"Anna, kamu bisa kembali dulu! Nanti saya menyusul," ujar Agnes setelah menyelesaikan visitnya siang itu.
"Baik, Dok," saut Anna lalu mendekati Agnes. "Jangan lupa ya, Dok. Jam dua ada operasi," lanjut Anna.
Agnes mengangguk. "Iya."
"Kalo gitu Anna duluan," ujar Anna berlalu dari hadapan Agnes. "Tante masih dua hari lagi kan operasinya?"
"Kakak kok tau mama mau operasi?" tanya Keisya.
Agnes tersenyum. "Nanya sama rumput yang bergoyang," seru Agnes.
Keisya melonggo mendengar jawaban Agnes. "Kak, Keisya tanya serius loh ...."
"Ya, kakak kan dokter penanggung jawab Tante Karin selama dokter Brian cuti," ujar Agnes sambil menoleh pada Karina sekilas.
"Nah gitu dong serius jawabanya."
"Males ah, serius-serius ... kalo ujungnya nggak jadi juga," cetus Agnes santai.
"Ck! Pantes ... Masih jomblo sampe sekarang kan?" ledek Keisya pada Agnes. "Tapi, nggak apa-apa. Malah bagus, kan aku maunya punya kakak ipar kaya ka Agnes," seru Keisya.
Agnes terkekeh melihat wajah Keisya yang senyum-senyum sendiri. "Kenapa senyum-senyum sendiri, aku sih nggak mau punya adik ipar kaya kamu," ujar Agnes meledek Keisya.
"Ish, jahat banget sih! Aku kan cantik, imut, baik hati ... masa kakak nggak mau?" seru Keisya membuat ekspresi puppy eyes di wajahnya.
Agnes memutar bola matanya. "Gimana ya?" gumam Agnes berpikir, lalu ia tak sengaja
melirik jam tangannya. Raut wajahnya berubah kaget saat ia menyadari bahwa masih ada kerjaan yang menunggu. "Ya ampun, aku baru sadar udah jam setengah dua. Karena aku udah cukup lama di sini dan masih ada kerjaan yang menunggu, jadi aku balik dulu."
"Nanti dulu, Kak," tahan Keisya dengan raut wajah yang sendu."Kakak belum peluk Keisya lama-lama dari kemarin pas ketemu," protes Keisya membuat Agnes melebarkan tangannya pada Keisya.
Baru saja hendak memeluk Keisya, pintu terbuka. Agnes dan yang lainnya mengalihkan pandangan pada Reyhan dan seorang wanita yang sama dengan beberapa hari lalu berdiri di depan pintu, wanita itu melihat kearah Agnes dengan tatapan bingung.
Agnes menatap wanita itu sebentar lalu melihat ke arah Rey sejenak sebelum mengalihkan matanya melihat perubahan raut wajah Keisya.
"Ngapain sih tu nenek lampir disini!" decak Keisya terdengar sangat sebal.
'Apa ini cewek yang dimaksud sebagai pacar Reyhan?'
Reyhan bersama Sarah menghampiri ranjang Karina. Terlihat jelas di mata Agnes bagaimana Sarah menyalami Karina dan disambut hangat oleh Karina.
'Tante Karina sepertinya sudah dekat sekali dengan dia.'
"Kamu udah lama di sini?" tanya Reyhan pada Agnes yang sedang memperhatikan Karina.
Agnes tersenyum sekilas. "Enggak juga, aku cuma kunjungan aja. Ini juga mau balik," seru Agnes.
"Ini siapa?"
"Sayang, kenalin ini Agnes, sahabat masa kecil aku yang pernah aku ceritain."
"Agnes, ini Sarah ... pacar aku," ujar Reyhan memperkenalkan keduanya.
"Hai, aku temennya Reyhan waktu sekolah."
Agnes tersenyum kikuk. Rasanya bibirnya tak sanggup mengukir senyum setelah mendengar Reyhan memanggil wanita itu dengan sebutan 'Sayang'.
Perasaan dalam hatinya seketika juga berkecamuk! Penyesalan tiba-tiba menyeruak dalam hatinya, kenapa ia harus bertahan di ruangan itu padahal visitnya telah usai? Jika saja ia langsung pergi dari ruangan dan mengurus pekerjaannya yang lain, pasti ia tidak akan bertemu pacar Reyhan. Ia merutuki kebodohannya sendiri, cemburu pada sesuatu yang bukan miliknya.
Jangan tanya hatinya, sudah pasti sakit rasanya melihat orang yang begitu ia sayangi dan ia tunggu ternyata kembali bersama wanita lain. Bayangkan saja sendiri!
"Oh ya! Hai, aku Sarah pacar Rey, sorry nama kamu?" tanya Sarah seraya mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Agnes mengangguk, ia berusaha bersikap biasa saja. Padahal, dalam hatinya ia hendak berteriak setelah mengetahui Reyhan telah memiliki kekasih. Ingin rasanya pelupuk matanya itu menumpuk butiran-butiran bening yang menunjukkan betapa rapuh dirinya.
'Jadi benar, wanita yang selama ini aku lihat adalah pacar Reyhan.'
Bak sambaran gledek menghujam tepat di ulu hati Agnes. Mendengar seorang wanita mengakui dirinya sebagai kekasih dari orang yang ia cintai membuat dadanya seketika sesak. Mengetahui fakta yang selama ini tidak ingin ia percaya membuatnya seperti dalam ruang hampa, sesak dan hampir tak memberi udara untuk bernafas.
Iri? Cemburu? Dan Marah! Tentu saja semua perasaan itu mendadak muncul ke permukaan hatinya, Agnes kan hanya manusia biasa yang bisa merasakan sakit hati. Namun, dengan susah payah pula Agnes berusaha terlihat biasa saja.
"Aku Margaretha Agnesia Christin panggil saja Agnes atau Dokter Agnes." Dengan segala kemampuannya Agnes menerima jabatan tangan Sarah.
Entah kenapa, Agnes memberitahu Sarah kalau dirinya seorang dokter. Terkesan sombong, namun bukan kehendaknya melakukan itu. Ia hanya sedang kesal dan ia pun tidak tahu kenapa ia melakukan itu.
"Senang bertemu denganmu, Agnes. Aku harap kita bisa berteman baik ya." Sarah melepaskan jabatan tangannya lalu beralih bergelayut manja di lengan Rey.
Agnes hanya tersenyum tipis, ia berusaha senetral mungkin menghadapi kenyataan di depannya.
Sarah seakan ingin menunjukkan kemesraannya di hadapan Agnes. Entah sengaja atau memang dia semanja itu dengan Reyhan. Agnes tidak paham! Tapi, melihat hal itu ... tentu saja Agnes terbakar api cemburu.
Agnes hanya bisa memperhatikan adegan mesra yang tersaji di hadapannya. Ia tidak bisa melakukan apapun, jika ia pergi sekarang? Terlihat sekali ia tidak suka keberadaan Sarah di sana. Namun, jika ia tidak pergi ... apa kabar hatinya?
"Eh, Kak ... Kakak belum makan siang kan? Em, kita ke kantin yuk! Aku males di sini, panas ...," seru Keisya menggandeng tangan Agnes.
Agnes menoleh pada Keisya, sorot matanya seakan mengucapkan terimakasih. "Em, sorry sayang! Tapi, kakak ada jadwal operasi 15 menit lagi," jelas Agnes sambil melihat arloji di tangannya.
"Oke deh! Aku ke kantin nunggu kakak selesai operasi aja ... sekarang, keluar bareng yokk! Aku mau ke taman."
Agnes mengangguk. "Kalau gitu, Agnes permisi dulu ya, Tan."
Karina mengangguk, sedari tadi dirinya memperhatikan Agnes. Ia bahkan melihat bagaimana perubahan wajah Agnes saat mendengar Reyhan memperkenalkan kekasihnya.
"Iya, Sayang ... Nanti ke sini lagi ya," ucap Karina di angguki oleh Agnes.
"Gue permisi," ucap Agnes lalu melewati Reyhan tanpa membalas tatapan Reyhan.
*****
Setelah kepergian Agnes, Reyhan terlihat bingung dan menatap punggung Agnes sampai wanita itu tak terlihat lagi.
"Gue? Biasanya Agnes cuma ngomong gue kalo dia lagi marah, sebel, bete ... Apa sekarang Agnes juga marah?" batin Reyhan.
Nampaknya respon Agnes benar-benar mengganggu pikirannya. Dan kini, ingatan Reyhan kembali pada saat Ricky memarahinya.
Flashback
Ruang interogasi! Seperti kata-kata itu cocok untuk menyebut ruang kerja Reyhan yang selalu menjadi tempat interogasi dan tempat Ricky mengomeli lelaki bernama Reyhan itu.
"Sudah seribu satu kali gue bilang sama lo, kalo Lo Cinta sama Agnes! Please jaga dia baik-baik, usahanya untuk bisa bertahan setelah kepergian lo, gue yakin bukan hal yang mudah!"
"Tapi, Rick! Semua itu nggak bisa gitu aja terjadi... Terlalu beresiko kalo gue deket-deket terus sama dia tanpa ada jeda," ujar Reyhan menghembuskan nafas berat.
"Rey! Lo kan bisa mikir, atur skenario kek... pindahin nyokap ke tempat kerja Agnes! Pasti secara alami lo bakalan ketemu sama dia!"
"Tapi Rick, apa lo yakin dia nggak akan marah atau benci sama gue karena ternyata gue masih hidup tapi nggak ngehubungin dia sama sekali?"
Ricky menghela nafas jengah. "Denger, pasang telinga baik-baik! Seseorang yang mencintai merindukan kita mengharapkan kita kembali. Jadi, mana mungkin mereka marah jika kita kembali? Lagipula kamu pasti sangat paham dengan sifat dan karakter Agnes."
Reyhan mengangguk. "Agnes emang nggak pernah marah sih, paling kalo dia marah ... cara bicaranya doang yang berubah," ujar Reyhan.
"Nah, itu lo tahu! Jadi seharusnya lo bisa tahu dong karakternya! Kapan dia marah, kapan dia senang, kapan dia sedih! Seharusnya itu bukan hal yang sulit lo prediksi."
"Sayang, kamu kenapa?" seru Sarah membuyarkan lamunan Reyhan.
"Eh, enggak! Aku lagi nginget-nginget ... harusnya aku tuh ada meeting dengan Ricky sebentar lagi," kilah Reyhan berbohong.
"Oh, kamu ada meeting? Ya udah, Aku ikut ya?" ujar Sarah sambil bergelendotan di lengan Reyhan.
Reyhan melepaskan tangan Sarah dari lengannya sambil tersenyum. "Nggak usah, kamu di sini aja ya? Sekalian temenin mama," ucap Reyhan lalu menyalami tangan Karina dan pergi dari ruangan itu tanpa menunggu reaksi Sarah.
"Sebaiknya aku temui Agnes dulu, aku nggak mau dia marah atau kesel sama aku. Apalagi dia susah banget dibujuk kalo udah ngambek," batin Reyhan saat berjalan menjauh dari ruangan Karina.
*****
CONTINUE ...
Thank you;))