Chereads / Care And Solide Man {C.A.S.M} / Chapter 18 - Lapan belas plus

Chapter 18 - Lapan belas plus

Lukman lebih tinggi dari Ttistant, jadi remaja yang usianya mendekati angka tuju belas tahun itu, harus mendongakan kepalanya untuk menatap wajah Lukman, yang sudah berada di depannya.

"Kak, gue takut kak Aldo bangun," ucap Tristant. Wajahnya terlihat sedikit panik. Sesekali ia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang sengaja mereka buka sedikit. Takut berisik. Lagipula, Lukman sudah sangat yakin jika Aldo sedang hanyut dalam mimpi indahnya.

"Nggak akan?" Tegas Lukman. Kemudian Lukman memegang tengkuk Tristant, lalu menekan suapaya Tristant jongkok tepat di depan selangkangannya.

"Tar dulu kak." Tolak Tristant.

"Apa lagi sih?" Kesal Lukman. Suaranya sedikit berbisik.

"Gue mau tanya," Tristant terdiam, kemudian ia membasahi bibir bawah dengan menjilat dengan lidahnya sendiri.

"Tanya apa?"

"Bukanya lu ada janji sama Salsa ya kak? Kok tiba-tiba ikut gue sama kak Aldo sih?"

Pertanyaan Tristant membuat Lukman celingukan. Ia bingung mau jawab apa? Tidak mungkin sekali ia mengatakan, kalau sebenarnya ia merasa takut jika Tristant dan Aldo akan melakukan hal yang pernah ia lakukan sama Tristant. Lukman terdiam, ia sedang mencari cara supaya Tristant tidak tahu soal itu. Lukman tidak ingin Tristant menjadi besar kepala.

"Lu suka kalo gue jalan sama Salsa?" Pancing Lukman. "Jawab jujur." Imbuh Lukman dengan tegas.

Tristant mengerutkan kening, ia merasa terpojok dengan pertanyaan Lukman. Apa iya Tristant harus menjawab jujur?

"Em..." Tristant nampak gelagapan dibuatnya.

Lukman melipat kedua tangannya di dada, matanya menyipit dan lurus menatap mata Tristant.

Ditatap seperti itu jantung Tristant menjadi berdebar tidak karuan. Lukman terlihat sangat ganteng dan menggoda kalau sedang seperti itu.

"Bukan hak gue sih, tapi_" Tristant menggantukan kalimatnya. Ia terlihat ragu untuk melanjutkannya.

"Lu baper ama gue?" Celetuk Lukman.

"Eh."

Rona wajah Triatant memerah.

"Lu cemburu gue jalan ama Salsa?"

"Eh... kok."

Tristant menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lukman benar-benar membuatnya tidak berdaya. Karena merasa malu, Tristant merundukan kepalanya. Lalu tanpa sadar ia pun menjawab pertanyaan Lukman.

"Iya, gue cemburu lu mau jalan ama Salsa."

Aduh! Tristant mengumpat dalam hati, ia merutuki ke bodohanya sendiri karena tidak bisa menahan perasaannya. Terlihat Tristant mengerutkan kening sambil menggigit bibir bawahnya. "Bego," umpat Tristant untuk dirinya sendiri.

Yess! Lukman benar-benar girang.  Ia menyunggingkan senyum kemenangan. Akhirnya tujuannya untuk membuat Tristant menjadi suka padanya berhasil.

Melihat Tristant yang sedang salah tingkah, Lukman menggunakan kesempatan itu untuk menarik telapak tangan Tristant, lalu meletakannya tepat di atas kemaluannya yang masih terbungkus celana boxer.

Meski masih di dalam celana, namun Tristant dapat merasakan benda lunak yang sudah menegang sangat keras. Dengan lembut telapak tangannya yang putih dan mulus meremas sambil mengocok perlahan benda yang sudah membuatnya mabuk kepayang.

Telapak tangan Lukman berpindah tepat di atas kepala Lukman. Ia menrik ujung bibirnya, dan tersenyum menggoda. Perlahan Lukman menekan kepala Tristant, matanya lurus menatap mata Tristant.

Sedangkan Tristant mulai melemaskan tubuhnya. Perlahan ia berjongkok mengikuti tekanan tangan Lukman. Hingga akhirnya, wajah Tristant kini tepat berada di depan selangkangan Lukman. Tanpa ragu Tristant menarik boxer berikut celana dalam Lukman hingga jatuh ke lantai. Sehingga kejantanan Lukman yang sudah menegang menyembul keluar tepat di wajahnya.

Tidak menunggu lama, tangan Tristant langsung memegang penis Lukman dengan lembut. Kemudian ia menempelkan lubang hidungnya tepat di ujung kepala penis Lukman. Tristan memejamkan mata, mencium sambil meresapi penuh dengan perasaan kepala penis Lukman.

Kepala Lukman yang menempel di dinding mendongak, sambil menajamkan mata. Ia sedang merasakan, betapa nikmatnya saat lidah Tristant mulai menyapu seluruh batang penisnya.

"Agh..." Lukman mendesah. Kemudian tangan kirinya mengangkat kaos bagian depan hingga sampai di atas dadanya.

Perutnya yang putih dan rata dapat terlihat dengan jelas.

Melihat itu, Tristant ingin juga mulai mendaratkan ciuman bertubi-tubi di bagian perut Lukman.

Lukman menggelinjang  keenakan. Apalagi saat Tristant mulai menciumi dadanya, dan lidah Tristant mulai menari-nari di bagian putingnya. Lukman semakin kelojotan dibuatnya.

Setelah puas menikmati bagian depan tubuh Lukman, Tristant kembali membungkuk. Wajahnya kembali tepat berada di depan penis Lukman. Kemudian Tristant membuka mulutnya, ia menelan penis Lukman yang gemuk dan tebal.

Meski ukuranya tidak terlalu panjang, tapi diameternya yang besar cukup memenuhi rongga mulut Tristant.

"Agh... agh... agh..." Lukman mendesah, seirama dengan gerakan maju mundur mulut Tristant yang mengeluar masukan penisnya.

Terlihat kepala Lukman merunduk. Ia melihat senjata kejantannya mulai basah karena ludah Tristant. Ia juga melihat bagaiman Trsistant mengulum, dan menciumi penisnya.

Sudah beberapa kali Lukman merasakan itu. Namun kali ini ia merasakan kenikmatan yang tanggung. Ia ingin mencoba lubang yang lebih sempit dan tidak merasakan gesekan gigi.

Dengan napas yang memburu, Lukman mencabut penisnya yang masih di dalam mulut Tristant. Lalu ia mengangkat tubuh Tristant hingga berdiri, kemudian memepetkan nya ke tembok dan membelakanginya.

"Kak mau ngapain?" Tristant terkejut karena Lukman berusaha menarik celana boxernya.

"Gitu aja bosen, gue pingin nyobain yang lain," jawab Lukman dengan napas yang makin memburu.

"Ah... enggak gue takut," tolak Tristant sambil menarik kembali boxernya. Wajahnya terlihat panik.

"Hust jangan brisik," Lukman menoleh ke arah pintu, ia khawatir jika Aldo tiba-tiba sudah ada di sana.

"Iya tapi gue takut, nanti sakit," ucap Tristant polos.

Terlihat mata Lukman jelalatan seperti sedang mencari sesuatu di sekitar kamar mandi. Setelah ia menemukan benda yang ia cari, Lukman menunjukkannya kepada Tristant. "Pake ini, biar licin jadi enggak sakit." Ucap Lukman sambil menumpahkan sabun cair di telapak tangannya. Lalu mengoleskan sabun cair itu di sekitar kemaluannya yang semakin keras menegang.

"Tapi gue takut kak, pasti sakit." Tubuhnya rapat menghadap ketembok, sementara kepalanya ia putar ke belakang melihat Lukman yang sedang menarik ke bawah celana boxernya.

"Tenang aja, coba dulu nggak akan sakit kok," ucap Lukman, sambil telapak tangan kirinya meremas bokong mulus Tristan, sedang telapak tangan kanannya masih memegang penisnya. Sorot matanya lurus ke arag belahan pantat Tristant, ia sedang mencari lobang yang akan membawanya ke sebuah puncak kenikmatan.

Kemudian Lukman menarik pinggang Tristant, membuat Tristant merubah posenya menjadi menungging. Secara perlahan Lukman mengarahkan penisnya ke arah belahan pantat, hingga ujung kepala penisnya menempel tepat di bibir anus Tristant.

Tristant memjamkan mata, ia menempelkan pipinya di tembok, sementara tangannya berusaha mendorong perut Tristant. Ia mulai merasakan sakit kepala penis Lukman yang bulat berhasil menerobos benteng pertahanannya.

Akhirnya, meski dengan susah payah, jantung berdebar-debar, dan napas yang memburu, Lukman berhasil menenggelamkan seluruh batang penisnya di dalam lubang anus Lukman. "Ahh..." desahnya sambil kedua tangannya melingkar di perut Tristant.

"Aaaaak..." Trsitant merintih, ia meringis menahan sakit dan perih saat benda lonjong yang keras itu sudah memenuhi lubang anusnya. Ia merasakan seperti ada yang robek, saat penis Lukman berusaha menerobos masuk. "Sakiiiiit... kak," rintihnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Bentar," lirih Lukman dengan napas yang memburu.

Lukman melebarkan pahanya, mencari posisi nyaman agar ia bisa dengan leluasa memaju mundurkan, sambil mengeluar masukan batang penisnya dari lubang anus Tristant. Kedua tangannya mengangkat kaos Tristant hingga sampai di bagian dada Tristant, kemudian ia memeluk erat tubuh Tristant.

Setelah beberapa saat meniamkan penisnya, menikmati himpitan lubang kenikmatan Tristant, Lukman mulai secara perlahan menarik dan mendorong penisnya.

Terlihat telapak tangan Tristant meluai meremas tengan Lukman yang masih memeluknya. Perlahan tapi pasti rasa sakit yang luar biasa itu mulai menghilang, dan berubah menjadi rasa nikmat yang tidak bisa ditulis dengan kata-kata. Akbiat sodokan penis Lukman yang kuat sampi titik prostatnya. Alat kelamin Tristant yang tadinya mengecil, kini perlahan mulai berdiri dan mengeras.

"Agh... agh..." desah Lukman tiap kali ia menekan penisnya hingga mentok sampai titik terdalam.

Terlihat tangan kiri Tristant mulai menyentuh kemaluannya sendiri yang sudah keras menegang, sedangkan tangan kanannya ia tempelkan pada tembok.

Tristant mulai mengocok penisnya, sambil merasakan hentakan-hentakan dari bokong Lukman. "Eeemh... agh..." desah Tristant sambil memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya.

Keringat dingin mulai sudah mulai keluar membasahi tubuh mereka.

Setelah beberapa menit Tristant mengocok penisnya, diimbangi dengan penis Lukman yang masih keluar masuk di dalam lubang anusnya. Tubuh Tristant mulai mengejang, ia merasakan tanda-tanda akan mencapai puncak orgasme, sebuah puncak kenikmatan yang tiada tara. Tristan mempercepat gerakan kocokannya, sambil ia mendongakan kepala, mersapi dan menikmati proses atau detik-detik kenikmatan itu.

Tristant mengejangkan kakinya, gerakan gocokan semakin kencang, dan akhirnya, "aaaaaakh..." Tristant mendesah panjang saat cairan kental, keluar dan memuncrat ke arah tembok.

Begitupun dengan Lukman, ia memperkuat pelukannya di tubuh Tristant yang sudah terkulai lemas. Gerakan maju-maju mundur bokongnya juga ia percepat. "Aaagh... aghaa... aagh..." Lukman menekan kuat penisnya, dan "aaaaakh....." desah panjang dari mulut Lukman, saat sepermanya keluar di dalam lubang anus Tristant.

Lukman dan Tristant melemaskan otot-otot mereka, sambil mengatur napas dan detak jantung supaya stabil.

"Akh..." rintih Lukman saat ia mencabut keluar penisnya dari lubang anus Tristant. Kemudian ia berjalan ngangkang menuju kran untuk mencuci alat kelaminnya.

Sedangkan Tristant masih terdiam dengan kepala yang masih ia tempelkan di tembok. Ia menelan Ludah, wajahnya terlihat tegang. Tristant tidak menyangka akan melakuan hal itu. Pengalaman pertama yang sangat luar biasa bagi Trsitant.

Kemudian Trsitant mengerutkan wajah, mulutnya meringis saat rasa perih kembali datang di sekitat bibir anusnya.

Adegan live show telah usai, dengan jantung yang berdebar, dan pikiran tidak karuan Aldo berjalan mundur, menjauh dari kamar mandi. Kemudian ia berjalan setengah berlari menuju ranjang. Sesampainya di ranjang Aldo merebahkan tubuhnya sambil menarik selimut, untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Sebagai remaja yang sudah beranjak dewasa, tentu saja Aldo pernah melihat hubungan seks melalu video porno. Tapi untuk melihat secara langsung, ini pertamakalinya buat Aldo. Dan yang membuat ia terlihat syok, hubungan seks yang ia liat langsung barusan, dilakukan oleh sesama laki-laki yang tidak lain adalah sahabat nya sendiri.

Di dalam selimut, terlihat Aldo menelan ludah, sambil mengkerjap-kerjapkan matanya. Entah apa yang ia pikirkan.

~♡♡♡~

Siapapun yang melihat posisi tidur Aden dan Pandu pagi itu, pasti pikiranya langsung ke arah negative. Pastinya juga akan terkejut. Bagaimana tidak, Aden tidur dengan posisi terlentang hanya dengan memakai celana dalam saja. Telapak tangan kirinya berada di atas kepala Pandu yang masih nyaman tidur di lengannya.

Sama sperti Aden, Pandu hanya memakai boxer, dan pahanya naik tepat di atas perut Aden. Tangannya sedang memeluk erat tubuh sekal Aden.

Untung saja mereka hanya berdua, jadi tidak ada yang melihat posisi tidur keduanya. Padahal mereka berpelukan seperti itu dengan kondisi yang tidak sadar, karena keduanya masih tertidur pulas.

Pandu tidak sempat memakai baju, karena pada saat Aden sedang mimijitnya, ia benar-benar merasa ke enakan. Lalu karena rasa lelah dan mengantuk berat, akhirnya Pandu tertidur saat ia sedang dipijit sama Aden.

Begitupun dengan Aden, melihat Pandu yang sudah tertidur, akhirnya ia ikut membaringkan tubuhnya di samping Pandu. Kemudian ia tertidur dan belum sempat memakai bajunya. Lagi pula Aden juga belum membawa ganti.

Terlihat Aden mulai perlahan membuka mata. Setelah mengerjap-ngerjapkan mata, akhirnya matanya bisa terbuka dengan sempurna.

Bibirnya tersenyum simpul saat tersadar dan mendapati dirinya sedang dipeluk erat oleh Pandu.

Aden menatap wajah teduh Pandu yang masih pulas tertidur. Saat ia ingin membangunkan Pandu, tiba-tiba ia urungkan karena tidak tega melihatnya.

Kemudian Aden mengerutkan kening saat paha Pandu berpindah posisi tepat di atas alat vitalnya. Dan anehnya ia mulai merasakan alat vitalnya yang mulai menegang keras saat tertimpa paha mulus Pandu.

Tiba-tiba saja Aden merasa gelisah.