Di malam hari yang cerah ini dengan bertaburan bintang di langit menjadi pemandangan yang indah bagi Revan yang sekarang tengah duduk di samping jendela kamarnya sembari memandangi langit yang dipenuhi dengan bintang gemerlap.
Remaja laki-laki itu selesai belajar setelah membantu ayahnya berjualan bakso keliling di kampungnya. Revan merasa bahagia ketika dia mendapatkan nilai terbaik dan mendapatkan hadiah dari sekolah. Setiap jam mendapatkan hadiah dia memberikan hadiahnya itu dan dipersembahkan untuk ayahnya.
"Bahagia banget kalau melihat ayah tersenyum, aku janji akan belajar lebih giat lagi agar menjadi orang yang sukses di masa depan," ujar Revan sembari mengembangkan senyumnya dan menatap ke langit yang dipenuhi dengan sinar bulan serta bintang yang gemerlap.
Memiliki rumah kecil dan sederhana sudah membuat hati Revan sangat bahagia dan lebih dari bersyukur karena dia diberikan tempat tinggal yang layak sehingga bisa dia tinggali bersama dengan ayahnya dan membangun usaha kecil berjualan bakso keliling yang hasilnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan juga ayahnya sehari-hari.
Sementara itu di luar kamarnya tepatnya di meja makan Prapto tengah duduk menyendiri dan diam memikirkan putranya itu. Prapto merasa sangat bangga dengan Revan yang selalu menunjukkan prestasi yang sangat luar biasa.
Tidak berhenti paruh baya laki-laki itu mendoakan putranya di setiap sujud nya agar putranya itu menjadi orang yang berguna di masa depan orang yang sukses sehingga tidak ditinggalkan dan tidak ditindas.
Tentang Revan yang sering dibully oleh Rintan, Prapto tidak mengetahui hal itu sama sekali sebab putranya itu tidak pernah bercerita tentang hal itu pada dirinya.
"Revan," panggil Prapto pada putranya itu yang tengah duduk di samping jendela kamar.
Revan yang mendengar panggilan dari ayahnya itu dia langsung berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kamarnya menghampiri ayahnya yang tengah berada di meja makan.
"Iya yah? Ada apa panggil Revan?" tanya Revan pada ayahnya.
"Kamu duduk dulu," jawab Prapto pada putranya itu.
Revan kemudian mendudukkan dirinya di depan ayahnya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh ayahnya itu.
"Bagaimana dengan sekolah kamu hari ini?" tanya Prapto pada Revan.
Revan terdiam dan mengingat kejadian yang terjadi pada saat di sekolah tadi bahwa dirinya dibully oleh Rintan yang diminta Rintan untuk mengerjakan semua tugas tugas gadis cantik itu beserta tugas-tugas kedua sahabat Rintan.
Revan mengembangkan senyumnya pada ayahnya mengekspresikan dirinya bahwa sekolahnya hari ini sangat baik-baik saja.
"Alhamdulilah yah, baik seperti hari-hari sebelumnya," jawab Revan pada ayahnya sembari mengembangkan senyumnya.
Prapto merasa senang dan tenang mendengar jawaban yang keluar dari mulut putranya itu. Selesai itu dia kemudian meminta Revan untuk segera makan malam dan setelah itu tidur karena besok Revan berangkat sekolah pagi-pagi hari.
"Ayo sekarang kamu buruan makan habis itu langsung tidur," ujar Prapto pada Revan dan diawaki oleh putranya itu.
**
***
Angin sepoi-sepoi menggerakkan ranting-ranting pohon yang ada di sekitar rumah Revan. Yang di mana di pagi hari ini di remaja laki-laki itu tengah memakai sepatunya di ruang tamu rumahnya kan sebentar lagi akan berangkat ke sekolah.
Prapto baru keluar dari kamarnya dan mendapati putranya itu tengah memakai sepatu di ruang tamu.
"Hati-hati berangkat sekolahnya, jangan ngebut. Santai aja oke," ujar Prapto pada Revan.
"Iya yah," sahut Revan pada ayahnya.
Selesai remaja laki-laki itu memakai sepatunya dia kemudian berdiri dari duduknya dan bersalaman dengan ayahnya baru setelah itu berjalan keluar rumahnya menaiki motor dan berangkat menuju ke sekolah.
Sementara itu Rintan sekarang masih tidur nyenyak di balik selimut hangatnya dan tidak mendengarkan alarm jam yang sedari tadi berdiri menggema di seluruh sudut kamarnya.
Rani yang mendengar alarm putrinya itu sampai ke lantai bawah, dia buru-buru berlari menaiki anak tangga rumahnya menuju ke kamar putrinya itu dan mematikan alarm putrinya yang sedari tadi berdering namun tidak dimatikan oleh putrinya yang masih tertidur pulas di balik selimut.
Rani kaget melihat putrinya yang masih belum bangun padahal sudah jam 6.30 lebih. Rani membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh putrinya itu dan kemudian membangunkannya.
"Rintan ayo bangun sayang.. ini udah jam berapa kamu masih tidur? Ayo bangun Rintan!" tegas Rani pada Rintan yang masih tertidur pulas di balik selimut.
Rintan yang merasa terusik dia pun dia bangun dari tidurnya dan langsung mendudukan dirinya.
"Ada apa mah?" tanya Rintan dengan suara orang yang baru bangun tidur dan belum membuka kedua pasang matanya.
"Kamu sekolah atau tidak? Ini sudah jam berapa kamu belum siap-siap dan bahkan mata kamu masih merem!" jawab tegas Rani pada putrinya itu.
Rintan mengambil alarm yang ada di atas mejanya dan melihat sudah jam 6.30 lebih dan beberapa menit lagi bel sekolah akan berbunyi. Rintan buru-buru mandi tanpa mengambil handuk dia tidak peduli dengan hal itu dan langsung mandi dengan cepat.
Di sisi lain sekarang Revan sudah sampai di sekolah dengan selamat dan dia tengah memastikan motornya di parkiran khusus motor yang ada di sekolahnya. remaja laki-laki itu melepas helmnya dan baru setelah itu berjalan melangkahkan kakinya menyusuri koridor menuju kelasnya.
Baru saja dia ingin masuk ke dalam kelas ada dua seorang gadis cantik yang menghadangnya di depan kelas.
"Hari ini piket kita berdua, kamu yang harus nyapu seisi kelas," ucap Devika pada Revan sembari melemparkan sapu yang sebelumnya dia pegang ke Revan.
Revan langsung menerima sapu itu dan menganggukkan kepalanya mengiyakan atas permintaan Devika yang memintanya untuk menyapu seisi kelas. Winda yang melihat hal itu dia hanya diam dan malas untuk berdebat pagi-pagi dengan Devika yang akhir-akhirnya dia akan mengalah lagi.
Revan menaruh tasnya dibangkunya dan mulai menyapu kelas. Devika melihat hal itu dia masih belum terima dan ingin memberi kerjaan lebih untuk Revan. Devika berjalan ke papan tulis dan memenuhi coretan dipapan itu serta buku yang ada dimeja guru yang awalnya tertata rapi dia buat berantakan agar dia bisa meminta Revan untuk merapikannya.
Winda yang melihat hal itu hanya bisa diam dan meratapi nasib Revan yang nantinya akan menghapus papan tulis yang penuh dengan coretan itu serta merapikan buku yang sebelumnya tertata rapi dibuat berantakan oleh Devika.
"Revan, ini kotor dan berantakan kamu bersihkan. Nanti kalau ada guru yang mengajar kita bisa kena marah kalau nggak rapi dan bersih," ujar Devika pada Revan.
Lagi-lagi Revan hanya mengangguk mengiyakan saja apa yang diminta oleh Devika. Dia melanjutkan menyapu lantai kelas hingga bersih dan kemudian menghapus papan sampai serta menata buku yang ada di atas meja guru.
Tepat saat Revan selesai menyapu sampai menata buku bel berbunyi dan seluruh siswa-siswi SMA Brawijaya masuk ke kelas dan duduk ditempat masing-masing untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas.
"Rintan kemana ya?" tanya Devika pada Winda.
"Iya ya kok belum datang ke sekolah, mana bel udah bunyi pasti gerbang sudah ditutup," jawab Winda sembari mengangkat kedua bahunya.
Revan yang mendengar hal itu dia merasa khawatir, bagaimana jika Rintan kena hukuman? Entahlah dia hanya bisa diam, karena percuma jika dia mengeluarkan suara, Rintan malah akan memarahinya.