Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Cyzarine menghentikan minumnya karena tersedak saat kedua indra pendengarannya menangkap saran dari salah satu sahabatnya.
"Apa kau sudah gila, Larisa?!"
Czyarine membelalakkan matanya ke arah Larisa.
"Bisa-bisanya kau memiliki ide konyol seperti itu?!"
Cyzarine beranjak dari sofa. Ia berjalan mondar-mandir dengan tangan di pinggang.
"Ah?! Mengapa tidak, Cyza?!"
Kedua mata Larisa mengikuti gerak-gerik Cyzarine yang sedang gelisah.
"Aku baru saja bercerai dengan Vyach dalam hitungan jam. Kalian tahu?! Bagaimana respon dunia jika mengetahui bahwa seorang mantan Istri CEO Romanov Company sudah menjalin hubungan cinta dengan seorang pria?!"
Cyzarine mengutarakan isi kepalanya kepada Larisa dan Irina. Kedua sahabat yang sangat ia sayangi.
"Hmm ... rupanya kau masih mementingkan pendapat publik, Cyza?!"
Pendapat publik?! Apa yang dikatakan oleh Larisa memang benar!
Cyzarine berseru membenar perkataan Larisa. Namun, Irina dengan cepat membantah persepsi Cyzarine.
"Ingat, Cyza! Kau bukan Istri dari Vyacheslav Veselovsky Romanov. Itu artinya, kau bukan bagian dari keluarga Romanov lagi!"
Bukan hanya perkataan Irina yang berhasil membuat gadis lugu itu tercengang, tetapi begitu juga dengan tatapan sang sahabat.
"Jadi, berhentilah berpikir dan bertindak untuk mementingkan nama baik keluarga Romanov!"
Irina beranjak menghampiri Cyzarine yang terdiam di tempatnya. Ia menarik tangan Cyzarine, lalu duduk kembali di sofa tadi.
"Ah?! Aーapa yang kau lakukan, Irina?!"
Cyzarine histeris ketika Irina menarik pengikat rambut panjangnya. Ia menjauhkan dirinya dari Irina, tetapi sahabatnya tersebut justru menariknya kuat-kuat.
"Jangan bergerak, Cyza!"
Irina dengan seenaknya memberikan perintah. Ia melepaskan kacamata yang dikenakan oleh Cyzarine, lalu meletakkannya di atas meja.
"Kau harus mengubah penampilan mu, Cyza!"
Irina membiarkan rambut Cyzarine tergerai. Ia menoleh ke arah Larisa yang masih tercengang dengan perubahan pada Cyzarine.
"Bagaimana pendapatmu, Larisa?!"
Irina tersenyum lebar saat bertanya kepada Larisa.
"Kau benar-benar sangat cantik, Cyza!"
Larisa tak henti-hentinya mengagumi sang sahabat.
"Irina, bagaimana jika kitaーLarisa dan Irinaーmembawa Cyza ke salon selepas bekerja besok?"
Larisa memberikan ide kepada Irina. Dan tentu saja, Irina tidak menolak.
"Ide brilian, Larisa!"
Mendengar niat kedua sahabatnya barusan, justru membuat Cyzarine pergi menjauh dari keduanya.
Tak! Tak! Tak!
Cyzarine melangkahkan kakinya menuju ranjang berukuran king size.
"Hei, Cyza!"
Irina memanggil Cyzarine, tetapi wanita muda itu tampak enggan menoleh.
"Aku sudah mengantuk. Jika kalian ingin pulang, silakan saja dan jangan bangunkan aku!"
Cyzarine berkata dengan yakin. Ia segera naik ke ranjang tanpa memedulikan kedua sahabatnya.
"Irina, apakah menurutmu Cyza sedang melantur?"
Larisa melemparkan kalimat tanya sambil menatap Irina yang tersenyum padanya.
"Entahlah! Aku bahkan lupa bagaimana tingkah Cyza ketika dia sedang berada di bawah pengaruh alkohol! Ha ha ha!"
Larisa tertawa ketika mendengar jawaban Irina barusan. Ia beranjak dari sofa merapikan kaleng minuman yang berada di atas meja.
"Besok kamiーLarisa dan Irinaーakan datang lagi, oke! Kau beristirahatlah, Cyza!"
Irina berseru sambil meraih tas tangan yang ia bawa. Begitu juga dengan Larisa. Wanita keturunan Ukraina ini berhati lembut dan mampu menjadi tempat sandaran bagi Cyzarine juga Irina.
"Sampai bertemu besok sore, Cyza!"
Larisa berseru seraya membuka pintu kamar hotel nomor 111 di mana Cyzarine berada di dalamnya.
Brak!
Cyzarine membuka matanya lebar-lebar ketika mendengar suara pintu tertutup. Ia tidak lantas bangun dari ranjangnya, tetapi membuka lebar-lebar kedua indra pendengarannya guna memastikan bahwa kedua sahabatnya telah pergi dari kamar hotel.
"Apakah mereka sudah pergi?"
Setelah merasa cukup, Cyzarine bergegas turun dari ranjang. Ia berjalan menuju meja riasnya.
"Hei!"
Czyarine berteriak memanggil pantulan dirinya di cermin. Ia menatap wajahnya tanpa melewatkan satu bagian pun.
"Kedua mata biruku yang sayu, hidung mancung bak model papan atas, bibir mungil merah muda yang merekah, dan ...."
Cyzarine memegang satu persatu bagian wajahnya dengan kedua tangan.
"Alis tebal yang membentuk sudut di bagian ujung ...."
Cyzarine kini menyisir rambut panjang yang sangat kurang sentuhan.
"Menurut buku kecantikan yang ku baca di perpustakaan keluarga Romanov, seorang wanita dengan bentuk alis sepertiku memiliki kepribadian yang dramatis, tetapi pandai mengatur uang."
Cyzarine memperhatikan dirinya sekali lagi. Ia membiarkan rambut panjangnya berjuntai ke depan. Tanpa disadari, ia pun mengembangkan senyum di bibirnya.
"Entah harus bersikap bagaimana! Apakah aku harus membenarkan apa yang tertulis di buku kecantikan itu?! Ataukah harus masa bodoh?!"
Czyarine tersenyum dengan memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Karena sekarang, aku memiliki banyak uang berkat kebaikan hati Mama Ana dan Papa Alexei!"
Cyzarine berseru kegirangan. Bagaikan mendapatkan jackpot, wanita muda ini baru saja menjadi salah satu orang kaya baru di negaranya dengan aset yang dimilikinya sekarang ini.
"Tunggu! Bukankah Vyach akan memberikan aku uang kompensasi?! Namun, jika Ellena mengizinkannya, bukan?!"
Cyzarine beranjak dengan kecewa dari meja rias. Ia melangkahkan kakinya kembali ke ranjang.
"Uhh! Aku memang ingin sekali memperbaiki penampilan, tetapi tidak sekarang! Karena aku merasa nyaman dengan penampilan ku sekarang ini!"
Cyzarine merentangkan kedua tangan seraya menatap langit-langit kamar hotel. Benaknya dipenuhi dengan bayang-bayang masa lalu yang semestinya ia kubur dalam-dalam.
"Spokoynoy nochi, Moskva!" (Selamat malam, Moskow!)
**
Musim dingin di Rusia tahun ini, suhu kota Moskow mencapai minus 40 derajat Celcius. Cuaca dingin itulah menjadikan Cyzarine enggan bangun di pagi hari ini. Namun mau tak mau, ia duduk menatap jam dinding seraya berusaha keras untuk membuka kedua matanya perlahan.
"Hah?! Pukul 10.00 pagi waktu Moskow dan itu artinya matahari baru saja terbit sekitar 60 menit yang lalu!"
Cyzarine menarik selimutnya lagi, lalu berbaring. Ia berusaha memejamkan kedua mata.
"Ya, aku tahu bahwa aku memilih janji dengan agen properti, tetapi ... aku masih bermalas-malasan di ranjang!"
Czyarine berceloteh pada dirinya sendiri.
"Aku ingin tidur selama 30 menit ke depan."
Baru saja ia menutup rapat mulutnya, tiba-tiba bel pintu kamar hotel pun terdengar dan membuatnya tersentak.
Tring! Tring! Tring!
"Oh! Astaga!"
Cyzarine kembali terduduk. Ia tidak lantas bangun menuju pintu kamarnya, melainkan menunggu suara bel untuk kali ke dua.
Tring! Tring! Tring!
Setelah yakin dengan indra pendengarannya, Cyzarine pun sontak menurunkan kedua kakinya. Ia berjalan menuju pintu, tetapi tidak lantas membukanya.
"Oh?! Layanan kamar?!"
Czyarine ragu-ragu untuk membuka pintu kamarnya. Ya, ia sangat tidak yakin dengan apa yang baru saja ia lihat dari monitor CCTV yang terdapat tepat di samping pintu.
"Untuk apa dia datang ke kamarku?!"
Cyzarine menggigit jari telunjuk kanannya guna menghilangkan gugup. Namun, tindakannya tetap saja tidak berarti.
"Tunggu dulu!"
Tiba-tiba saja, Cyzarine teringat sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Dari mana dia tahu aku berada di sini?! Siapa yang memberitahu keberadaan ku?! Mengapa aku merasa tertipu dengan hotel ini?!"