Chereads / TWINS IN TROUBLE / Chapter 6 - Chapter 6

Chapter 6 - Chapter 6

Seorang gadis cantik yang tidak lain adalah siswi SMA Brawijaya sekarang tengah berdiri didepan pintu gerbang sekolah yang sudah tertutup.

"Pak tolong bukain gerbangnya, saya mau masuk ke kelas," ucap Rintan sembari memasang raut wajah cemas dan sangat khawatir jika akan kena hukuman setelah ini.

Pak satpam yang awalnya duduk langsung berdiri dari duduknya dan hanya menunjukkan kunci gembok gerbang ke Rintan.

"Ini sudah bel dan lewat 10 menit, kamu baru datang dan seenaknya minta dibukakan pintu gerbangnya. Tunggu pak Budi datang sembari bawa kemoceng buat hukum kamu," sahut pak satpam itu pada Rintan.

"Nggak pak saya nggak mau dihukum," ujar Rintan pada pak satpam.

"Ini konsekuensinya kalau kamu berangkat ke sekolah telat," ucap pak satpam itu pada Rintan.

"Ya kan kemarin malam saya banyak tugas pak," sahut Rintan beralasan.

"Tidak mungkin kamu mengerjakan tugas. Saya tau kalau semua tugas-tugas kamu itu dikerjakan sama Revan anak yang tampan baik hati dan polos yang sering kamu bully itu," ujar pak satpam pada Rintan.

"Bapak sok tau banget sih. Saya itu anak yang rajin dan mengerjakan semua tugas dengan jerih payah saya sendiri, buat apa saya repot-repot meminta Revan untuk mengerjakan tugas?" tanya Rintan pada pak satpam itu.

"Agar kamu bisa rebahan dan belanja di mall bersama dengan kedua sahabat kamu itu," jawab pak satpam yang tidak meleset.

Rintan diam dan tidak berani menjawab lagi.

"Ayolah pak.. Rintan mohon dengan sangat-sangat bapak yang baik dan manis bukain gerbangnya," pinta Rintan pada pak satpam.

Pak satpam hanya menggelengkan kepalanya pelan dan kembali mendudukkan dirinya. Pak Budi berjalan dari ruang BK menuju ke pintu gerbang dan mendapati bahwa seorang siswanya masih berdiri didepan pintu gerbang yang sudah tertutup dan memohon untuk dibukakan.

"Rintan kamu sudah telat dan harus dihukum!!" teriak pak Budi pada Rintan.

Rintan membelalakkan matanya dan memperhatikan pak Budi yang berjalan ke arahnya.

"Mampus aku.. aduh bagaimana ini? Apa kata mama nanti kalau aku dihukum sama pak Budi?" gumam Rintan sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Pak Budi sekarang sudah berdiri tepat di depan Rintan dan pak satpam yang tengah membuka pintu gerbang agar Rintan masuk dan segera mendapatkan hukuman dari pak Budi karena telat.

"Saya baru telat satu kali loh pak jadi hukumannya jangan berat-berat," ucap Rintan pada pak Budi.

"Enak aja kamu udah telat minta korting hukuman," sahut pak Budi pada Rintan.

"Iya deh pak iya," ujar Rintan pasrah menerima hukuman yang diberikan oleh pak Budi pada dirinya.

Rintan pun akhirnya dihukum hormat bendera merah putih sampai jam pelajaran pertama selesai. Devika dan Winda yang mengetahui hal itu mereka tertawa namun tidak dengan Revan yang hanya diam dan memilih untuk mengambil air minumnya dan diberikan untuk Rintan.

Revan sangat yakin pasti gadis cantik itu haus dan kepanasan setelah hormat bendera selama satu jam mata pelajaran pertama dan itu tidak sebentar. Revan berdiri dari duduknya sembari membawa sebotol air minum dan berjalan menghampiri Rintan serta memberikan minuman itu pada Rintan.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Rintan pada Revan yang sekarang tengah menyodorkan botol air minuman untuk dirinya.

"Kamu pasti haus dan kepanasan, aku beri air minum dan kamu minum sekarang agar tenggorokan kamu nggak kering," jawab Revan sembari menundukkan kepalanya pada Rintan.

Rintan melihat botol minum Revan sebentar dan kembali berbicara dengan Revan.

"Kamu kasih racun agar aku pingsan kan?" tanya Rintan pada Revan dan membuat Revan mengangkat kepalanya dan menggelengkan kepalanya.

"Nggak, ini airnya sehat dan bersih aku nggak menambahkan apa-apa didalam airnya," jawab Revan jujur pada Rintan.

"Mana mungkin Tan, pasti dia mau balas dendam karena sering kamu bully," sahut Devika pada Rintan sembari melirik sinis Revan yang hanya mendudukkan kepala.

"Ngapain masih disini? Aku udah dibawakan air minum sama Marklee, dan aku nggak butuh air minum kamu," ucap Rintan pada Revan dan membuat Revan balik badan berjalan kembali ke kelas.

Revan berniat baik kepada Rintan namun Rintan hanya membalasnya dengan makian serta omongan yang buruk seperti tadi. Revan menanggapi dengan tersenyum karena dia sudah terbiasa menerima semua itu dari Rintan.

"Seharusnya kamu terima, bukan malah ditanyain ada racunnya atau nggak," sahut Marklee pada Rintan sembari memberikan botol air mineral untuk Rintan.

"Aku maunya minum air mineral yang kamu berikan. Bukan punya si Revan tadi," ujar Rintan apa adanya pada Marklee.

"Sama aja menurut aku, sama-sama air putih," ucap Marklee pada Rintan.

"Ya udah, setelah ini kamu kembali ke kelas dan aku juga mau masuk ke kelas mengikuti jam pelajaran selanjutnya," sahut Rintan pada Marklee.

"Iya aku tinggal ke kelas, nanti ke kantin aku jemput oke?" tanya Marklee pada Rintan.

Rintan menganggukan kepalanya mengiyakan sembari mengembangkan senyumnya lebar pada Marklee. Kapten basket pacar Rintan itu, lebih sering mengelus lembut puncak kepala Rintan di manapun saat bertemu dan akan pergi seperti sekarang.

Terkadang Devika dan Winda iri ingin mempunyai pacar seperti Marklee yang perhatian kepada siapapun dan tidak peduli kaya atau miskin.

"Jomblo terus akunya, kapan ya cinta datang ke aku?" tanya Devika pada Winda.

"Takut mau datang ke kamu," jawab Winda pada Devika dan langsung melenggang pergi dari hadapan Devika.

"Mau kemana?" tanya Devika pada Winda.

"Mau ke kelas!!" jawab Winda sedikit berteriak pada Devika.

"Lah aku bagaimana? Kok aku ditinggal sih?" tanya Rintan pada Devika dan Winda.

"Buruan Rintan!!"

**

**

**

Bel istirahat berbunyi seluruh siswa-siswi SMA Brawijaya berhamburan keluar kelas menuju ke dalam kantin yang sebentar lagi akan penuh para siswa-siswi yang akan makan dan minum di kantin itu.

"Lagi-lagi penuh, si bos mana?" tanya seorang remaja laki-laki yang sekarang tengah berdiri di depan kantin dan mengedarkan seluruh pandangannya ke penjuru kantin yang sudah dipenuhi oleh para siswa-siswi SMA Brawijaya.

Remaja laki-laki itu tidak lain adalah sahabat Marklee yang bernama Dion.

"Tuh sama ibu negara," jawab Raka pada Dion sembari makan permen karet dan tersenyum tampan.

"Kampret memang si bos nggak ngajakin kita kalau mau makan ke kantin," gerutu Dion kesal pada Marklee.

"Udah percuma lo menggerutu, Marklee nggak akan peduli. Mendingan ayo ikut gabung pasti nanti kita berdua ditraktir, lumayan perut kenyang karena gratisan," sahut Raka dengan senyum santainya sembari berjalan menuju ke meja duduk yang sekarang diduduki oleh Marklee, Rintan, Devika dan Dania.

Disisi lain sekarang Revan tengah berada di perpustakaan buku untuk mengembalikan buku yang beberapa hari ini dia pinjam. Semua guru sangat baik pada Revan dan selalu memberikan apapun kebutuhan belajar untuk Revan.

Nilai yang selalu bagus perilaku yang sangat sopan, selalu menghargai siapapun itu membuat semua guru bangga dan menyukai Revan.

"Mau pinjam buku apalagi Revan?" tanya bu Vika guru perpustakaan yang masih muda yang berumur sekitar 28 thn.

"Tidak bu, besok aja saya kesini mau pinjam buku buat belajar Fisika," jawab Revan dengan ramah dan masih menundukkan kepalanya pada bu Vika.

"Baiklah, kamu boleh istirahat."