Di atas tangga Jung hoo melihat Humairah baru saja keluar dari dalam kamar, Jay. Pria itu menghela napas dengan pelan dan masuk ke dalam kamar Jay, saat sudah memastikan Humairah masuk ke dalam kamarnya.
Ceklek!
Pintu kamar Jay terbuka, Jung Hoo membeku saat melihat Jay meneteskan air mata. "Ja--,"
"Keluar dari dalam kamar ku sekarang, jangan masuk tanpa izin. Saat ini aku mau sendiri," ucap Jay yang membelakangi Jung hoo.
"Tidak akan aku biarkan kamu sendirian di kamar ini. Kamu kenapa Jay? Apa ada yang menyakitimu?" Tanya Jung hoo.
Jay hanya diam dan tidak ingin merespon ucapan, Jung hoo. Pria itu langsung menghela napas dengan pelan. "Langsung to the point saja, apa yang kamu ingin bicarakan?" Tanya Jay yang sudah sangat hapal dengan teman-temannya itu.
Lidah Jung hoo langsung kelu saat mendengar ucapan, Jay. Ia menghela napas dengan perlahan dan memberanikan diri untuk bertanya sesuatu.
"Apa kamu mencintai, Humairah?" Tanya Jung hoo.
Jay langsung menatap kearah Jung hoo, dan pria itu tersenyum kecil. "Tidak, apa kamu takut aku mencinta Humairah dan kamu takut kita mencintai satu wanita. Dan kamu takut kita bertengkar hanya karena memperebutkan seorang wanita? Iya? Jung hoo aku tau kamu mencintai Humairah, tapi kamu tau 'kan seberapa tembok penghalang mu untuk bersatu dengan nya. Humairah dari keluarga yang terbilang paham agama. Sedangkan aku saja seiman dan se-aamiin merasa insecure mencintai gadis polos seperti Humairah. Walaupun dia polos, Humairah akan lebih mencintai Tuhannya dan aku yakin dia tidak akan mengkhianati Tuhannya, hanya karena cinta. Tapi takdir tidak ada yang tau, kalau kamu suka silahkan sukai dia. Jodoh tidak ada yang tau bukan?" Jelas Jay.
Jung hoo langsung terdiam saat mendengar ucapan dari, Jay. Benar kata temannya itu, tapi dia akan berusaha karena jodoh tak akan lari kemana. "Sekarang kamu sudah tau jawaban ku 'kan? Jadi lebih baik keluar dari dalam kamar ini, aku lagi ingin sendiri.." lanjut Jay.
"Terimakasih atas penjelasannya, tapi aku akan berusaha. Siapa tau kami berjodoh, Jay berjanjilah jika kita saling menyukai wanita yang sama, jangan sampai persahabatan kita hancur karena memperebutkan satu wanita. Aku tidak ingin persahabatan yang sudah kita jalin hancur, karena seorang wanita yang belum tentu jodoh kita.." jawab Jung hoo.
"Aku janji," balas Jay.
Jung hoo tersenyum dan keluar dari dalam kamar, Jay. Tanpa mereka sadari Humairah mendengar semua perkataan Jay dan Jung hoo di balkon kamar. Gadis itu tadinya ingin menghibur Jay, dan memanjat ke balkon kamar Jay. Namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar ucapan, Jay dan Jung hoo.
"Jadi Oppa Jung hoo, suka sama gue? Aish gue gak mau merusak persahabatan mereka. Jika Oppa tau gue gak cinta dia gimana? Apa gue lebih baik menjauh dari mereka berdua. Jangan hanya karena gue mereka bertengkar.." gumam Humairah.
Tiba-tiba saja pintu jendela balkon terbuka. Humairah kaget bahkan pemilik kamar pun kaget. "Humairah? Kenapa ada di sini?" Tanya Jay.
"Em itu, em ini mau kasih permen coklat. Biasanya Humairah kalau sedih selalu makan permen ini. Siapa tau Oppa setelah makan ini gak sedih lagi. Kata Oppa gak mau di gangguin, jadi Humairah mau letakin di balkon kamar secara diam-diam. Eh malah ketahuan, ehehe.." jawab Humairah.
"Hm, kalau gitu Humairah pergi ya. Ini jangan lupa di makan Oppa, dah.." lanjut Humairah yang langsung memanjat balkon Jay ke balkon kamar miliknya.
Gadis itu masuk ke dalam kamar dan langsung terduduk diam. "Hamba serahkan semuanya padamu ya Allah. Apapun takdir yang engkau berikan akan aku terima, namun berikan aku suami yang bisa mengajakku agar selalu mengingatmu dan selalu menuntunku, untuk bersujud padamu.." ujar Humairah.
***
Subuh,
Humairah keluar dari dalam kamar dan gadis itu sudah menjalankan ibadahnya. Ia menuju dapur dan terkejut saat melihat Jay tengah duduk dengan kopiah yang masih melekat di kepalanya. "Oppa," panggil Jay.
Jay langsung menatap Humairah, pria itu hanya tersenyum kecil dan lanjut memakan roti yang baru ia buat. Humairah duduk di depan Jay, dan melihat roti bakar yang ada di piring. "Subuh banget makannya? Oppa semalam gak makan ya?" Tanya Humairah.
"Enggak, semalam kerjain tugas dan langsung tidur. Btw, terimakasih atas permen semalam. Setelah makan permen itu aku jadi enakan.." jawab Jay.
Humairah tersenyum, "ehehe, sama-sama. Ya udah Humairah masuk kamar dulu ya..." Balas gadis itu mengambil air mineral di dalam kulkas dan langsung masuk ke dalam kamar.
Jay yang melihat gadis itu hanya diam, ia mengingat ucapan dari Jung hoo. 'Aku tidak boleh menyukai nya,' batin Jay.
Setelah Humairah pergi, Jay langsung teringat teman chatting nya saat di aplikasi cari jodoh. Pria itu membuka akunnya kembali dan melihat pesan terakhir dari teman chatting nya.
"Dia udah ada di Korea? Aish, gimana cara balasnya, akunnya udah di nonaktifkan. Ah, aku diemin aja dulu kali ya. Siapa tau dia aktifin akunnya lagi.." lanjut Jay.
Pria itu melihat foto profil teman chatting nya dan dia seperti familiar dengan gelang yang ada di foto profil temannya itu. Jay langsung menggelengkan kepalanya, "mungkin aku salah lihat.." ujar Jay.
Pria itu masuk ke dalam kamar setelah menyelesaikan makannya. Saat pukul 9 pagi, mereka langsung berangkat kuliah. Namun hari ini Humairah tidak ada jadwal masuk pagi. Gadis itu akhirnya berdiam diri di rumah sambil menonton drama Korea kesukaannya.
"Beh, baru beberapa hari di Korea udah mulai fasih bahasa Korea aku. Azek bentar lagi jadi Eonnie Korea ini.." gumam Humairah sambil terkekeh.
Ting
Tong.
Bel rumah berbunyi, Humairah menggerutu kesal saat mendengar bel rumah di tekan. Gadis itu berdiri dengan malas, dan berjalan ke arah pintu masuk rumah. Ia melihat dari monitor yang terpasang di dinding, ia ingin mengetahui siapa orang yang ingin bertamu di saat dia sendirian di rumah ini. Saat gadis itu mengetahui wajah tamu yang akan masuk, ia langsung terkejut.
"Astaghfirullah, itu cowok yang semalam gue sebut anjing. Aduh dia mau apa ya? Aduh takut anjir, gue apalagi gue sendiri di rumah.." ujar Humairah.
Sudah sepuluh menit pria itu berdiri di depan pintu, dan Humairah tidak membuka pintu juga. Saat gadis itu akan membuka pintu, terdengar suara Jay. "Untuk apa kamu kesini?" Tanya Jay menatap adiknya.
"Ayolah, Hyung. Kapan kita bisa bertemu? Sombong banget sih, tenang aku yang bayar semua makanan dan minuman. Hyung tidak perlu mengeluarkan uang sedikitpun. Tapi Hyung harus membantuku untuk mengerjakan pekerjaan kuliah ku, aku tidak bisa mengerjakan seorang diri, Hyung. Kalau aku dapat nilai rendah, Appa akan marah.." jelas pria tersebut.
Humairah yang mendengarnya langsung keluar dari dalam rumah. "Enak aja, belajar sendiri!" Tegas Humairah.
"Lah kamu cewek gak punya sopan santun itu 'kan!" Bentak adik dari Jay.
"Bacot anjir!" Ketus Humairah yang kesal.