"Bagaimana? Makanannya enak kan?" Kekeh Nicholas.
Wajah Alecta memucat dan ia merasa mual sehabis mencicipi sedikit, ya sedikit, makanan yg disajikan ditempat makan itu.
"Maaf, aku tidak tau kalo perutmu tetaplah perut manusia walaupun kau sedang dalam bentuk naga laut." Sambung Nicholas.
"Apa kau pikir ini lelucon?" Ketus Alecta yg masih memegangi perutnya.
"Nicholas, berhenti tertawa... kasihan Alecta." Tegur Maui dgn raut wajah bersalah.
Nicholas merapatkan mulutnya, berusaha menahan tawa dan menghela nafas.
Alecta hanya mendengus dan berhenti berenang utk beristirahat sejenak. Kedua temannya tentu saja ikut duduk di sebelahnya. Maui mengeluarkan sesuatu dari tas rumput lautnya dan memberikannya pada Alecta.
"Ramuan apa lagi ini? Apa bisa mengobati rasa mualku yg habis memakan ular laut?" Ucap Alecta meringis.
"Pfffttt..." Sekali lagi Nicholas berusaha menahan tawanya dgn tangan. Maui dan Alecta hanya menatap datar ke arah pria kecil tsb.
"Ehm.. ini bukan ramuan, ini air biasa dari dunia manusia, yah dgn sedikit vitamin yg sudah ditambahkan orangtuaku." Jelas Maui.
"Begitulah, terkadang makanan dan barang manusia sangat berguna bagi kami yg tdk punya air minum. Hahaha!" Tawa Nicholas.
"Ada apa denganmu? Apa peristiwa di 'restoran' bawah laut kalian tadi membuatmu begitu senang? Apa kau berencana utk meracuniku jg sekarang hah?" Ketus Alecta yg sdh memanas dgn Nicholas yg dari tadi bercanda tidak jelas.
Nicholas langsung menggeleng. "Tidak mungkin! Untuk apa aku meracuni teman favoritku, baiklah aku tidak akan bercanda lagi, maafkan aku." Ucapnya dgn mulut yg dipoutkan.
Mata puppy eyes anak itu membuat pipi Alecta memerah, ia langsung membuang muka dan mengalihkan pembicaraan ke Maui.
"Ja-jadi.. eeh... apa air ini aman untukku?" Tanya gadis itu.
"Seperti kata Nicholas, ini air minum manusia yg sdh dicampur dengan vitamin dari ibuku, tidak tau apa gunanya.. tapi dia pernah bilang bahwa naga laut muda harus banyak makan vitamin dimasa perkembangan.. Aku rasa ini jg baik untukmu." Jelas Maui tersenyum simpul.
"Ooh.. maaf karna aku meminum air pemberian ibumu..." Alecta langsung membuka tutup yg menampel pipet perak dan langsung menghisapnya sebelum air itu keluar dan berbaur dgn air lautan, yah itu karna mereka masih berada dibawah air.
"Tidak apa, ibuku akan membuat ini setiap hari kok."Jawab Maui.
"Yah, itu sebabnya kau jenius. Maui selalu diberi asupan vitamin dan makanan yg membuat otaknya bekerja dgn baik. Tidak sepertiku, yg setiap hari diomelin." Kekeh kecil Nicholas.
"Aku tidak heran jika kau sering diomelin, kau memang anak yg menyebalkan." Alecta menepuk-nepuk pelan kepala Nicholas sembari terkekeh. "Ubahlah sikapmu dan menurutlah pada orangtuamu."
"Hey, aku sudah cukup berbakti pada orangtuaku. Aku juga anak yg baik dan rajin kok, iyakan Maui?" Bantahnya.
Maui hanya tersenyum rengkuh dan mengiyakan ucapan temannya.
"Omong kosong." Kekeh Alecta.
Nicholas menghela nafas dan memilih utk tidak meladeni Alecta lebih lanjut. Gadis itu mengembalikkan botol uniknya Maui dan merentangkan kedua tangannya ke atas.
"Aku merasa lebih baik. Terima kasih Maui." Ucapnya.
Pria kecil itu tersipu malu dan mengangguk, sedangkan Nicholas hanya memutar bola matanya.
Saat mereka hendak berangkat lagi utk melanjutkan jalan-jalan, ditengah jalan mereka berhenti karna beberapa gadis yg cekakak-cekikik menghampiri Nicholas.
"Ada apa dgn mereka?" Bisik Alecta.
"Kita mulai lagi..." Ucap Maui menghela nafas. Alecta hanya menaikkan alisnya tanda bahwa ia tak mengerti.
"Um... hai?" Sapa Nicholas ragu, ya tidak mungkin dia melewati mereka begitu saja dgn tidak sopan.
Salah satu naga laut perempuan itu mendorong temannya utk membuka mulut dan gadis itu langsung memberikan 3 surat yg dirangkai cantik, wajahnya memerah dgn kepala tertunduk yg sesekali diangkat utk melihat wajah Nicholas sekilas.
Pria kecil itu memutar bola matanya malas tapi dia tetap harus menjaga image nya yg terkenal humble. "Baiklah, nanti akan kubaca." Terima Nicholas.
"Anu.. kak Nicholas, ka-kami juga membuat cemilan khusus untukmu. Ini anak cumi bakar, kami membuatnya di daratan bersama ibuku." Sahut gadis yg lainnya diikuti dgn anggukan.
"Wahh benarkah? Pasti sulit sekali membuatnya..." Ucap Nicholas dgn senyum manis palsunya.
"Tidak kok, anggap saja ini hadiah kecil kami utk pahlawan kerajaan. Kami akan sangat sedih jika kak Nicholas menolaknya."
"Oh tentu saja aku akan menerimanya. Terima kasih banyak." Nicholas meraih kerang besar yg diikat dgn rumput laut oranye. "Woahh.. cu-cukup berat yah.." Ucapnya yg hampir menjatuhkan kerang berisi cemilan enak itu.
"Ayahku menangkap sangat banyak cumi-cumi, jadi kami membuat cukup banyak agar kau dan Maui juga bisa memakannya..."
"Ah tidak perlu, aku tidak pantas menerimanya..." Jawab Maui tersenyum rengkuh.
"Apa yg kau bicarakan? Kau adalah temanku.. Aku tidak mungkin memakan semua ini kan, kita bertiga akan menikmatinya bersama-sama." Ucap Nicholas.
"Tunggu dulu... anu.. ehm.. kakak, apa maksudmu bertiga? Apa hubungan gadis ini dgnmu?" Sela salah satu penggemar Nicholas.
"Ooh.. perkenalkan dia Elina."Ucap Nicholas.
Alecta tersenyum simpul dan melambai ragu. "Eeh.. Ha-hallo~"
Bukannya menanggapi dgn ramah dan senang, ketiga gadis itu malah menatap sinis ke arah Alecta. Dan hal itu membuat senyum hangat diwajah Alecta memudar seketika, dia mulai mempoutkan mulutnya dan berdecih membuang muka.
"Aku tidak pernah melihatnya disini, aku kira dia hanya salah satu pengagummu yg mencari perhatian dgnmu dan Maui." Ketus salah satu gadis itu.
"Oh ya! Aku pengagum Nicholas dan Maui, dan bukan hanya itu.. kami juga teman dekat. Kalian dengar itu? Teman DEKAT." Tekannya dan merangkul kedua pria disampingnya. "Bukankah sesama teman dekat harus saling mengagumi? Iyakan Nicholas?"
Pria kecil itu tersenyum rengkuh. "I-iya tapi..."
"Nah kalian sudah dengar dari Nicholas kan? Dan... terima kasih utk makanannya, kami bertiga pasti akan menghabiskannya." Potong Alecta yg memang sudah geram dari tadi, seperti sifatnya, Alecta tidak suka diremehkan dan dihina secara tidak langsung seperti tadi.
Ketiga gadis itu terbelalak dgn mulut yg mengangah. Jangankan menyentuh Nicholas, mendekatinya saja sulit bagi mereka dan tindakan Alecta sukses membuat mereka melongo.
"Ka-kau... kau.. dasar centil!" Teriak kesal salah satu gadis itu dan mereka pergi dgn kibasan ekor yg keras.
Tepat setelah mereka tidak terlihat lagi, Alecta melepaskan rangkulannya. "Aku mau pulang saja." Ucapnya dgn nada kesal.
"Eehh? Tapi kau masih punya 50 menit lagi loh.." Ucap Nicholas.
Alecta tak mengubrisnya dan berenang naik ke permukaan, diikuti oleh Nicholas dan Maui dibelakangnya.
***
"Maaf soal yg tadi... ini memang sering terjadi, banyak gadis yg memberiku hadiah dan surat. Aku tidak enak jika menolak mereka." Ucap Nicholas menunduk.
"Kenapa kau selalu minta maaf? Ini bukan salahmu dan aku tidak memintamu utk menolaknya." Ucap Alecta, masih dgn alis yg diturunkan. Mereka duduk dibebatuan karang tinggi di ujung pantai, tempat Alecta menemukan Maui.
"Yah.. a-aku hanya.. tidak tau harus bilang apa." Ucap Nicholas sembari menggaruk tengkuknya yg tidak gatal.
"Kurasa Alecta hanya kesal dgn gadis-gadis itu, mereka mengejek Alecta." Sela Maui.
Gadis itu mengangguk utk membenarkan ucapannya. "Mereka hanya iri padaku, itu sebabnya mereka kesal."Ucap Alecta masih dgn gaya sombongnya.
Nicholas hanya geleng kepala dan terkekeh. "Kalo begitu, apa kau mau mencicipi cumi-cumi bakar yg dibuat oleh naga laut?"
"Ya, Alecta hanya makan sedikit dibawah laut tadi. Setidaknya dia harus makan lagi..." Kekeh Maui.
Alecta terlihat bersemangat saat Nicholas membuka ikatan rumput laut dikerang besar tadi. Tentu saja, membayangkan cumi bakar pasti membuat perut lapar, Alecta tak sabar mencium baru harum dari asap cumi bakar yg baru saja diangkat dari dalam kerang itu.
"Ta-daaa! Selamat menikmati..." Nicholas memberikan garpu kayu yg ada di dalam kerang itu pada Alecta.
Sayangnya cumi bakar yg ia bayangkan tidak seperti itu. Ia terdiam menatap cumi-cumi yg basah dan terlihat mentah, ya tentu saja cumi itu terlihat benar-benar dibakar, tapi apa diolah tanpa bumbu?
"Waahh, aku bahkan bisa mencium baunya. Ini pasti enak sekali, Alecta ayo coba.." Ucap Maui sumringah.
Alecta tersenyum rengkuh dan memberikan garpu itu pada Maui. "Kau saja yg duluan.." Ucapnya.
"Kenapa?" Ucap Maui bingung.
"Alecta, jangan bilang kau tidak suka dgn cumi bakar juga?" Ucap Nicholas.
"Ini bukan cumi bakar yg aku harapkan.." Ketusnya.
Nicholas terkekeh. "Cicipi dulu, ini memang basah tapi jika kau menyentuhnya maka kau akan tau bahwa ini masih hangat di dalamnya, mereka jg memberikan bumbu kok.. cobalah.." Bujuk Nicholas.
"Benar, ini juga tidak amis. Bentuknya lumayan kecil dan mudah dicerna." Sambung Maui.
Alecta meneguk salivanya, perutnya dari tadi berbunyi karna ia memang cukup lapar. Setelah mengumpulkan keberanian ia akhirnya menusuk satu cumi dgn garpu dan mencium aromanya dulu. "Iya sih, tidak amis.. baunya seperti enak seperti ikan bakar kerajaan." Ia juga melihat bumbu kuning di dalam cuminya.
Dengan mata yg terpejam, Alecta langsung memasukkan cumi itu ke dalam mulutnya dan mulai mengunyah. Ia tersentak dengan bumbu gurih sekaligus manis yg meluber di mulutnya, selain itu tekstur cuminya yg kenyal membuatnya terasa lebih enak.
"Kau bercanda?!" Ucap Alecta sumringah. Ia melahap 1 cumi lagi utk merasakan sensasi makanan yg belum pernah ia cicipi.
"Sudah kubilang kan, kau pasti menyukainya." Ucap Nicholas.
"Iya.. Maui, Nicholas... ayo makan bersamaku, aku tdk mungkin menghabiskan sebanyak ini." Ucap Alecta dgn mulut yg masih mengunyah.
"Ah tadi aku sudah makan banyak, perutku masih kenyang." Tolak Nicholas.
"Aku juga, sebenarnya aku mau tapi aku tidak boleh memaksakan diriku." Lanjut Maui.
"Sisakan saja untuk Maui kalo begitu, gadis lain pasti akan memberiku makanan lagi besok jadi aku tdk mau menyimpan terlalu banyak cemilan." Ucap Nicholas.
"Dasar.." Dengus Alecta. "Oh iya.." Alecta ingat bahwa ia membawa makanan dari istana, ia meraih tas disamping lipatan bajunya dan mengeluarkan roti perancis. "Maui, apa kau pernah memakan ini?"
Maui menggelengkan kepalanya.
"Ah, ini roti. Ayahku sering membawanya pulang saat pergi ke daratan." Ujar Nicholas.
"Ooh, kenapa orangtuaku tidak pernah membawanya juga. Mereka malah membawa banyak rempah-rempah dan barang aneh dari darat..."
"Baiklah, aku akan taruh roti ini di wadah kerang bersama cumi bakarnya. Coba utk mengkombinasikan makanan ini, pasti enak sekali." Ucap Alecta.
Maui sumringah. "Terima kasih, aku akan tunjukkan pada orangtuaku nanti. Mereka sepertinya tidak tau soal makanan ini."
Sembari menunggu pengaruh ramuan kakek Nicholas berakhir, mereka bertiga asik mengobrol dan bercerita tengtang dunia masing-masing. Ekor Alecta belum berubah menjadi kaki, tapi gadis itu sepertinya sangat senang bisa merasakan menjadi naga laut dalam 3 jam. Dia harap bisa selalu bertemu dgn Nicholas dan Maui keesokan hari dan seterusnya.
***
"Tidak mungkin... bagaimana bisa kalung ini palsu?!" Teriak Glacia. Ia mengacak kamarnya utk mencari kalung berharganya yg asli.
"Ada apa tuan putri? Kenapa kau marah-marah begini?" Ucap Liliana yg baru saja datang ke kamar putri.
"Liliana, seseorang pasti sudah mencuri kalung berhargaku dan menggantinya dgn yg palsu, jika saja aku tidak memasati kalung palsu itu maka aku tdk akan pernah tau. Ck, mereka kira bisa membodohiku? Aku tau betul bagaimana rupa kalung yg asli!"
"Tenangkan dirimu putri, bukan hanya kamarmu yg berantakan tapi penampilanmu juga. Ini tidak pantas utk seorang putri, aku akan membantumu mencarinya nanti..." Ucap Liliana sembari menghampiri gadis yg histeris itu.
"Bagaimana mereka bisa mencurinya Liliana? Kamarku dijaga ketat dan aku memegang kuncinya... ini tidak mungkin..." Rengek Glacia.
Liliana menuntunnya ke kasur dan mengelus kepalanya utk menenangkan Glacia. "A-aku.. akan mencari pelakunya, jangan terlalu dipikirkan putri. Besok aku akan melapor dan penegak hukum istana akan menyelidikinya..." Ucapnya sedikit ragu, dia tau siapa pelaku sebenarnya tapi tak ada yg bisa ia lakukan. Dia juga baru tau bahwa ternyata kalung itu palsu.
"Itu kalungku yg sangat berharga. Jika kutemukan pelakunya, aku akan menyiksa mereka sampai mati!" Teriaknya.
"Sssttt... istirahatlah putri. Kau terlihat sangat lelah." Ucap Liliana, ada sedikit kekhawatiran saat Glacia mengatakan hal itu. Sekarang dia benar-benar harus menjaga rahasia ini dan melindungi putri satu-satunya.