Cyzarine: Datanglah ke Hilton Hotel kamar nomor 111!
Usai membalas pesan di grup chat bersama, Cyzarine kembali meletakkan ponselnya. Untuk kali pertama dalam hidupnya, Cyzarine merasa berguna bagi orang lain. Kini, wanita berkacamata itu sedang duduk di depan meja rias menunggu kedatangan 2 sahabat yang selalu menemaninya di saat suka dan duka.
Dddrrtt!
Ponsel Cyzarine kembali bergetar untuk yang kesekian kali. Ia tersenyum saat melihat notifikasi yang berasal dari agen properti yang ia hubungi beberapa saat yang lalu melalui akun google-nya.
"Halo?"
Cyzarine mengucapkan salam sapa kepada si penelepon. Wanita itu sangat tidak sabar untuk segera mendatangi kantor apartemen yang dilihatnya di iklan situs pencarian agen properti.
"Apakah benar, ini adalah nomor Nona Cyzarine?"
Suara wanita dari seberang sana, membuat senyum Cyzarine semakin lebar.
"Beーbenar. Saya adalah Cyzarine yang menghubungi Anda melalui email."
Cyzarine menjawab pertanyaan pertama dari sang penelepon dengan gugup.
"Terima kasih telah menghubungi Garden Embassy Arbat, Nona. Perkenalkan, nama saya adalah Yuliya Chekhov yang akan membantu Anda mencari apartemen sesuai dengan minat Anda. Jika saya boleh tahu, kapan Anda memiliki waktu luang? Mari kita membuat jadwal untuk bertemu dan membicarakannya langsung!"
Cyzarine tersenyum ketika mendengar nada ramah dari Yuliya. Ia beranjak dari meja rias menuju ranjang besar dan duduk di tepinya.
"Saya membutuhkan apartemen secepatnya. Bagaimana jika besok saja?"
"Tentu! Tentu saja, Nona Cyzarine. Beritahu saya, pukul berapa Anda akan datang ke kantor kami? Maka, saya akan bersiap-siap menyambut kedatangan Anda."
Cyzarine melirik jam dinding dan mengira-ngira pukul berapa sebaiknya ia datang ke kantor agen properti Garden Embassy Arbat.
"Karena musim dingin matahari terlambat bersinar, maka saya akan datang pukul 12.00 siang."
Cyzarine memberikan jawaban yang masuk akal. Pada musim dingin di Moskow, Rusia, matahari akan terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat.
"Baiklah, Nona Cyzarine. Sampai bertemu besok dan terima kasih."
"Ya."
Klik!
Cyzarine memutuskan sambungan telepon seiring dengan bunyi bel kamar hotelnya.
Tring! Tring! Tring!
"Oh, itu pasti merekaーLarisa dan Irina!"
Cyzarine berseru sambil beranjak dari ranjang dengan bersemangat. Wanita dengan kulit seputih salju itupun akan berusaha terlihat tegar di depan kedua sahabatnya.
"Aku harus berpura-pura kuat di depan Larisa dan Irina! Karena jika tidak, mereka akan mengkhawatirkan aku!"
Cyzarine berseru seorang diri sambil mengingat sosok kedua sahabatnya yang selalu saja mengkhawatirkan dirinya.
"Benar! Itu tidak boleh terjadi! Aku tidak boleh membuat mereka cemas!"
Cyzarine bertekad akan berpura-pura kuat menghadapi pernikahannya dengan Vyacheslav yang sudah berakhir hari ini.
Ceklek!
Pintu kamar hotel 111 terbuka perlahan. Senyum di bibir Cyzarine semakin merekah ketika melihat 2 wanita berdiri tanpa senyum yang sangat ia kenal sepanjang tahun.
"Cyza!"
"Cyza!"
Baik Larisa maupun Irina, keduanya berteriak memanggil nama sahabat mereka berbarengan sambil memeluknya.
"Apakah kau baik-baik saja?"
"Apakah kau bisa menerima kenyataan ini dengan baik? Aku pikir, itu tidaklah mudah bagimu, Cyza!"
"Apakah kau bertemu dengan wanita keji itu?"
"Apakah dia menghinamu, Cyza?"
Usai memeluk Cyzarine, kini kedua wanita yang baru saja datang itu pun memburunya dengan berbagai pertanyaan.
"Bagaimana jika kita masuk dulu?!"
Cyzarine bertanya sembari membuka lebar pintu kamar hotelnya. Ia mempersilakan kedua sahabatnya untuk masuk.
"Silakan masuk, Ladies!"
Cyzarine tertawa kecil saat Larisa dan Irina melemparkan tatapan mata terheran-heran. Ia berjalan tepat di belakang Irina.
"Jangan berpura-pura memendam kesedihanmu, Cyza! KamiーLarisa dan Irinaーselalu ada untukmu sampai kapanpun!"
Cyzarine duduk di sofa single yang menghadap ke 2 sahabatnya. Sedangkan Larisa meletakkan sebuah kantong plastik putih di atas meja dengan merek swalayan di depannya seraya berseru.
"Ha ha ha! Tenang saja! Aku tidak serapuh seperti apa yang kalian bayangkan!"
Cyzarine berseru dengan bersemangat. Ia tahu bahwa lambat laun, kedua wanita di hadapannya akan segera mengetahui apa yang sedang ia alami.
"Cyza, jangan berbohong pada diri sendiri! Kau masih memiliki rasa cinta terhadap Vyach, bukan?"
Irina membuka pertanyaan pertama dan tentunya tepat sasaran ke jantung Cyzarine.
"Ah?! Aーaku ... aku tidak sudi memberikan cintaku yang tulus kepadanya, Irina! Aku rasa, kau tahu itu, bukan?"
Irina dan Larisa menatap Cyzarine dengan tatapan tidak percaya. Irina mengerutkan keningnya ketika ia menatap Cyzarine dan menemukan kebohongan di dasar matanya.
"Lidahmu bisa berbohong pada kami, tetapi tidak dengan kedua matamu!"
Irina berseru sambil berdiri. Ia membuka kantong plastik yang dibawa Larisa tadi, lalu mengeluarkan satu persatu botol minuman bening dari dalam sana.
"Aku dan Larisa baru saja mampir ke sebuah swalayan yang berada di lantai satu hotel ini."
Irina memberikan satu botol kepada Cyzarine, lalu memberikan satu botol lagi kepada Larisa. Dan, Irina pun meraih botol miliknya.
"Mari kita minum!"
Irina mengajak Cyzarine dan Larisa untuk menikmati salah satu minuman beralkohol yang banyak dijual di Rusia.
"Mengapa kau tidak membuat Moscow Mule saja, Irina?"
Cyzarine bertanya tanpa ragu. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Moscow Mule merupakan jenis minuman yang mudah dibuat.
"Ah?! Aku tidak terpikirkan sama sekali, Cyza. Maafkan aku!"
Irina dengan cepat merespon pertanyaan Cyra. Ia menatap Cyzarine menengguk minuman botol tersebut dengan rakus.
Gluk! Gluk! Gluk!
Cyzarine mengusap bibirnya dengan lembut dengan punggung tangannya. Sedangkan kedua sahabatnya saling melemparkan pandangan.
"Kau bisa meminumnya dengan perlahan, Cyza!"
Irina menegur Cyzarine karena ia takut sahabatnya akan tersedak dan cepat tidak sadarkan diri.
"Ya, Irina benar."
Larisa membenarkan perkataan Irina sambil mengangkat kedua bahu ketika Irina menatapnya.
"Kalian tenang saja! Aku sangat bersemangat karena sudah lama sekali aku tidak menikmati Vodka senikmat ini!"
Cyzarine tersenyum lebar. Ia meletakkan botol minumannya di atas meja.
"Lalu, apa rencana mu selanjutnya, Cyza?"
Larisa bertanya usai menikmati Vodka miliknya. Ia menatap Cyzarine yang sedang menyandarkan tubuhnya dan mengangkat kedua kakinya ke atas sofa.
"Entahlah."
Cyzarine menjawab pertanyaan Larisa dengan santai tanpa gairah.
"Jangan katakan padaku bahwa kau tidak memiliki rencana masa depan, Cyza!"
Irina berseru sambil membuka mantelnya dan menyalakan perapian tepat di belakang sofa panjang yang ia duduki tadi bersama Larisa.
"Aku belum memiliki rencana, lebih tepatnya seperti itu!"
Cyzarine memperbaiki kalimat Irina yang memiliki makna negatif di dalamnya.
"Namun, sampai kapan kau terus seperti itu, Cyza?! Kau harus memiliki rencana dan menyusun masa depan dari sekarang! Jangan sia-siakan masa muda yang hanya terjadi satu kali dalam hidup!"
Irina memang memiliki gejolak emosi lebih tinggi daripada Cyzarine dan Larisa. Meskipun ketiganya memiliki perbedaan usia 1 tahun, tetapi tidak merenggangkan ikatan persahabatan mereka.
"Bagaimana jika kau ikut biro jodoh online saja, Cyza?"