Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Para Penyendiri [INDONESIA]

🇮🇩Budidana
8
Completed
--
NOT RATINGS
11.5k
Views
Synopsis
Cerita dari Lima Remaja yang suka menyendiri yang bertemu di perpustakaan sekolah setiap istirahat. Laura siswi cantik blasteran barat berambut pirang yang mempunyai cita-cita menjadi seorang penulis novel. Jefri anak paling nakal disekolah yang suka tidur dan baca komik di perpus. Kemal anak rajin yang sering ke perpus buat pakai wifi perpus. Boy Seorang penyendiri yang suka ke perpus dia sering baca dan ngobrol tentang filosofi. Iqbal anak sporty yang aktif di eskul basket sedikit narsistik dan dia selalu iseng pergi ke perpus untuk bertemu dengan anak-anak lainnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Laura Ludwig Eckhardt

Laura seorang cewek berdarah German yang bersekolah di SMA Atma Wijaya.

Rambutnya yang pirang dan bola matanya yang bewarna hijau menjadi pusat perhatian disekolah ini.

bukan berarti dia bebas dengan diskriminasi karena rasnya banyak guru dan anak lain melihatnya sebagai orang asing yang tidak kenal budaya sini.

sebenarnya Laura sendiri lahir dan besar di indonesia dia lafal berbahasa indonesia bahkan dia juga lafal bahasa gaul yang digunakan sehari-hari.

dari SD sampai Sma dia harus menjelaskan ke semua anak kalau dia bisa berbahasa indonesia dan dia tau tentang indonesia karena dia lahir dan besar di indonesia.

hal ini memang adalah sesuatu yang melelahkan belum lagi orang-orang yang meremehkannya dan mencelanya dengan bahasa daerah.

Laura harus pura-pura tidak tau apa yang mereka omongkan untuk tidak membuat masalah menjadi lebih besar.

meski begitu ini tidak membuat Laura berhenti mencintai indonesia.

dia sangat suka indonesia dan segala yang ada di dalamnya dari budaya tradisionalnya sampai pop culture yang sedang trending di masyarakat.

Laura punya cita-cita dia ingin menjadi seorang penulis novel romansa dia menggemari dewi "dee" lestari penulis rectoverso dan supernova juga andrea hirata penulis laskar pelangi.

dua orang itu adalah inspirasi Laura dari buku mereka Laura menjadi cinta indonesia dan memulai mimpinya untuk menjadi penulis.

"Kringggg" suara bell sekolah menandakan istirahat.

"Jadi gini Laura gue bilang adib itu artinya ramah hati dan sopan jadi kalau gue bilang dia adalah cowok yang adib berati dia adalah cowok yang sopan" ucap Icha teman dekat Laura dia duduk sebangku dengan Laura.

"Aku tau icha, aku paham kamu gak perlu jelasin ke aku" ucap Laura.

Laura pergi ke kantin bersama icha.

rambutnya yang pirang selalu menjadi pusat perhatian apalagi saat dikantin dimana rambut pirangnya menjadi penanda keberadaannya.

semua mata mencuri pandang pada rambut panjang bewarna pirang milik Laura itu.

Laura sebenarnya tidak nyaman dengan hal itu dulu dia pernah mewarnai rambutnya dengan warna hitam tapi saat rambut pirangnya tumbuh lagi guru-guru malah membawanya ke ruang konseling mereka berpikir dia mewarnai rambutnya pirang padahal sebaliknya.

setelah kejadian itu Laura membiarkan rambut pirangnya tumbuh natural.

"Kopi susunya nya satu" ucap Laura memesan.

salah satu kantin sekolah ini menyediakan minuman kopi hangat yang dibikin oleh sebuah mesin kopi otomatis dan dikemas dalam paper cup khusus kopi.

ada dua pilihan yang disediakan antara kopi hitam atau kopi susu untuk Laura dia sangat suka dengan kopi susu disini.

"Silahkan mbak" ucap ibu kantin.

"Makasih" balas Laura dengan tersenyum sambil membayar kopinya.

dia mengambil kopi hangat bergelas papercup itu.

"Icha gue pergi ke perpus dulu ya?" ucap Laura.

"Lu kok kalau istrihat sukanya ke perpus sih? hari gini kan sudah ada internet jadi udah gak ada lagi anak yang butuh pergi ke perpus" ucap icha.

"gamasalah kan? udah ya gue duluan" jawab Laura lalu pergi meninggalkan icha.

Laura pergi keperpustakaan dengan membawa kopinya dan sebuah buku catatan.

sebenarnya diperpustakaan sangat dilarang membawa makanan.

tetapi seperti yang dikatakan icha sudah sangat jarang seorang siswa pergi ke perpustakaan sehingga bu Ida sebagai staff yang menjaga perpus sendiri memaklumi apa yang dilakukan Laura.

menurut bu ida Laura ada seorang anak yang spesial yang menggunakan perpus ini dengan baik atau lebih tepatnya membuat perpustakaan ini berfungsi.

dia duduk di sebuah meja besar yang ada di tengah-tengah perpustakaan.

Laura menaruh kopinya lalu dia mengambil sebuah buku novel yang dia sudah tandai.

Silmarillion oleh J. R. R. Tolkien adalah judul buku novel itu

Dia mulai membaca dan membuat side note catatan khusus dalam buku catatannya itu.

dia menulis tipe karakter, qoute dan apa yang dapat dia pelajari dari cerita di dalam novel tersebut.

tentu terkadang dia terdiam dan melamun di sela-sela dia membaca seperti layaknya banyak orang lainnya yang sering membaca novel mereka butuh waktu untuk memproses apa yang dibacanya.

disitu dia mulai mengobservasi sekitarnya.

selain Laura ada beberapa orang lain yang sering ke perpustakaan ini.

hari ini ada Jefri anak paling nakal di sekolah ini dia pergi keperpustakaan karena ac nya dingin dan dia suka berbaring diperpustakaan sambil main hape dan baca komik.

Laura mulai kenal dengan Jefri dimulai dari Jefri yang sering membaca sebuah buku komik detektif cilik jepang yang banyak dimiliki perpustakaan ini memang formatnya yang episodik membuat buku komik ini fleksible yang bisa dibaca tanpa harus berurutan.

ekspresi wajah Jefri yang sering terkejut saat membaca komik itu membuat Laura penasaran lalu dia mulai juga membaca komik itu walau cuma beberapa volume dan saat itulah Jefri menyapa Laura.

"Kamu baca komiknya juga?" tanya Jefri ke Laura.

"iya penasaran gue sama komik ini" jawab Laura.

"sudah sampai mana? Oh yang ini dengerin ini nanti di akhir seru banget gue selalu kaget sama alurnya selalu bikin gue woww gitu" ucap Jefri dengan semangat.

"ok..ok cukup boleh gue baca komiknya dulu" ucap Laura sambil tersenyum ke Jefri.

"oh maaf..maaf" ucap jefri.

"Je..fri?" ucap Laura saat itu Laura membaca papan nama Jefri yang berada di dadanya dan itu adalah pertama kalinya Laura memanggil nama Jefri.

"Ada apa?" balas Jefri.

"gapapa gue cuman bilang gue suka sama komik ini pemain utamanya dia kayak sherlock holmes tapi modern" ucap Laura.

"Gue gak tau sherlock holmes tapi gue suka banget sama komik ini apalagi pas dia mengungkap identitas penjahatnya itu adalah saat yang Paling seru di komik ini" ucap Jefri

setelah kejadian itu mereka sering berbicara meski hanya saat di perpus.

"Sebenarnya apasih alasan lu ke selalu pergi ke perpus?" tanya Jefri

"Buat apalagi orang ke perpus kalau gak buat baca buku?" jawab Laura.

"Gitu doang?" tanya Jefri dengan nada datarnya.

"Hhmmmm....sama bikin catatan buat bahan novel gue" ucap Laura.

Mereka berdua saling berhadap-hadapan Laura memandang wajah jefri yang terlihat muram seakan dia mempunyai masalah yang dia sembunyikan.

"Kalau kamu?" tanya Laura.

Jefri membalikan pandangannya.

"Gue suka sendiri, gue suka tidur disini dan gue suka baca komik" jawab Jefri.

lalu dia berdiri dan pergi duduk ke bangku paling jauh dan paling pojok yang ada di perpus sambil membaca buku komik yang diambilnya.

Laura memandang pundaknya dari kejauhan.

"aku tau dia berbohong" ucap Laura yang memandang Jefri dari jauh.

Malamnya Laura duduk di meja belajar dalam kamarnya.

di depannya ada laptop yang menyela dia menatap laptop itu dengan wajah betenya.

dia tidak tau apa yang mau dia tulis dalam novelnya.

"Huft" Laura menghela nafas panjang.

dia mematikan laptopnya lalu dia keluar dari kamarnya.

dirumahnya hanya ada dia dan seorang pembantu bernama mbak Anna.

Ayah dan Ibu Laura untuk tahun ini mereka tugas kerja di australia.

dia duduk di sofa ruang tengahnya dia sadar kalau sebenarnya dia lapar.

mbak anna tampaknya sudah tidur dan dia tidak ingin membangunkannya.

Laura tidak pandai memasak tapi untuk membuat telur ceplok dia merasa kalau dia sanggup melakukannya.

dia menaruh teflon diatas kompornya menuangkan sedikit minyak diatas teflon lalu menyalakan kompor.

setelah minyaknya mulai panas dia mencoba menceplok telur yang dipegangnya.

"prakkk" Laura terlalu keras menggunakan kekuatannya untuk menceplok telur yang membuat tidak hanya isinya tetapi juga kulit telur masuk ke dalam teflon.

"Ehh" ucap Laura bingung.

dia membuang percobaan gagalnya setelah itu dia mencoba untuk kedua kalinya tetapi pada akhirnya dia baru berhasil memecahkan telur dengan benar di percobaan ketiganya.

paginya saat dia bangun Laura berjalan keluar dari kamarnya masih dengan piyamanya, rambut yang acak-acakan dan mata yang mengantuk.

"Neng Laura kalau mau bikin telur ngomong aja ke saya ini sayang banget telurnya" ucap mbak anna yang sudah menyiapkan berbagai makanan untuk sarapan Laura.

dia tersenyum kecut melihaat masakan mbak anna dari situ dia sadar kalau dia tidak bakat masak.

hari ini Laura membawa laptopnya kesekolah, saat istirahat seperti biasanya dia bersama icha pergi ke kantin.

"icha lu kenal gak sama anak cowok namanya Jefri alansyah" tanya Laura.

"ada apa kok lu tiba-tiba tanya gitu? lu digodain Jefri? kalau Jefri deketin lu mending lu menghindar deh gue tau dia ganteng tapi dia itu anak paling ditakutin di sekolah ini kerjaan berantem sama tawuran kalau mau hidup nyaman di sekolah ini mending jauh-jauh deh dari dia" ucap icha.

"jadi simplenya dia anak nakal?" tanya Laura

"Anak paling nakal disekolah ini" ucap icha.

Laura memesan kopi susu favoritnya setelah itu dia mengambil laptopnya di kelas lalu baru dia pergi perpustakaan.

disana sudah ada Jefri yang duduk membaca buku komik detekifnya di meja tengah perpustakaan dengan wajah yang sangat serius.

Laura menaruh kopi dan laptopnya di meja lalu dia duduk di depan Jefri dan memandang Jefri.

dia tidak tampak nakal dimata Laura lagipula mana ada anak nakal yang menghabiskan waktunya di perpustakaan pikir Laura.

Laura menyalakan laptopnya dia ingin untuk melanjutkan menulis novelnya

sepuluh menit berlalu di sela-sela waktu dia menulis novelnya Laura mencoba untuk memandang kearah jefri yang masih fokus membaca komik.

melihat wajah seriusnya Jefri Laura tiba-tiba tertawa "hihihihi"

Jefri sedikit kaget mendengar Laura tertawa.

"kenapa ketawa-ketawa sendiri?" tanya Jefri.

"Enggak lucu aja lihat kamu" ucap Laura.

Jefri semakin bingung.

"Gue denger tentang lu katanya lu anak paling nakal disekolah? tapi kalau dilihat-lihat muka babyface sukanya baca komik mana mungkin gue percaya kalau kamu anak paling nakal disekolah ini" ucap Laura.

Jefri menutup buku komiknya "sebenernya gue tau kalau semua anak disekolah ini nganggep gue berandalan tapi gue lebih terkejut kalau ada anak yang gak tau kenakalan gue" ucap Jefri.

"Emang kamu nakal?" tanya Laura dengan senyum

"udahlah lupakan, lagi pula semua anak juga tau tentang lu?" ucap Jefri.

"Oh ya? emang apa yang dikatain anak-anak tentang gue" tanya Laura.

"Bule introvert antisosial songong yang dingin dan sok emo" ucap Jefri.

Laura terdiam sebentar lalu menghela nafas panjang.

dia membuang pandangnya keatas.

saat itu juga Jefri tau kalau dia baru saja mengucapkan hal yang menyakiti hati Laura.

"Sorry gue gak bermaksud...maksud gue-"

"udah gue paham kok lagipula dari smp gue juga pernah dipandang seperti itu sama beberapa temen gue" ucap Laura.

Jefri juga membuang pandangannya kearah atas "enak banget ya jadi orang-orang bisa ngelabel orang yang mereka benci seanaknya sendiri" ucap Jefri.

"Kringggg" suara bel masuk.

"Yaudah gue masuk kelas duluan ya" ucap Laura

dia menghabiskan kopinya yang sudah dingin dalam sekali teguk lalu dia pergi.

disaat pelajaran Laura tidak bisa melepaskan ucapan Jefri dari kepalanya dia menoleh ke kanan dan ke kiri melihat anak-anak lainnya.

pulang sekolah Jefri langsung berjalan dengan cepat ke kelas Laura.

"Laura" panggil Jefri

Laura menoleh kearah suara itu "ada apa" jawabnya

semua orang yang ada disana memandang kearah mereka.

Jefri berjalan ke Laura.

"Gue gak enak sama yang gue tadi omongin ke lu gue cuman sekali lagi mau minta maaf sama lu" ucap Jefri.

"Halah gitu aja dipikirin lagipula yang mulai duluan gue jadi dibawa santai aja" jawab Laura.

mereka berjalan bersama sampai ke gerbang sekolah.

"lu pulang naik apa? tanya Jefri.

"Gue diantar jemput" ucap laura.

orang tua Laura saat bertugas keluar negeri mereka sudah menyewa seorang supir untuk kebutuhan Laura jika dia butuh apa-apa dia tinggal menelfon ke nomer yang sudah diberikan kepada Laura.

"Gimana kalau bareng gue aja?" tanya Jefri.

mereka berdua berhenti di depan gerbang sekolah

"Hmmmm....." gumam Laura.

"Gue gak maksa kalau kamu gak mau gapapa" ucap Jefri.

"okelah tapi kita mampir ke tempat lain dulu ya?" ucap Laura lalu dia tersenyum kearah Jefri

"Emang mau mampir kemana?" tanya Jefri dengan wajah bingung.

"Terserah ketempat nongkrong yang enak menurutmu." ucap Laura.

Jefri mengaruk rambutnya wajahnya tampak kebingungan.

"tempat tongkrongan gue gak ada yang bagus."

"Yaudah cari tempat yang menurutmu bagus aja gue bosen dirumah gak ada apa-apa?" ucap Laura.

"Okelah" ucap Jefri sambil menganggukan kepalanya.

setelah itu Jefri mengambil motornya dari parkiran yang berada di luar sekolah.

sebuah motor laki jadul bermodel scrambler yang sudah dimodifikasi dan dipoles secara moderen yang membuat motor itu lebih bernuansa retro futuristik.

"ayo naik" ucap Jefri sambil memberikan helm ke Laura lalu mereka berdua pergi.

dan semua itu terjadi di depan gerbang sekolah dan di saksikan oleh semua anak yang ada disana.

semua anak memandang kearah Laura dan Jefri tetapi mereka berdua tidak memperhatikan anak-anak yang berada di sekeliling mereka.

akhirnya mereka mampir ke sebuah coffee shop.

Jefri memesan kopi hitam minuman paling murah di kafe ini sedangkan Laura memesan latte.

"Kok cuman kopi hitam gak coba pesen lattenya disini?"

"Enggak dulu duit gue lagi sempit" ucap Jefri.

"maaf yang tadi kopi hitamnya gak jadi diganti aja sama latte jadi kita pesen lattenya dua" ucap Laura kepada barista kafe ini.

mereka berdua duduk di meja paling pojok kafe ini di tempat dimana mereka bisa melihat langsung kearah jalan.

"Jadi apa yang mau kita omongin?" ucap Laura.

"Gak tau kan lu yang ngajak gue kesini" ucap Jefri.

"ee...bukannya kamu yang milih tempat ini?" ucap Laura.

"huft" Jefri menghela nafas kecil sambil memandang kearah Laura.

Laura tersenyum kepada Jefri lalu Jefri ikut tersenyum karena melihat senyum Laura.

"hahahahahaha" mereka berdua tertawa.

"huuufftt..." setelah itu Laura menghela nafas panjang dia menundukan kepalanya.

"sebenernya gue mau membuka keresahan gue?" ucap Laura.

"Hm..." gumam Jefri sambil menatap kearah Laura yang terlihat sedih itu.

"gue rasa gue sejak lama memang ngerasa minder gue tau apa yang dikatakan orang dibelakang gue tetapi gue gak pengen menghadapi masalah itu dan akhirnya gue sering menyendiri tetapi yang paling gue benci dari hal itu adalah diri gue yang terbiasa dengan pelarian ini."ucap Laura dia memalingkan pandangannya kearah jalan seakan dia ingin menutupi ekspresinya.

"Yah membenci diri sendiri bukanlah hal yang baik gue juga gak bisa nyalahin lu, sebenarnya gue juga diposisi yang sama gue tau kok temen-temen gue ngomongin hal jelek di belakang gue kayak gue adalah pengaruh buruk atau gue adalah pembawa maslaah dan pada akhirnya gue berakhir lari ke perpustakaan, tapi gue gak menggap itu sebagai pelarian gue percaya mungkin ini adalah jalan bagi gue buat gue lebih dewasa dengan gak dengerin cercahan mereka" ucap Jefri lalu dia membuang pandangan kearah jalan.

mereka berdua menatap kearah jalan yang sama cahaya oranye senja di saat pulang sekolah membasuh wajah mereka yang sedang jujur dengan problematika yang mereka hadapi.

"Heh...aku suka cara pandangmu" ucap Laura dengan tertawa sedikit.

lalu dia menatap kearah Jefri sebaliknya Jefri pun juga menatap kearah Laura secara kebetulan mereka berdua saling menatap satu sama lain.

Laura mengambil kopinya lalu menyeruputnya.

"Slrpppp....hhhmmm buruan cobain sebelum dingin enak banget lattenya disini" ucapnya.

"Oh....iya" jawab Jefri sedikit kaget lalu dia meminum kopinya.

itu adalah bagaimana Jefri Alansyah dan Laura Ludwig Eckhardt bertemu.

Jefri tidak salah lagi adalah anak nakal yang mempunyai banyak problematika tetapi siapa sangka Laura yang hidup nyaman juga mempunyai masalah yang sama dengan dirinya dan Laura sendiri pun tidak menyangka kalau dia akan menemukan pandangan atau solusi dari seorang Jefri.