Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa berbondong-bondong menuju ke kantin untuk mengenyangkan perut mereka. Tak terkecuali dengan Cyra. Gadis gila yang sedang hijrah itu menjadi pusat perhatian seisi kantin.
"Kamu yang diliatin,aku yang risih." Kata Ifrey merasa tidak enak karena berdampingan dengan Cyra.
"Emang aku diliatin?" Tanya Cyra sembari melirik sekitarnya.
Rasanya, Ifrey ingin mengubur dirinya sendiri mendengar jawaban Cyra. Entah apa yang ada di pikiran sahabatnya hingga tak merasa menjadi pusat perhatian SATU SEKOLAHAN. Tolong camkan, satu sekolahan. Bahkan, ibu bapak guru juga termasuk kedalam golongan tersebut.
Cyra mengendikkan bahunya dan terus melangkah tanpa memperdulikan mereka. Ia hanya fokus kepada tukang bakso langganannya. Perutnya merasa lapar karena tidak sarapan. Tetapi, langkahnya terhenti saat seseorang menghadangnya. Seorang laki-laki dengan pulpen biru disaku seragamnya.
"Hai cantik, pulang bareng aku ya.." sapa nya.
Cyra hanya menatap laki-laki itu dengan dingin dan tajam lalu berusaha menghindar. Tetapi, laki-laki itu tetap saja keukeuh mengajaknya pulang bersama dengan alasan ada hal yang harus dibicarakan.
Laki-laki itu mengikutinya hingga Cyra duduk dan memesan baksonya. Sedangkan Ifrey menatap keduanya bingung. Sejak kapan mereka menjadi dekat? sejak kapan Cyra mengenal Raefal?
Merasa terganggu dengan tingkahnya, Cyra memperingati "Berisik Raefal."
Raefal tak gentar barang sedikitpun. Ia malah semakin tertantang untuk mengajak gadis itu pulang bersamanya. Rasanya sangat gemas melihat Cyra merasa terganggu dengan kehadirannya. Apalagi,tatapan dingin dan menusuk Cyra membuat jantungnya berdebar kencang.
"Kau membuatku tak nafsu makan. PERGI!" teriak Cyra membuat seisi kantin menoleh kearahnya. Mereka mulai bisik-bisik melihat Cyra yang membentak Raefal. Laki-laki yang diidam-idamkan banyak kaum hawa itu ditolak mentah-mentah oleh Cyra.
"Tapi, aku gak mau pergi gimana dong?" balas Raefal dengan ekspresi santai.
Bugh!
Sebuah pukulan mendarat mulus ke pipi Raefal. Pukulan telak dari Cyra berhasil membuat sudut bibir Raefal berdarah. Seisi kantin melongo melihatnya, beberapa juga histeris terutama Ifrey. Ia tak ingin sahabatnya mendapat masalah dengan BK lagi.
"Kamu gila Ra?"kata Ifrey.
"Bukankah kalian mengenalku sebagai gadis gila?" balas Cyra sebelum meninggalkan kantin dengan santainya.
"Rey,sahabat lo kuat juga." lirih Raefal sembari mengelap sudut bibirnya yang berdarah.
"Maaf yah kak, kakak tau sendiri dia gila malah digodain. Gini kan jadinya." sesal Ifrey melihat darah Raefal.
"Sampaikan salam cinta gue ke dia." kata Raefal sebelum akhirnya meninggalkan kan kantin dengan senyum yang terukir pada bibirnya.
***
Cyra pulang dengan muka masam. Sepertinya, untuk kedepannya ia takkan bisa hidup tenang lagi karena Raefal. Kebenciannya sangat mendarah daging terhadap laki-laki itu. Dan sekarang, kebencian itu semakin nyata dan kuat karena surat ditangannya.
Langkahnya terhenti saat melihat Mommy Civia sedang makan cemilan sembari menonton TV. Cyra mendekati mommy nya dengan perlahan berniat mengagetkan. Tetapi, tetap saja gagal karena Mommy nya adalah orang yang sangat peka.
"Ada apa sayang?" tanya Mommy Civia melihat raut masam putrinya.
"Ini buat Mommy, lagi." Cyra menyodorkan sebuah surat putih yang diberikan oleh sekolahan. Ini semua karena Raefal. Karena laki-laki itu dirinya harus mengundang orang tuanya untuk menindaklanjuti masalah kekerasan terhadap teman.
Cyra memeluk Mommy nya lalu bermanja-manja berharap Mommy Civia tidak marah. Dan jurusnya tentu saja berhasil.
"Bulan ini Mommy ke sekolahan kamu udah 4 kali sayang...sekarang apa lagi? Membantah guru? Bolos pelajaran satu minggu? Terlambat setiap hari? Menjambak rambut teman? atau apalagi yang kamu perbuat hm..?" tanya Mommy Civia sembari menatap Cyra dengan senyuman manisnya.
Ia tak suka memarahi putrinya. Bahkan, tak bisa marah. Menurutnya, memarahinya akan membuat putrinya justru semakin terjerumus kedalam hal yang salah.
"Mukul Raefal." lirih Cyra tak berani menatap Mommy Civia.
Civia terkejut. Air putih dalam mulutnya dengan susah payah ia telan. Matanya berkedip tak percaya. "Apa?" pintanya untuk Cyra mengulang.
"Mukul Raefal."
"Kamu diapain sama Raefal sayang?" tanya Civia menggebu-gebu. "Kamu gak apa-apa 'kan? Gak ada pelecehan seksual atau kamu di dizolimi?"
Cyra menggeleng cepat. Ternyata, Mommy nya memang paling baik di dunia ini karena lebih mementingkan anaknya dibandingkan apapun. Selain itu, Mommy Civia juga tidak pernah membandingkannya dengan anak tetangga.
Senyum Cyra terukir manis menatap penuh kasih Mommy Civia. "Raefal gangguin Cyra makan. Hehe.." Cyra cengengesan tanpa dosa.
Mommy Civia kembali terkejut. Ia mengelus dadanya berusaha untuk tenang menghadapi anak gadisnya "Astaghfirullah.. Ya Allah Ukhti, kamu terlalu bar-bar sayang.."
"Apa yang harus Mommy bilang sama keluarga Paman Troy dan Tante Senia?"
***
Kedatangan keluarga Raefal dan keluarga Cyra menarik perhatian banyak pihak. Mulai dari guru hingga ibu kantin berbondong-bondong melihat kedua keluarga tersebut menantikan adanya perang dunia diantara mereka.
Saat ini, semuanya sedang berada dalam ruang kepala sekolah untuk mengatasi masalah yang Cyra perbuat. Memang Cyra adalah pencari perhatian yang sangat handal.
"Jadi atas kelakuan Cyra yang menurut kami kurang sopan. Yaitu, memukul Raefal secara tiba-tiba membuat Bapak dan Ibu akhirnya diundang kemari." jelas Bapak Kepala Sekolah.
"Kamu di pukul Cyra, Fal?" tanya Om Troy.
Raefal mengangguk antusias. Sepertinya, ia cukup bangga menjadi korban dari Cyra. Gila memang.
"Terus, kamu ngelawan?" tanya Senia.
Raefal menggeleng membuat keduanya merasa lega.
Om Troy menepuk punggung anaknya beberapa kali dengan senyuman penuh arti. "Bagus, gak sia-sia Ayah sekolahin kamu."
Begitupun dengan Senia yang langsung tersenyum cerah. "Ibu mendidik kamu dengan baik."
Bapak Kepala Sekolah kebingungan melihat keluarga korban yang membanggakan anaknya.
"Cyra kenapa kamu mukul Raefal?" tanya Bapak Kepala Sekolah.
"Dia ganggu saya terlebih dahulu." kata Cyra datar.
"Bagus, nanti kapan-kapan pukul lagi Raefal biar sadar diri." timpal Troy membuat semuanya merasa bingung.
"Maafin Cyra yah," kata Mommy Civia sembari membungkuk hormat.
"Gak usah gitu. Kita kan nanti mau jadi besan." balas Troy membuat semuanya tertawa terbahak-bahak.
Sedangkan Cyra? sudah sangat muak sampai ekspresi nya melebihi datar.
***
Setelah menyelesaikan masalah ini dengan kekeluargaan, keluarga Raefal dan Cyra menyempatkan diri makan bersama di kantin sehingga menjadi Hot news di sekolahan.
Cyra dan Raefal kebetulan duduk sebelahan.
Raefal memperhatikan Cyra dengan senyum yang tak luntur sedetikpun. Bahkan, saat Cyra meliriknya tajam Raefal tetap tersenyum.
"Kamu cantik pakai jilbab." kata Raefal.
Cyra masih diam tak merespon. Jangankan merespon, melirik saja tidak.
"Tadi, kayak simulasi lamaran yah. Kedua keluarga bertemu hehe."
Cyra mulai jengah dan melirik dengan tatapan mematikan.
"Mau aku lamar kapan? atau langsung nikah aja?"