Chereads / TWINS IN TROUBLE / Chapter 35 - Chapter 35

Chapter 35 - Chapter 35

"Lain kali kalau makan camilan jangan seperti itu lagi, takutnya nggak kamu masukkan ke dalam mulut malah ke hidung," ucap Siska pada Anggika.

"Iya mah iya," sahut Anggika mengangguk mengiyakan pada mamanya.

"Ya udah, kalau gitu mama mau istirahat siang dahulu, nanti kamu juga harus tidur jangan nonton kartun terus," ujar Siska pada Anggika.

"Biar mengerjakan tugasnya lancar mah," ucap Anggika pada Siska.

"Lancar darimana?" tanya Siska pada Anggika.

"Dari Anggika sendiri mah," jawab Anggika apa adanya pada mamanya.

"Ya udah sih, kalau gitu mendingan di iya in aja,"

*

*

**

Revan sekarang tengah menyiapkan barang dagangannya untuk datang di sore hari sebab baru saja ayahnya sudah pulang dan dagangannya sudah habis karena jualan dari tadi pagi sampai siang hari ini.

Revan begitu bersemangat membantu ayahnya dan ketika dia melihat wajah lelah ayahnya, Revan bakso meminta paruh baya itu untuk segera istirahat dan membiarkan dirinya untuk melanjutkan berdagang.

Prapto mengiyakan saja apa yang dikatakan putranya itu pada dirinya dan penggunaan dia langsung menaruh tasnya di atas gerobak dan berjalan menuju ke dalam kamarnya untuk segera istirahat.

Revan merasa bahwa di siang hari yang cukup panas hari ini mengharuskan dia untuk menggunakan topi untuk berjualan. Remaja laki-laki itu bersiap sampai selesai dan akhirnya siap untuk berjualan bakso di siang hari mengelilingi kompleks pedesaan nya.

Revan perjuangan dengan semangat dan tidak pernah sehari pun remaja laki-laki merasa lelah ataupun malu. Revan malah merasa senang dan bangga pada ayahnya serta pada dirinya sendiri karena mampu bertahan hidup dengan berjualan bakso sampai bisa selaris ini.

Beberapa anak kecil berdiri di depan dan membuat Revan harus berhenti di sana. Beberapa detik kemudian seorang ibu ibu datang menghampirinya dan membeli maksudnya sembari membawa sebuah mangkok sendiri.

"Mas Revan setiap hari tambah ganteng deh, jadi suka beli bakso setiap hari," ucap ibu-ibu itu pada Revan.

"Biasa saja bu padahal," sahut Revan pada ibu itu.

"Kamu sendiri kalau itu, beda lagi sama yang memandang," ucap paruh baya itu pada Revan.

"Ya udah, iya. Terima kasih," sahut Revan pada ibu-ibu yang membeli baksonya itu.

Selesai melayani pembeli yang ada di gang pedesaan itu, Revan melanjutkan jualannya sampai matahari hampir terbenam dan kemudian dia bergegas untuk pulang dengan barang dagangan yang ada di gerobaknya habis terjual.

Remaja laki-laki itu dengan santai berjalan dengan mendorong gerobaknya itu sampai ke rumahnya. Beberapa detik kemudian mereka melihat ke atas langit dan menunjukkan bahwa mendung dan sebentar lagi mungkin akan turun hujan.

Revan perkakas membereskan gerobaknya dan mengeluarkan perawatan dagangnya ke dapur dan kemudian langsung terjadinya baru setelah itu remaja kak itu membersihkan badannya dan kembali ke dalam kamar untuk belajar.

Hari-hari berlalu dengan Revan hanya belajar dengan serius istirahat yang cukup dan membantu ayahnya sampai selesai. Prapto begitu bahagia dan sangat bangga ketika melihat putra laki-laki yang dia rawat sejak kecil sekarang sudah besar dan sangat bersemangat membantunya untuk mencari nafkah.

"Revan belum makan malam kan?" tanya Prapto pada Revan yang sekarang tanggal berganti baju di kamarnya.

"Belum yah," jawab Revan pada Prapto.

"Sekarang ayo buruan makan," ujar Prapto pada Revan.

Dengan segera Revan makan dan kemudian selesai makan langsung berjalan menuju ke kamarnya kembali untuk belajar.

Revan berjalan keluar kamarnya sudah bersih sepulang berjualan bakso keliling.

Lauk sudah berjejer rapi di atas meja makannya dan yang menyiapkan adalah ayahnya sendiri untuk dirinya segera makan.

*

*

**

Matahari bersinar terik dan membuat Anggika terusik dipagi harinya yang cerah ini. Gorden kamarnya terbuka lebar dan cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya. Gadis cantik itu mendudukan dirinya di atas kasur untuk mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di dalam mimpi.

Beberapa menit kemudian dia melihat jam alarmnya yang sudah berbunyi sedari tadi dan harusnya dia sudah bangun beberapa menit yang lalu. Namun setelah itu Anggika langsung cepat menuju ke kamarnya dan segera bergegas berganti baju seragam.

Setelah selesai bersiap-siap dengan peralatan sekolahnya gadis cantik itu kemudian berjalan keluar kamarnya dan menuruni tangga rumahnya menuju ke lantai bawah. Terlihat di sana sudah ada mamanya yang makan pagi dan menunggu dirinya yang terlalu lama menunggu.

"Kenapa baru bangun? Jam alarm berbunyi dan tidak kamu matikan, kalau bukan bibi yang memberitahu kamu agar bangun pasti kamu akan telat ke sekolah," ujar Siska pada Anggika.

"Maaf mah kemarin tidur kemalaman karena merangkum banyak tugas," sahut Anggika pada Siska.

"Kemarin malam menonton film kartun di ruang tengah dan tidak malah belajar," ucap Siska pada Anggika.

Siska hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan kemudian meminta agar putrinya itu segera makan pagi dan langsung berangkat ke sekolah.

Sementara itu di sisi lainnya tepatnya di rumah Revan remaja laki-laki itu sekarang sudah bersiap dan tengah memasukkan semua buku mata pelajaran yang akan dibawa hari ini ke dalam tasnya.

Revan berjalan menuju ke halaman belakang rumahnya dan mencari ayahnya untuk berpamitan karena dia juga sudah selesai makan pagi bersama dengan ayahnya.

Prapto terlihat dengan memotong rambut dan di halaman belakang sembari mengobrol bersama dengan buru5yang sedari tadi berkicau dengan suara yang merdu.

Selesai berpamitan kepada ayahnya, Revan kemudian bergegas untuk mengambil motornya dan menampilkannya menuju ke sekolah.

Begitu juga dengan Anggika yang selesai makan pagi bersama dengan mamanya dia bergegas untuk meminta pada sopirnya untuk segera mengantarkan dirinya ke sekolah.

Beberapa menit kemudian Anggika berangkat ke sekolahnya dan di sepanjang perjalanan dirinya bersenandung dengan mengikuti  lagu yang diputar di mobilnya itu.

Jendela mobilnya dia buka dan dia menghirup udara yang segar di pagi hari dan seluruh pepohonan serta dedaunan dan larutan hijau basa serta jalan raya juga terlihat besar sebab kemarin malam hujan.

Anggika lupa tidak membawa jaket dan saat ia keluar dari mobilnya dia baru terasa gambar suasana di pagi hari ini cukup dingin. Langkah kaki gadis cantik itu menuruni mobilnya dan saat dia sudah benar-benar turun dari mobilnya kedua persamaan di matanya mendapati seorang remaja laki-laki yang baru datang.

Siapa lagi remaja laki-laki yang berhasil mengalihkan pandangannya kalau tidak Revan. Revan baru saja sampai sembari memakai jaket karena beberapa siswa-siswi juga memakai jaket sebab cuaca di pagi hari ini cukup dingin meskipun matahari sudah bersinar terang.

Anggika berlari kecil menghampiri remaja laki-laki itu dan berniat untuk berjalan bersama menyusuri koridor menuju ke kelasnya. Namun baru saja dia menyamakan langkahnya dengan Revan, Revan malam mendahuluinya dan meninggalkan dirinya di tengah koridor.

Anggika menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal dan tidak tahu dengan apa yang dimaksudkan Revan yang mendadak seperti marah lagi pada dirinya padahal kemarin baru saja dirinya akur dan diantar pulang oleh Revan.

Anggika memilih untuk diam saja karena dia yakin nantinya dia juga akan tahu apa yang menyebabkan Revan terdiam dan kembali marah pada dirinya.