.

Tiba-tiba langkah Lin Yue berhenti untuk memasukkan air ke dalam panci.

"Maaf, aku tidak bermaksud-" Lin Yue mengantungkan kalimatnya.

Shin Han masih diam menundukkan kepalanya. Ia memainkan cincin itu berapa kali dengan memutar-mutar ke kanan dan ke kiri.

Melihat tidak ada reaksi dari Han, Lin Yue kembali menuangkan air ke dalam panci dan ia tidak berani bertanya jauh lagi soal privasi pria itu. karena sama saja mengorek luka lama. Ada banyak hal yang tidak ingin orang lain ingat tentang apa yang terjadi saat ini. termasuk dirinya yang berusaha melupakan apa yang pernah terjadi selama tiga tahun ini di dalam penjara dan kejadian tiga tahun terdahulu, saat ia kehilangan keperawanannya di Eropa.

"Ini, makanlah! Tapi jangan makan terlalu cepat. Makanan ini masih panas," ucap Lin Yue yang meletakkan satu mangkok mie di depan Shin Han.

Shin Han menatapi mie di depannya, ia kemudian meraih sumpit dan mengambil mangkok berisi mie. Lalu menundukkan kepalanya. Untuk memakan mienya dengan tenang tanpa bersuara sedikitpun.

Rasa hangat dan gurih mie masuk ke dalam mulutnya, Shin Han memakannya dengan lahap. Biasanya makanan jelata ini, tidak akan ia sentuh karena tidak enak sama sekali. Tetapi hari ini ada pengecualin. Ia memakannya dengan hati berbunga-bunga.

Lin Yue menatap Shin Han dalam diam. ia ingin bertanya banyak, tapi tidak bisa di lakukan saat ini. apalagi melihat sosok Shin Han yang menyedihkan dan seperti takut dengan sesuatu. Hingga menyendiri di sudut ruangan apertemen.

"Apakah keluarganya memperlakukannya dengan tidak baik, seperti yang mereka lakukan padanya. Saat ia menerkam di penjara," batin Lin Yue yang masih berpikir-pikir.

Tak ingin banyak berpikir, Lin Yue segera menghabiskan mienya. Kemudian membersihkan kedua mangkok, cawan dan ke dua pasang sumpit.

Tibalah, saat keduanya akan tidur.

"Aku biasa tidur dengan lampu menyala," ucap Shin Han tetiba.

"Baiklah, tidak apa! Aku juga biasa tidur dengan lampu menyala," balas Lin Yue dengan senyuman tipisnya. Sedangkan Shin Han hanya menghela nafas panjang.

Kemudian, Lin Yue berbaring di atas tempat tidur setelah mengobati dahinya yang terluka, sementara Shin Han masih duduk di tempat di atas tikar yang sudah di bentangkan di lantai oleh Lin Yue.

Mata Shin Han menatapi punggung kecil dan kurus di hadapannya yang tidur menghadap ke arah tembok. Lelah menatapi Lin Yue yang sudah tertidur tanpa suara. Shin Han memutuskan untuk segera tidur dan berusaha memejamkan kedua matanya. Ia tidak tau, kapan hal itu di mulai. Tetapi pada suatu ketika ia merasa sangat takut untuk tidur sejak kejadian itu.

Karena begitu Shin Han tertidur, ia akan selalu bermimpi buruk. Mimpi di masa kecilnya, di mana ia melihat ibunya mengejar ayahnya yang berselingkuh dengan wanita lain dan berakhir dengan kecelakaan tragis.

Saat itu ia selamat, karena terlempar keluar oleh ibunya di saat terakhir kereta api melintas. Satu-satunya bagian tubuh ibunya yang selamat. Hanya kepala dan berapa ruas jari yang berceceran di sepanjang jalan.

Sering kali, Shin Han berpikir akan mati di jalanan yang dingin dengan memeluk kepala ibunya. Sampai hari itu, seorang pria tua mengajaknya untuk pulang bersama-sama ke rumah mewah.

Sejak tinggal bersama dengan pria tua yang di panggil dengan sebutan kakek Shin. Shin Han tidak pernah merasakan kasih sayang dari kakek tersebut dan berapa kali ia selalu takut untuk tidur. Hingga ia memilih kuliah di Inggris dan salah satu dosen wanita yang selalu membelanya saat itu. memberikan dampak yang luar biasa. Hari di mana ia bisa tidur tanpa mimpi buruk dan hari di mana dosen wanita itu pergi dengan santainya. Tanpa memikirkan perasaanya yang terluka dan terhina sebagai seorang pria yang melakukan malam pertama pertama kali.

***cara top up koin novel Soulmates, silahkan hubungi admin di wa 085252055133 dengan ketik top up koin Soulmates.