Walaupun ini punya abangku sendiri, enggak ada perlakuan istimewa karena bagi Bang Dito semua sama, sama sama cari uang.
Sedangkan Abangku yang kedua bernama Arman Saputra. Dia bekerja di sebuah pabrik tekstil.
Kedua abangku sama sama gila kerja. Seperti sekarang Bang Dito pasti ketiduran di kantor, sedangkan Bang Arman hari ini ada pelatihan soal apa itu aku kurang tahu.
Walaupun mereka berdua sama sama gila kerja, tapi masih menyempatkan waktu buat tanya kabar Ayah, Ibu dan aku.
***
Tepat seperti dugaanku hari ini lagi lagi Bang Dito ketiduran di kantor. Kalau di tanya pasti jawabannya gini. "Lisa adek abang yang paling cuantik. Disini ada 20 orang karyawan yang menggantungkan hidupnya di sini. Jadi abangmu ini akan selalu mengusahakan biar kantor ini tetap maju."
Aku heran dengan Bang Dito kenapa sih harus gila kerja, di umur yang menginjak 33 tahun belum memikirkan jodoh jangan jodoh, gebetan aja dia kagak punya.
Perbedaan umurku dengan Bang Dito selisih 9 tahun, kalau dengan Bang Arman cuman selisih 3 tahun. Bisa tebak sendiri yak umurku sekarang berapa tahun. Yups, umurku sekarang 24 tahun.
"Pagi abangku sayang kenapa tidur di sini? Kasur rumah kurang nyaman ya?" aku paling sebel kalau kedua abangku ga tidur di rumah.
"Hemm apa sih Dek? Abang masih ngantuk nih, semalem ketiduran habis nyelesaikan desainnya Kang Doni." ujar Bang Dito sambil meraih ponselnya.
"Sana gih mandi, ini tadi aku bawain baju buat Abang. Tadi juga ada bekal dari Ibuk." sambil mengambil baju dan bekal yang udah di siapin Ibu.
Flashback
"Dek, nanti tolong bawain Bang Dito baju sama bekal ya. Pasti tuh anak belum makan."
"Iya Buk, emang yak kedua abangku rumah ternyaman ya di kantor bukan di rumah. Awas aja kalau mereka pada pulang." Gerutuku
***
Flash on
Pintu kamar mandipun terbuka pertanda Bang Dito sudah selesai. Aku menciapkan piring dan peralatan makan dia. Bang Dito paling suka kalau Ibuk masak telur setengah mateng.
"Dek, nanti jam 9 ikut Abang ketemu client di cafe yak." katanya sambil mengunyah.
Selain jadi editor aku juga merangkap sebagai asistennya Bang Dito. Bekerja di bidang desain memang banyak di kantor daripada di luar tapi berhubung Bang Dito selalu menjaga pandangannya dia selalu memintaku buat menemaninya kalau clientnya perempuan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam Al Quran memerintahkan ummat Islam untuk menjaga pandangannya.
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat," (QS. An-Nur [24] : 30).
Beda banget sama aku, yang susah sekali dalam menjaga pandangan. "Ampuni Lisa Ya Allah" ucapku dalam hati.
"Emang siapa clientnya ini Bang? Perempuannya cantik yak?" godaku sambil menoel ke wajahnya.
"Bukan perempuan kok tapi dia laki laki." ucapnya sambil mencuci tangan.
"Lah kalau laki laki ngapain aku ikut Bang? Abang kan enggak perlu aku dong."
"Enggak apa apa dong sekali kali Abang ngajak kamu. Mau Abang kenalin ke temen Abang kalau adik Bang Dito ini cantik pakai banget."
"Ish enggak ah Bang, aku di kantor aja. Editanku masih banyak yang belum selesai. Inget Bang tidak boleh menyalahgunakan jabatan." tegurku pada Bang Dito
"Iya Bang Dito tahu kok dek cuman ini kan sekalian dia mau lihat hasil desainnya dan kalau misal ada yang kurang sreg kan bisa langsung kamu revisi di tepat." cengirnya sambil memainkan bolpoin.
Bang Dito menghela nafasnya seperti enggak puas dengan jawaban yang gue berikan makanya di lebih memilih pergi ketimbang duduk cantik bersama Adek tercintanya. Emang nih gue punya Abang kelakuhannya suka aneh kadang ingin menjodohkan Adeknya sama temennya sendiri tapi Abangnya aja sampai sekarang belum punya sandaran hati.
Gue kadang berfikiran untuk mencarikan pasangan untuk kedua Abangnya tapi sayang gue sendiri enggak punya temen perempuan yang agamanya baik, ada sih sahabat gue tapi kan kelakuhan dia absurd banget dan enggak bakalan bisa menyesuaikan diri dengan kelakuhan Abang gue yang sangat aneh.
Pekerjaan ini walau sebenarnya sepele tapi mampu bikin Lisa capeknya banget. Andai aja di rumahnya ada tukang pijit gratis dan dia adalah perempuan pasti bakalan nunggu yang paling terdepan tapi sayang banget gak ada tukang pijit gratis.
"Bang... ayok pulang udah saatnya kita pulang nih." jam menunjukkan pukul lima sore dan ini saatnya bagi karyawan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Dito yang lagi konsen dengan kertas-kertas yang ada dimeja tampak menghiraukan ucapan Adeknya. "Nanti aja Dek ini Abang masih sibuk kok, kamu kalau mau pulang gapapa duluan aja."
Kebiasaan banget Dito selalu lebih mementingkan pekerjaan daripada harus mementingkan tubuhnya sendiri.
"Adek enggak mau pulang kalau Abang juga enggak mau pulang sekarang juga." Lisa mencoba membujuk Abangnya.
Masalahnya sudah dua hari ini Dito belum pulang dan lebih suka tidur di kantor daripada dirumah. Sementara orang tua mereka mengeluh karena anak laki-laki mereka enggak pernah pulang ke rumah, kalau gini ceritanya Lisa bisa kena amuk sama orang tuanya.
"Adek pulang aja kasihan orang tua kita nunggu anak perempuannya belum pulang." ucap Dito santai sambil mengerjakan desain yang masih belum selesai.
"No... aku mau pulang kalau Abang juga pulang." jawab Lisa dengan kekeuh sambil duduk di kursi dekat meja kerjanya Dito.
Dito menghela nafas panjang. "Iya... iya... iya. Bentar lagi Abang juga pulang kok, perlu Abang pesankan camilan Dek?" tanya Dito mengalah.
Dito paling enggak tega kalau misalkan Adeknya ini harus nunggu dirinya tapi tanpa ada camilan di depannya. Tapi berhubung Lisa lagi diet selalu ditolak ajakan Dito untuk beli camilan.
"Enggak mau Bang, aku kan mau diet biar langsing nanti kalau sudah langsing banyak deh laki-laki yang mau sama Adek Abang yang cantiknya Ma Sya Allah." ucap Lisa dengan penuh percaya diri.
"Diet apaan sih Dek, kamu udah kurus loh mau sekurus apa nih? Bisa-bisa nanti Adek Abang ini jadi mirip manekin tapi kalau manekin kan cantik dan putih." ledek Dito disela nasehatnya.
Dito paling enggak suka kalau lihat Lisa pakai acara diet karena menurutnya Lisa sudah langsing bisa-bisa kalau pakai acara diet nanti tambah kurus meronta.
Hari ini cukup melelahkan buat Lisa setiap dua jam sekali pekerjaan bertambah lagi, di suruh mengedit inilah mengedit itulah hampir bikin Lisa ingin menangis saat ini juga. Biasaanya juga enggak pernah sebanyak ini, pasti gara-gara Abangnya yang sangat maruk mengambil semua yang di inginkan sama client.