"Jadi yang dibilang Manda itu bener? Reyhan ada di rumah sakit ini juga?"
Agnes mengangguk. "Iya, hari Minggu besok nyokapnya operasi angioplasty ...," jawab Agnes sambil berjalan menuju parkiran.
"Terus gimana?" tanya Raka melirik sahabatnya itu sekilas.
"Gimana apanya?" tanya Agnes seadanya.
"Ya gimana? Lo udah ketemu sama dia?" seru Raka.
"Udah."
"Ck! Singkat padat jelas! Ya udah, gue duluan ... nanti lo harus cerita pokoknya!" ujar Raka lalu memasuki mobilnya.
Agnes mengangguk lalu memasuki mobilnya. Cukup lama ia berdiam diri tanpa menjalankan mobilnya sebelum akhirnya ia meninggalkan area rumah sakit dan pulang ke rumah.
****
"Pagi sayang," sapa Ken Papa Agnes yang berada di meja makan.
"Pagi juga Ma, Pa," sapa Agnes mengecup mama dan papanya seperti biasa.
"Gimana nes? Kerjanya enak, nak?" tanya Ken membuka percakapan sambil menghabiskan sarapannya.
Agnes mengangguk."Lumayan menguras tenaga sih pa, tapi menyenangkan," jawabnya sambil mangangkat tangannya menunjukan simbol sedikit.
"Kalo nggak salah masa uji coba kamu sebentar lagi kan ya selesainya?"
"Iya pah, bentar lagi!"
"Terus gimana. Tawaran om nggak kamu tolak kan? biar sekalian kamu pantau gimana disana, gimana?"
"Rencananya sih mau Agnes tolak, tapi berhubung yang minta om kesayangan Agnes jadi ya Agnes okein aja, sekalian Agnes mau berantas orang-orang yang suka ngelakuin perundungan sama dokter-dokter muda disana."
Luna mengerutkan dahinya bingung. "Emang ada ya Nes yang perundungan gitu di sana?"
Agnes mengangguk. Ia mengehentikan makannya lalu beralih menatap Luna. "Ada mah, perundungan materi ... beberapa kali Agnes nggak sengaja liat ada yang nyuruh-nyuruh dokter muda yang lagi coas, intership atau residen buat beliin apa yang mereka mau."
"Pah, rumah sakit kalian tuh, masa ada yang kaya gitu."
"Papah juga ngak tau, mah. Nanti papah urus deh," ucap Ken.
"Ada dokter gantengnya nggak, Nes?"
Agnes berpura-pura mengingat lalu kemudian menggeleng. "Nggak ada yang seganteng papa!" cengir Agnes membuat papanya tersenyum.
"Baguslah, emang Papa kan nggak ada tandingannya," seru Ken percaya diri membuat Agnes memutar bola matanya malas.
"Hadehhh ...,"
"Ya udah papa berangkat duluan ya," ucap papa sambil mengelap mulutnya dan berdiri mengecup istri dan anaknya lalu pergi kekantor.
"Loh, tumben Mama nggak nemenin Papa ke kantor?" tanya Agnes melihat Papanya pergi ke depan dan Mamanya pergi ke dapur.
"Iya, nanti Mama mau ke butik dulu," saut Luna.
"Ya udah, Ma ... Agnes juga berangkat ya, udah hampir telat nih," pamit Agnes sedikit berteriak karena mama sedang berada di dapur.
"Ia nak! Hati-hati ya," jawab Mama Luna berteriak.
***
"Rey mending kamu pulang deh jemput papa, sekalian anter tuh pacar kamu pulang, kasian pagi-pagi udah di sini," ucap seorang ibu yang terbaring di ranjang rumah sakit sambil menatap gadis yang menjadi pacar Rey dengan senyum tulus khas seorang ibu.
"Tapi mah, kalo Rey pulang siapa yang jagain mamah?"
"Iya tante, aku nggak apa-apa kok! Kita disini aja dulu," ucap Sarah lembut.
"Ishh, sok baik! Jangan lupa disini gue yang dari kemarin-kemarin jagain mamah, bukan lo kak!!!" desis Keisya adik Rey dengan memberikan penekanan diakhir kalimatnya.
Rey menatap Keisya sendu entah mengapa sejak ia berpacaran dengan Sarah sang adik tidak pernah lagi lembut padanya. "Udahlah anter aja cewek lo tuh udah mulai gelisah, gak betah kali sama kita, yakan ka Vano?" decak Keisya lantas memutar bola matanya malas lalu bangkit mendekati ranjang sang ibu.
Devano adalah adik lelaki Reyhan yang berkuliah di Singapura dan tadi malam ia sampai di Indonesia karena mendengar kabar ibunya akan dioperasi.
"Gak usah sok gak enak gitu lah ka, kalo mau pergi pergi aja biasanya juga nggak disini aja kok. Pacar lo kan lebih penting dari kita," ucap Devano dingin, ia menyusul Keisya menghampiri ibunya.
"Kalian kan tau kakak kerja keras buat biaya berobat mama," ucap Rey lirih.
"Sebelum lo pacaran sama tu cewek mungkin gue masih bisa percaya lo kerja buat nyokap, tapi setelahnya gue ragu ... sangat !" ucap Keisya dingin.
"Hem ... gak usah sok ngomong kerja keras, mana hasilnya? Biaya berobat mama masih ditanggung papa 100%," sentak Devano menyeringai tanpa menatap kakaknya itu.
Keisya menyeringgai. "Itu kak Vano liat dong ceweknya, mungkin hasilnya lari ke situ semua!" Keisya lalu tertawa renyah di ikuti Devano.
Reyhan benar-benar tak paham dengan kedua adiknya itu. Mereka seperti sangat membenci Sarah, seolah perempuan yang menjadi kekasihnya itu melakukan kesalahan vatal dan jahat.
"Cukup! Keisya, Vano kalian nggak boleh kaya gitu dan Rey kamu antar dulu pacar kamu pulang, sekalian kamu pulang kerumah jemput papa baru ke sini lagi." Ibu Rey menginterupsi dan menyuruhnya pulang.
"Ya udah Rey anter Sarah dulu ya ma, nanti Rey kesini sama papa," ucap Rey lalu mencium tangan ibunya diikuti Sarah.
"Sekalian aja nggak usah balik kesini! Nggak guna juga!!!" decak Keisya menatap Sarah dengan sorot mata kebencian.
"Sayang! Jangan kasar-kasar gitu dong nanti kita dimarahin lagi sama calon ibu mertuanya ...," sindir devano mengelus kepala Keisya.
"Tan, aku pulang dulu ya. Cepet sembuh," ucap sarah,"Kakak pulang dulu ya Sya, Dev," pamit Sarah tersenyum manis tapi di mata Keisya dan Vano, senyum itu palsu.
"Cih! Gue gak punya kakak perempuan," decak Devano tajam.
"Kakak perempuan gue cuma ka Agnes dan gak ada yang lain." Keisya berdiri dan masuk ke kamar mandi dan menutupnya kencang membuat semua yang mendengar terperajat bersamaan.
"Seandainya kakak tahu niat dia masuk ke keluarga ini, " gumam Keisya.
Rey menggeleng melihat sikap kedua adiknya, Rey paham adik-adiknya bukan orang yang bisa dengan mudah menerima kehadiran orang lain kecuali Agnes karena Agnes bisa dengan mudah mengambil hati kedua adiknya berbeda dengan Sarah yang tidak bisa membawa diri untuk berbaur dengan adik-adiknya karena ia lebih suka berada di sisi Rey daripada harus mengambil hati kedua adik Rey.
Rey menarik nafas panjang lalu melangkah meninggalkan ruang rawat inap bersama Sarah.
"Kamu jangan masukin ke hati ya ucapan mereka tadi," ujar Reyhan sambil mengusap rambut Sarah saat mereka sudah berada di luar ruangan.
Sarah mengangguk sambil tersenyum, ia menjatuhkan kepalanya di pundak Reyhan. "Nggak apa-apa, Setiap orang punya satu alasan untuk disukai dan punya seratus alasan untuk dibenci. Tapi, aku yakin ... suatu saat mereka akan menerima aku sebagai pacar kamu," ujar Sarah.
Reyhan tersenyum. "Ya udah, aku antar pulang ya."
Sarah mengangguk. Mereka pun berlalu dari lingkungan rumah sakit.
*****
"Untung gak telat," ucap Agnes sesaat setelah keluar dari mobil diikuti kedua temannya.
Pagi ini, Agnes memang terlambat bangun karena tidak ada yang membangunkannya. Saat ia bangun, jam sudah menunjukkan pukul 6 sementara ia harus ada di rumah sakit pukul 7 untuk mempersiapkan operasi Tante Karina.
"Ia nih untung aja," saut Lulu mensejajarkan langkahnya dengan Agnes dan Amanda lalu mereka masuk kedalam rumah sakit bersamaan.
"Berabe urusannya kalo kita telat ...," imbuh Amanda."Lagian lo tumben banget telat?" lanjut Amanda bertanya karena tidak biasa-biasanya Agnes terlambat bangun.
"Iya, tumben banget. Terus itu mata lo kenapa?" tambah Lulu bertanya.
"Kurang tidur gue, tadi malam gue balik dari RS jam 12 an," ucap Agnes berbohong.
"Loh, bukannya lo balik bareng Raka?"
"Ck! Kalo mau bohong sama anak kecil aja sana ... pasti mereka langsung percaya," cibir Amanda.
Agnes mengangguk. "Iya, gue balik bareng Raka. Tapi, gue balik lagi karena ditelfon IGD! Lagian kalian pikir gue kenapa? Mata gue sembab karena mungkin gue kurang tidur kali ya," ujar Agnes mencari alasan agar ke dua temannya itu tidak banyak bertanya lagi.
"Oke, terserah kalo lo emang belum mau cerita sekarang," ujar Amanda pasrah. Ia tahu betul ada hal lain selain itu tapi ia tidak ingin memaksa temannya itu untuk cerita.
"Hm. Baiklah sepertinya kita harus berpisah disini aku harus ke instalasi bedah sentral sebelum aku terlambat."
"Oke ... Nanti makan siang bareng ya," seru Lulu sebelum Agnes memisahkan diri.
Agnes mengangguk sambil tersenyum. "Nanti ke ruangan aja," jawab Agnes.
Agnes menyusuri koridor rumah sakit setelah melihat anggukan kepala Amanda dan Lulu. Ia berjalan sambil terus tersenyum dan membalas sapaan dari setiap orang yang ditemuinya.
Sesampainya di ruangan kerja, Agnes langsung berdiri di depan cermin yang sengaja ia minta untuk diletakkan di ruang kerjanya.
"Ya ampun Agnes, ini mata apa panda? Hitam banget, makanya kalo nangis kira-kira dong," runtuk Agnes pada dirinya sendiri.
**
Flashback On...
Malam itu, sepulangnya dari bekerja, Agnes merebahkan dirinya di ranjang. Ia membuka sosial media dan tak sengaja melihat Reyhan membagikan ulang story dari kekasihnya. Di video itu terlihat pipi Reyhan dikecup oleh Sarah.
Agnes langsung menghempaskan ponsel ke sembarang tempat. Melihat video itu, menimbulkan sensasi aneh yang beberapa hari ini sering kali ia rasakan. Perasaannya sungguh tak nyaman, namun Reyhan tak terkejut atau menolak. Mungkinkah ia menikmatinya?
"Dadaku sesak...," ucap Agnes dengan suara yang mulai bergetar, ia hampir menangis. "... Lemah sekali Agnes, baru melihat itu saja sudah mau menangis!" lirih Agnes dengan matanya sudah berkaca-kaca.
Flashback off!!
*****
CONTINUE ...
Thank you ....