"Terima kasih atas dana dan bantuannya, bu. Aku akan menggunakannya dgn bijaksana." Ucap Glacia membungkuk.
Seorang wanita berumur 40-an dengan pakaian mewah itu tersenyum simpul. "Sama-sama. Kau masih terlalu muda utk mengatur kerajaan sendiri, semoga Yg mulia Daniel cepat sembuh dan Nocturnus kembali normal."
Glacia membungkukkan badan sekali lagi dan mengangguk. Permaisuri berperawakan lembut itu pamit dan naik ke atas kereta kudanya.
"Walaupun ada beberapa masalah, tapi harus ku akui Nocturnus punya banyak keunggulan. Senang bisa berinvestasi denganmu, putri." Giliran pangeran dari Timur yg berpamitan dgn Glacia. Ia memberikan kecupan singkat ditangannya dan segera naik ke atas kudanya.
"Semoga perjalananmu lancar!" Lambai Glacia saat semua kereta kuda dari semua tamu kerajaan mulai tak terlihat lagi.
Gadis itu menghela nafas dan menatap bendera kerajaan yg dipimpin oleh raja Cloude, bendera itu ditancapkan dikereta kuda istana mereka yg masih ada di aula Nocturnus. Ya, mereka belum pulang.
"Merepotkan." Umpat gadis itu dan mengangkat gaunnya, masuk ke istana di iringi dgn para pelayan yg membawa semua hadiah perpisahan dari tamu.
Tepat di depan pintu masuk utama, berdiri pangeran Loius yg sudah dari tadi menunggu calon istrinya. Glacia memutar bola matanya malas dan hendak mengabaikannya.
"Hey, mau kemana?" Tegur Loius. "Kau benar-benar dingin, putri Glacia. Jauh berbeda dengan saat kita pertama kali bertemu."
Glacia memerintahkan para pelayannya utk meninggalkan mereka berdua saja. Glacia menghela nafas dan menatap pangeran tsb.
"Katakan, apa maumu?" Ucapnya acuh tak acuh.
"Kenapa bertanya begitu? Aku hanya ingin berbincang-bincang dgn putri cantik di taman istana. Apa kau tidak keberatan?" Pangeran Loius tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Glacia menatap jenuh tangan itu. "Aku tidak punya waktu utk minum teh dan mengobrol. Setelah kepulangan para tamu, masih banyak yg harus ku urus." Jawabnya.
"Kenapa tidak beristirahat sebentar, biarkan para pelayanmu yg mengerjakannya."
"Orang-orangku tidak banyak, pangeran. Ada beberapa hal yg harus kuatur dan dikerjakan sendiri." Tolak Glacia.
Pangeran Loius enggan menyerah dan berdiri di depan gadis itu saat ia hendak pergi. "Apa kau menganggapku sebagai calon suamimu, Glacia? Kita tidak pernah punya waktu utk berdua..."
Gadis itu tersentak saat pria itu menyebut namanya tanpa kata putri di depannya.
"Baiklah, Loius. Tapi sampai kondisi dan ekonomi Nocturnus benar-benar kembali, waktuku hanya akan kuhabiskan utk kerajaanku." Ketus Glacia. Ia mendengus dan pergi menuju taman istana.
Pangeran Loius hanya terkekeh. "Hey, tunggu aku putri Glacia!" Tegurnya dan segera menyusul gadis itu.
***
Langkah kaki Riven terhenti saat ia melihat pangeran Loius dan putri Glacia sedang menikmati waktu mereka. Ia sempat ragu utk menghampirinya tapi tuntutan tugas harus ia kerjakan.
Dengan ragu-ragu ia melangkah maju ke bangunan indah yg berada di tengah taman mawar.
Saat Riven berdehem, mereka berdua tersentak dan mengarah ke sumber suara. "Maaf menggaggu waktu kalian.."
Loius hanya berdecih. "Tentu saja, kau sangat mengganggu." Ketusnya.
Glacia tampak malu-malu dengan kepala yg sesekali ia tundukan saat Riven menatapnya. "A-ada apa..?"
Melihat reaksi Glacia juga membuat pria itu kaku. "A-ada surat penting untukmu. Selain itu, kepala pelayan menyuruhmu bersiap-siap utk pergi mengecek ladang kerajaan."
Tampak ragu-ragu, Glacia meraih surat itu dan mengangguk. "Ah, ya Liliana. Baiklah, aku.. a-aku akan segera kesana."
"Tidak sekarang. Karna aku punya urusan dengan putri kalian disini." Potong Loius dgn alis yg diturunkan.
Glacia mendongak utk menatap wajah Riven, pria itu bisa melihat pipi gadis itu yg merona, Glacia langsung berpaling saat Riven jg menatapnya. "Te-terima kasih. Kau boleh pergi."
Riven menatapnya lembut dan membungkukan badan, setelah itu memberikan kilatan mata kepada Loius dan segera pergi.
"Kalian mencurigakan." Ketus Loius.
"A-apa? Apa maksudmu?" Ucap Glacia tersentak.
"Reaksimu tiba-tiba berubah saat dia datang. Jika kau mau jujur sekarang, ini belum terlambat." Tegas pangeran tsb.
"Jujur apa? Aku benar-benar tidak punya hubungan apapun dengan pengawal pribadiku." Bantah Glacia.
Loius menyipitkan matanya dan mengamati Glacia. "Lalu, apa kau tidak senang saat aku memenangkan sayambara dan menjadi calon suamimu?"
"Itu tidak benar. Aku sangat senang. Hanya saja, aku benar-benar sibuk. Bahkan nyaris tak punya waktu utk istirahat, apa kau tidak mengerti?" Ucap Glacia.
Pangeran Loius segera merubah ekspresinya, ia luluh saat melihat tatapan Glacia. "Maaf. Aku mungkin tidak bisa menjadi se-hebatmu saat sudah menjadi raja. Aku salut padamu."
Glacia menunduk. "Kalo begitu berhenti memaksaku menemanimu." Ucapnya dgn nada pelan. "Jika aku punya waktu luang, aku pasti akan mengunjungimu. Saat ini, aku harus mengembalikan kondisi kerajaanku dulu, ayahku sedang sakit.. siapa lagi yg bisa selain aku?"
Pangeran Loius mengulurkan tangannya hendak menyentuh wajah gadis itu namun terhenti. Ia masih ragu utk menyentuhnya sejak terakhir kali Glacia marah.
"Aku mengerti. Aku akan minta ayahku utk mengirimkan beberapa orang kesini utk membantu, terutama kurator ladang kerajaan...."
"Oh tidak perlu pangeran, aku sudah banyak merepotkan kalian."
"Kau calon istriku, Nocturnus juga sudah ku anggap sebagai rumahku. Kita akan membangun kembali kerajaanmu."
Tepat sasaran. Itulah yg diinginkan Glacia. Gadis itu diam-diam menyunggingkan senyuman. "Terima kasih banyak pangeran."
Loius mengangguk dan berdiri. "Baiklah, aku akan tetap disini utk membantumu. Kau bisa mengandalkanku." Ucapnya.
Glacia menunduk dan meraih surat yg diberikan Riven tadi. "Terima kasih, tapi aku rasa pangeran tidak bisa menetap lebih lama. Ini surat dari raja Cloude."
Pangeran itu tersentak. "Benarkah? Apa isi suratnya?"
Glacia membuka surat itu dan mulai membacanya. "Beliau meminta kita utk pergi kesana dan mendiskusikan pernikahan, dia sangat senang mendengar kabar kemenanganmu."
"Kita? Maksudmu.. kau juga diminta utk ikut denganku pulang?"
"Iya, tapi..." Glacia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa pangeran..."
Loius menghela nafas. "Aku tau. Kalo begitu aku akan kembali dan menyampaikan pesan bahwa kau tidak bisa ikut. Jangan khawatir."
Glacia sumringah dan tiba-tiba memeluk pangeran Loius. Pria itu terkejut dan terdiam di tempat. Jantungnya berdegup kencang dan ia perlahan menyunggingkan senyuman. Tangannya naik dan membelai rambut gadis itu. "Aku tidak sabar utk membawamu bersamaku." Ucapnya sumringah.
Glacia mengkerutkan dahinya, ada perasaan tidak enak dihatinya saat Loius mengatakan itu. Pasalnya, dia benar-benar jatuh cinta pada Glacia. Dan entah mengapa wajah Riven muncul dipikiran gadis itu, membuatnya melepaskan pelukannya dari Loius.
"A-ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?" Ucap Loius cemas.
Glacia menggeleng dan tersenyum rengkuh. "Ti-tidak ada... aku hanya teringat dgn tugasku. Aku akan suruh pelayan utk mempersiapkan keberangkatanmu, jika ada sesuatu kau bisa temui aku."
"Tapi, putri..."
Glacia tak mengubris ucapannya dan segera pergi dari taman tersebut. Ia sempat berbalik dan melemparkan senyum simpul ke arah pangeran yg berdiri dgn kata-kata yg tertinggal dimulutnya.
"Kenapa tiba-tiba aku merasa gelisah? Aku tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya..." Gumam gadis itu sembari berjalan menuju istana.
***
"Lepaskan! Aku bisa berenang sendiri!" Teriak Nicholas.
Pemimpin naga laut dihadapannya mengangkat tangan kanannya dan memerintahkan prajurit utk melepaskan tangan Nicholas.
"Yg mulia, kenapa kau membawaku dengan paksa kemari?" Tanya Nicholas dgn alis yg diturunkan.
Kedua orang tua Nicholas hanya bisa menunggu anaknya diluar istana, bersama beberapa orang lain yg penasaran dgn Nicholas yg tiba-tiba diseret seperti tahanan.
Seseorang dgn jubah coklat yg penuh dgn jahitan keluar dari belakang Raja, Nicholas mengernyitkan dahinya karna ia tau orang itu masih memakai pakaian manusia.
"Siapa dia?" Tanya Nicholas.
Orang tersebut membuka kerudungnya dan menatap Nicholas dgn kilatan dimatanya. Seketika Nicholas tersentak dan tak bisa berkata-kata, dia adalah naga laut yg berusaha mencelakai Riven dipantai beberapa hari yg lalu. Nicholas tau hal yg buruk akan terjadi.
"Dia salah satu naga laut yg aktif di daratan, kemarin... dia datang ke aula istana dan melaporkan kabar buruk tentangmu. Apa kau kenal dengan orang ini?" Ucap raja tegas.
Nicholas meneguk salivanya dan menunduk dengan tangan yg gemetar. Raja yg menunggu jawaban dari pria kecil itu berusaha mengontrol emosinya, dia tau bahwa dia tidak bisa bersikap kasar pada seorang anak kecil, apalagi dia sudah berjasa dengan menemukan tubuh pangeran kesayangannya yg telah lama hilang.
"Jangan menguji kesabaranku, nak." Tegas raja sekali lagi.
"Yg mulia, saya rasa tidak ada lagi yg bisa ia katakan. Dia sudah ketauan. Aku benar bahwa anak ini sudah bersekongkol dengan orang dari kerajaan Nocturnus. Bukan hanya dia saja, aku melihat 2 temannya yg lain dan satunya adalah manusia." Sela seseorang yg memakai jubah tersebut.
"Itu tidak benar Yg Mulia!" Bantah Nicholas.
"Hey anak kecil, aku sudah melihat semuanya. Kalau tidak, kenapa kau sangat dekat dengan orang penting Nocturnus itu hah? Kalian terlihat sangat akrab." Sahut orang yg melapor tadi.
Nicholas terlihat panik, ia benar-benar tak tau apa yg harus dia katakan disituasi seperti ini. Dia tidak mau melibatkan teman-temannya. Nicholas berusaha mencari cara utk lepas dari masalah ini, tapi sepertinya dia tidak akan berhasil.
"Jawab aku, siapa kedua temanmu itu?" Tanya Raja.
"Tentu saja Maui dan Elina, aku tau hal ini dari beberapa pedagang dipasar karang, terakhir kali mereka bertiga terlihat bersenang-senang disana. Selain mereka, tidak ada lagi anak naga laut yg bersama Nicholas." Ucap orang berjubah.
"Raja, mereka berdua sama sekali tidak ada hubungannya dgn ini. Waktu itu kami hanya bermain dan melihat-lihat." Bantah Nicholas.
"Lalu, apa kau bekerja sama dgn orang istana utk membantu mereka mengumpulkan informasi dari kerajaan kita?" Tanya raja sekali lagi.
Nicholas menggeleng. "Tidak Yg mulia, aku berani sumpah bahwa aku tidak menjadi mata-mata mereka."
"Lalu apa?" Ucap raja.
"Kami.. kami.. hanya ber-berteman. Itu saja." Jawab Nicholas terbatah.
Orang berjubah tersebut terkekeh. "Berteman katamu? Seorang prajurit dgn pangkat tinggi Nocturnus, berteman dgn bocah naga laut sepertimu? Kau bercanda yah?"
Nicholas menurunkan alisnya dan mendengus ke arah pria itu. Raja mengangkat tangannya utk mengisyaratkan orang itu diam.
"Nicholas, semenjak kau menemukan tubuh anakku.. aku sangat kagum dan salut padamu, aku bahkan memberimu banyak hadiah, kehormatan, dan pujian. Apa kau membalas kebaikan raja-mu dengan cara sepertimu?" Nada bicara raja mulai sedikit meninggi.
"Tolong percayalah padaku, Yg mulia. Dia adalah kapten Nocturnus yg paling dekat dengan putri Glacia, dia orang yg baik. Aku berteman dengannya karna aku percaya dia akan menuntun putri Glacia ke jalan yg benar dan meminta maaf pada kaum naga laut." Jawab Nicholas.
"Bagaimana kau bisa percaya begitu saja dengannya? Kau bilang dia dekat dgn Glacia, kau tidak pernah tau kalau mungkin dia juga sudah bersekongkol dgn putri jahat itu."
"Yg mulia, aku memang tidak bisa membuktikanya... tapi aku bisa merasakan ketulusannya. Dia bahkan meminta maaf atas semua kajahatan yg dilakukan Glacia pada kita dan berjanji akan memperbaiki semuanya. Aku.. ya-yakin.. dia pasti bisa dipercaya. Jika dia memang jahat, mungkin aku dan warga lainnya tidak akan ada dihadapanmu saat ini."
Pemimpin mereka tampak berpikir sejenak, mempertimbangkan ucapan Nicholas. Namun lagi-lagi, pria yg sepertinya sangat tidak suka dgn Nicholas terus berusaha menyakinkan raja bahwa dia benar.
"Apa kau benar-benar akan percaya dgn ucapan anak kecil ini, raja? Aku bahkan mulai berpikir.. bagaimana dia bisa mendapatkan giok pangeran Nadish semudah itu, padahal prajurit handal dan cerdas kita sendiri tidak pernah bisa menemukannya." Sela orang berjubah tersebut.
"Pak, apa masalahmu dgnku?!" Ketus Nicholas yg kesal dengannya.
"Tch. Tidak sengaja menemukannya di dekat makam putri Alecta.. omong kosong macam apa itu? Tempat itu sudah pernah diperiksa oleh prajurit, tapi tak ada apapun disana, mereka bahkan menggali tanah disekitarnya juga, tetap tak ada. Lalu bagaimana kau bisa menemukannya?"
"Kalau begitu, mereka pasti belum menggali cukup dalam! Atau mungkin.. langit memang tidak berpihak pada mereka!" Ketus Nicholas geram.
"Hentikan!" Teriak raja kesal. Beliau berbalik dan berenang menuju singgasananya. Raja yg kebingungan tersebut memijat kecil pelipisnya dan menghela nafas.
"Nicholas, selama ini kami berasumsi bahwa kerajaan Nocturnus lah yg menyimpan giok anakku. Pria ini ada benarnya juga, mendengarmu menemukannya terkubur di dekat makam putri Alecta memang kurang masuk akal, mengingat aku sdh memerintahkan prajurit utk mencarinya disana..." Ucap Raja.
Nicholas maju. "Yg mulia, semua kemungkinan bisa terjadi. Jangan dengarkan orang ini, dia tidak tau apa-apa. Dia selalu menghabiskan waktunya di darat dan tidak tau ada kabar apa saja dibawah laut. Pulang cuma utk memfitnahku, dimana dia saat kita dalam keadaan krisis utk membangun kerajaan baru?!"
"Darimana kau belajar bicara, anak kecil? Itu sama sekali tidak ada hubungannya dgn masalah ini. Justru karna aku di darat, aku memerankan tugasku. Mencari kebutuhan yg tidak ada dilaut dan mengirimkannya ke istana agar pembangunan menjadi lebih mudah, dasar!"
Nicholas hanya berdecih mendengar hal itu.
"Aku tanya sekali lagi padamu, darimana kau mendapatkan giok pangeran Nadish?" Ucap Raja.
"Aku sudah menjelaskannya waktu itu kan. Aku menemukannya terkubur dibawah tumpukan daun yg ada disekitar makam putri Alecta, di danau Prospera." Jawab anak itu.
"Kau yakin, kau tidak mendapatkannya dari teman Nocturnus-mu itu?"
"Aku berani sumpah, aku tidak mendapatkannya dari dia. Dan kami tidak punya kesepakatan apapun."
"Yah.. bagaimana dgn teman perempuanmu itu? Selama aku mengamati kalian, dia juga tinggal di istana. Kalo tidak salah, ibunya pelayan disana." Sahut orang berjubah tersebut.
"A-apa? Kau membuntuti kami?!" Gertak Nicholas.
"Awalnya aku juga tidak percaya, makanya aku mencari tau dulu kebenarannya. Kau pikir aku akan berani melapor pada raja tanpa adanya bukti? Hah! Kau salah anak kecil." Pria itu mengeluarkan beberapa botol kaca bekas, robekan gaun, dan gelang kaca transparan yg cantik. Semua barang itu ia kumpulkan disebuah karung anyaman dari daratan.
Raja dan Nicholas melotot melihat itu. Bagaimana tidak? Nicholas bahkan tidak menyadari bahwa bekas ramuan ungu yg diminum Alecta utk berubah menjadi naga laut bisa ada ditangan pria ini, robekan gaun Alecta yg waktu itu dibalutkan dilengannya, dan sebuah gelang yg ia berikan pada gadis itu, gelang itu juga termasuk perhiasan hadiah dari raja.
Raja mengambil gelang itu dan mengamatinya. "Ini salah satu hadiah yg kuberikan padamu. Kenapa bisa ada dengan pria ini, Nicholas?" Ucapnya.
"Yg mulia, anak kecil ini memberikan gelang itu kepada seorang gadis istana yg kusebutkan tadi. Robekan kain ini adalah pakaian gadis itu, dan botol ini tadinya berisi obat yg dibuat oleh kakek Nicholas. Aku menemukan barang-barang ini disekitar batu karang dipantai, tempat mereka biasa bertemu." Jelas orang itu.
"Kau tidak menemukannya, kau pasti mencurinya!" Ucap Nicholas. Dia tidak percaya bahwa Alecta memberikan gelang ini padanya, ataupun tidak sengaja menjatuhkannya. Apa dia belum sadar bahwa gelangnya hilang? Dan kain ini bukannya masih disimpan oleh kakeknya waktu itu? Dan sekarang Nicholas menyesal telah membuang bekas botolnya sembarangan, membuat orang ini memungutnya sebagai bukti dgn mudah.
"Yahh.. sebenarnya.. aku mengambil gelang ini saat gadis itu membantumu kembali ke laut saat kau terluka karna anak panah prajurit Nocturnus. Tepat saat teman yg kau sebut kapten istana itu pergi, aku memeriksa pakaian gadis itu dan menemukan gelang ini." Ucap Pria berjubah.
"Dasar pencuri!" Bentak Nicholas.
"Tunggu dulu, apa maksudmu dgn gadis itu membantu Nicholas? Apa dia menyelam ke bawah laut? Bukankah dia manusia..." Ucap raja bingung.
"Yg mulia, gadis itu meminum obat kelainan naga laut yg jika diminum oleh manusia.. maka manusia itu akan berubah menjadi naga laut selama beberapa jam. Nicholas memanfaatkan ramuan ini utk mengajak gadis itu berkeliling dibawah laut, oh ya.. siapa namanya? Elina, bukan?"
"Tutup mulutmu pak tua!" Gertak Nicholas kesal.
"Memangnya kenapa? Aku hanya ingin mengajak temanku jalan-jalan, dia sangat tertarik dengan dunia kita. Aku pun sebaliknya, tapi karna aku belum cukup umur utk berubah menjadi manusia, aku tidak bisa ikut dengannya ke daratan. Kami berteman baik Yg mulia, dia tidak punya niat jahat." Sambung Nicholas.
Raja berdiri. "Prajurit!" Teriaknya. Beberapa prajurit segera berenang ke hadapan pemimpin mereka. "Panggil penyihir medis yg terkenal itu kesini."
"Siap Yg Mulia!" Sahut serentak dari mereka dan segera berubah ke wujud naga laut penuh, berenang dgn cepat keluar dari istana.
"Oh tidak, mereka akan menyeret kakek kesini." Gumam Nicholas. Ini membuatnya tambah cemas. Terakhir kali Alecta ketauan, beliau langsung menyuruhnya kembali karna takut Alecta akan kenapa-napa. Dan sekarang raja akan mengintrogasinya juga. Pria kecil itu hanya berharap, semoga kakeknya tidak mengatakan hal-hal yg buruk yg bisa mencelakai Alecta. Karna selama yg dia tau, beliau akan melakukan apapun utk menyelamatkan cucunya dari masalah.