"Nes? Gimana kamu mau move on coba? Kalo kerajaanmu tiap hari datang ke tempat-tempat penuh kenangan!" ujar wanita bernama Lulu itu tak lama setelah mobil berwarna abu-abu metalik milik Agnes berjalan.
Sore yang cerah, warna jingga telah mengiasi langit pertanda matahari akan segera terganti dengan bulan untuk sementara waktu.
Mobil ternama yang dikendarai oleh dua wanita cantik itu membelah kota. Mereka adalah Margaretha Agnesia Christina Bautista dan Luluk Andila ! Sore itu, sepulang bekerja dari rumah sakit, wanita yang biasa dipanggil Agnes itu meminta sahabatnya untuk menemani dirinya ke suatu tempat.
Seperti hari-hari sebelumnya, ia selalu ingin pergi ke tempat yang pernah jadi saksi dari kisah dua insan yang saling mencintai. Tempat yang ia datangi ini adalah satu-satunya tempat yang belum pernah ia kunjungi setelah tragedi tujuh tahun lalu.
Hari ini, entah perasaan apa yang ia sedang rasakan. Ia memberanikan diri untuk mengunjungi tempat itu setelah terakhir ia pergi di hari ulang tahun lelaki yang sangat ia cintai.
"Aku tuh nggak bisa move on dari Reyhan, Lu!"
Suara helaan nafas terdengar begitu jelas. "Tapi, kita nggak bisa nemuin keberadaan Reyhan sama sekali? Iya sih, dia masih hidup tapi dimana sekarang?"
Pertanyaan itu, bukan yang pertama kali didengar oleh telinga Agnes, wanita yang berprofesi sebagai dokter bedah umum.
Ia hanya bisa menghela nafas sambil menatap lama orang yang bertanya padanya. Selama ini ia memang tidak pernah menjelaskan secara detail apa penyebabnya. Tapi, entah kenapa pertanyaan kesekian kalinya ini menggugah hatinya untuk menjelaskan.
"Kadang, beberapa pertanyaan memang tak memiliki jawab. Tapi, jika memang harus ku jawab ... jawaban sangatlah klasik," seru Agnes membuang pandangannya pada lurus jalanan pada sore hari itu.
"Seklasik apa sampai bertahun-tahun kamu bertahan dengan perasaan yang sama dan orang yang sama dan dengan harapan yang sama! Reyhan menghilang tujuh tahun, terus kamu masih berharap dia datangi?"
"Sebesar itu rasa cintamu buat Reyhan, Nes? Sudah tujuh tahun dia pergi tapi kamu ... maafkan kami, Nes." Lulu membatin, ia sungguh sakit melihat penderitaan Agnes selama ini. Tapi, ia tidak bisa berbuat banyak.
Menoleh sesaat, lalu pandangan kembali pada macetnya jalanan. "Kehadiran seseorang yang paling membekas bukan saat kamu sedang bahagia tapi saat kamu sedang berduka! Dan saat masa sulit itu, Reyhan ada di sana menemani setiap hariku! Kalau memang Reyhan masih hidup aku nggak masalah kalo harus nunggu dia balik!"
Menjawab pertanyaan itu membuat Agnes kembali pada beberapa tahun yang lalu saat ia masih sekolah dasar.
"Saat bahkan keluarga tak percaya padamu, membuatmu seakan menjadi orang paling menyedihkan di dunia lalu seseorang datang, percaya padamu dan menjadikanmu prioritasnya."
Agnes tersenyum mengingat betapa manisnya kenangan bersama Reyhan. Meskipun tak selalu tawa tapi setidaknya satu-satunya hal yang membuatnya bersyukur berada di keadaan itu adalah kehadiran Reyhan.
"Dia memang tak selalu membuatku bahagia tapi dia selalu menghapus air mataku dan berusaha membuatku tersenyum. Saat tak ada yang mau berteman dengan gadis kecil yang cupu saat itu, dia melindungiku, tak membiarkan seorangpun menggangguku."
Agnes menoleh pada orang yang bertanya itu sambil tersenyum. "Masih panjang jawabanku, masih mau dengar?"
Luluk yang tak lain adalah sahabatnya itu mengangguk. Ia terlihat sangat antusias mendengarkan cerita Agnes karena ini pertama kalinya Agnes mengatakan alasannya. Selama ini, ia hanya tahu Agnes sangat mencintai lelaki yang selalu ia panggil Reyhan.
"Aku sangat merasa bahagia dan aman berada di dekatnya. Dia tak punya catatan negatif diingatanku, dia tak punya rekam jejak yang jahat di kehidupanku, dia salah satu dari dua orang lelaki yang tidak pernah menyakiti selama aku bersama mereka. Lalu dengan semua itu? Bagaimana aku harus melupakan dia dan menggantinya dengan orang yang mungkin saja melukaiku?"
***
Pukul 22.00 P.M ...
Agnes, perempuan cantik berusia 27 tahun itu masuk ke dalam kamarnya yang bernuansa monokrom. Ia melepaskan snellinya, melempar tas di sembarang tempat lalu melesat masuk ke dalam kamar mandi.
20 menit berlalu ...
Agnes keluar dari kamar mandi setelah ritualnya membersihkan diri sebelum beristirahat. Setelah itu, Agnes menghempaskan dirinya di kasur mencoba memejamkan matanya. Rasa lelah dan kantuk mulai menghampiri tapi, Agnes belum bisa memejamkan matanya. Ia terus menatap langit-langit kamarnya, mengingat apa yang sepanjang perjalanan tadi ia ucapkan.
"Apa semua alasan itu cukup untuk kamu kembali, Rey?"
Kalau bisa dia memutar waktu, ia tidak ingin kehilangan Reyhan, laki-laki yang paling ia cintai setelah ayahnya. Karena baginya, kehilangan Reyhan adalah patah hati yang paling menyakitinya. Apalagi, Reyhan pergi karena menyelamatkan dirinya.
Agnes kemudian bangkit dari tidurnya, menuju meja kerja di sudut kamar, ia duduk di kursi yang selalu menjadi tempatnya mengenang semua hal tentang Reyhan, ia meraih buku diary berwarna hitam metalik itu, membuka lembaran kosong di sana lalu mengisinya dengan perasaannya hari itu.
Diary, 23 Juli ...
Reyhan Aditama Putra Wijaya, selamat ulang tahun untuk yang kesekian kalinya, Rey ...
Sudah 7 tahun berlalu, ku pikir perasaanku akan berubah seiring berjalannya waktu.
Ku pikir aku tidak akan terus mencintai dan bisa berpaling pada yang lain.
Tapi, nyatanya rasa ini terlalu besar untukmu ...
Berulang kali ku coba melepaskan diri dari belenggu cinta ini tapi aku tak berdaya.
Reyhan Aditama Putra Wijaya ....
Penyesalan terbesar dalam hidupku adalah ketika aku menyanggupi janji untuk terus menjadi sahabatmu.
Andai waktu bisa ku putar kembali, rasanya ingin ku tarik semua perkataan itu dan memintamu untuk berjanji akan menikahi ku, jika aku tahu akau akan mencintaimu sedalam ini.
Reyhan Aditama Putra Wijaya ....
Banyak yang menyarankan agar aku mengatakan terus terang padamu tentang perasaan ini.
Tapi, kau mengenalku lebih dari mereka, kau tahu ketakutanku!
Maaf, jika aku belum berani atau bahkan mungkin tidak akan pernah berani.
Aku takut jika nanti kita bertemu dan aku memaksakan untuk mengatakan semuanya padamu, aku akan kembali kehilanganmu selamanya.
Reyhan, kamu di mana sekarang? Rasa rindu yang selama ini ku tumpuk tak lagi kuat ku topang.
Aku merindukanmu!
***
Malam ini kembali seperti malam-malam sebelumnya jika tidak bisa tidur, Agnes akan meraih foto dirinya dan Reyhan. Ia memandangi foto itu lekat, mengamati wajah Reyhan yang selalu ia rindukan.
Terlihat senyum simpul dari bibir Agnes. Senyum itu terlihat sangat penuh dengan kerinduan dan harapan untuk bisa berjumpa dengan Reyhan.
"Mencintai sahabat sendiri bukanlah keinginanku tapi tidak juga ada penyesalan karena memiliki perasaan ini."
"Selama ini kita bahagia bahkan kita tahu kita saling mencintai hingga kejadian malam itu membuatku kehilangan kamu," gumam wanita cantik yang sedang menitihkan air mata itu.
****
CONTINUE ...
*****
Hai ...
Its Me, BIGEL ....
This is my first story di web novel.
Hopefully you guys enjoy the story...
Thanks You so much.