Chereads / Para Penyendiri [INDONESIA] / Chapter 5 - Helper

Chapter 5 - Helper

Icha tiba-tiba datang ke perpus dan duduk di meja tengah.

Selain icha ada boy dan Laura yang duduk disana.

Boy sibuk membaca buku sedangkan laura sibuk mengetik novelnya.

"laura bantuin gue dong" ucap Icha

"Hmmm..." gumam laura.

"Jangan cuman 'hmm.....' doang dong" ucap icha.

"kamu mau minta tolong apa?" tanya laura.

"gue mau bikin surprise ke pacar gue" ucap Icha

"haaaaaaah" jawab laura kaget.

"biasa aja kali" ucap icha.

laura sendiri tidak pernah mempunyai pengalaman pacaran tentu pertanyaan ini membuat dirinya terkejut dan juga canggung.

"kenapa lu tanya ke gue yang gue sendiri gak pernah pacaran?"

"Apa? lu gak pernah pacaran?" ucap icha dengan terkejut.

"Oke sekarang lu mau minta tolong apa?" langsung tanya laura ke icha dengan wajah tegasnya.

"Serius lu gak pernah paca-"

"jadi lu mau minta tolong APA?" ucap laura memotong kalimat icha.

"Oke gue ceritain dulu hubungan gue sekarang, jadi akhir-akhir ini gue sama si dion pacar gue agak kerasa jauh atau lu bisa bilang renggang dan gue pengen ngeratin lagi hubungan kita tapi gue bingung caranya gimana makanya gue rasa bikin surprise adalah hal paling manjur buat kembali mempererat hubungan gue" ucap icha.

"Oke, jadi lu udah punya ide belum?" tanya laura sambil menaruh tangannya ke dagunya.

"Kalau gue udah punya ide gue gak akan kesini" ucap icha.

laura memandang kearah boy.

"napa lu mandang gue kayak gitu?" ucap boy.

"Sapa tau lu punya ide?" tanya laura.

"jadi lu juga gak punya ide?" tanya balik boy.

"hehe enggak" ucap Laura sambil tertawa.

"Sebelum kita buat rencana kita harus tau dulu kita punya budget berapa?" tanya boy

mendengar itu laura langsung memandang kearah icha.

"gue duit sih ada tapi gak banyak-banyak banget" ucap icha.

"Cukup buat beli sepatu baru?" tanya boy

"kalau range harganya gak lebih dari tiga ratus ribu sih gue bisa" ucap icha.

"yaudah beli'in sepatu aja semua cowok jaman sekarang suka sama sepatu baru apalagi yang branded banyak kok sepatu bermerek yang bagus dan harganya tigaratus ribuan" ucap boy.

"wowwww" ucap laura sambil terkejut.

"kenapa?" tanya boy melihat laura yang terkejut.

"gue gak nyangka aja lu bisa se to the point itu, gue bahkan gak nyangka kalau lu juga tau tentang style" ucap laura.

"itu sudah jadi pengetahuan umum anak laki-laki kali semua orang tau sekarang jamannya anak-anak muda pamer sepatu" ucap boy.

"oke icha gimana lu setuju gak sama ide boy?" tanya laura ke icha.

"hmmm....." gumam icha.

Boy memandang kearah icha.

"Jika kurang setuju sama rencana ini ngomong aja gapapa kita bisa cari cara lain" ucap boy.

"engga kok gue setuju sama rencana lu tapi gue gak tau tentang sepatu laki jadi gatau harus beli yang mana?" ucap icha.

"Kalau itu gampang yuk minggu kita jalan-jalan bareng nanti gue ajak iqbal buat bantu cari sepatu yang cocok" ucap laura.

"oke kalau gitu, makasih ya laura" ucap icha lalu pergi.

"kringg...." suara bell.

"boy minggu ya jangan lupa" ucap laura lalu dia juga pergi.

"Hah?" ucap boy dengan bingung.

hari minggu datang boy, iqbal, laura dan icha bertemu di depan mall.

"gue gak nyangka kamu bakal bawa anak lain" ucap iqbal dengan wajah kecewanya.

"kita kesini tu buat bantu icha cari sepatu buat surprisenya" ucap laura.

"Okelah gue bantuin tapi setelah kita dapet sepatunya kamu dan aku berduan aja ke kafe bareng itu syarat gue" ucap iqbal ke laura.

Icha dan laura saling memandanga satu sama lain.

"Yaudah demi icha okelah kalau gitu" ucap laura.

"yessss...." ucap iqbal dengan gembira.

"gue boleh pulang sekarang?" ucap boy.

"boy jangan gitu dong bantuin kita, bentar aja kok kita" ucap laura.

"huft" hela nafas boy.

tentu mereka tidak langsung mencari sepatu tetapi berputar-putar menjelajahi mall dari main arcade di timezone melihat-lihat baju, dompet dan jaket di setiap toko di mall.

mencoba ice cream dan berbagai minuman yang ada baru setelah itu mereka membantu icha mencari sepatu.

"Gue yakin dia pasti suka sama yang ini?" ucap iqbal.

"hmmm...yang itu bagus harganya juga gak kemahalan gue rasa gue setuju sama pilihan iqbal apalagi yang milih iqbal pasti cocok deh" ucap laura.

"yaudah yang itu aja" ucap icha dengan nada datar.

akhirnya icha membeli sepatu itu.

di pintu keluar mall mereka berempat berdiri.

"yaudah gue pergi dulu sama iqbal" ucap laura setelah itu dia pergi dengan iqbal.

setelah itu boy juga pamit.

"gue juga pulang dulu" ucapnya.

"eh tunggu" ucap icha menghentikan boy.

"ada apa?" tanya boy.

"bisa gak kita nongkrong berdua bentar?" ucap icha.

boy memandang kearah icha wajahnya terlihat muram.

boy mengangguk "baiklah" ucapnya.

Mereka berdua pergi bersama ke sebuah kafe.

"enak banget kopinya disini" ucap icha.

boy memandang icha dengan ekspresi datar.

"ada apa?" tanya boy.

"enak banget kopinya" ucap icha.

"bukan itu yang aku tanyakan" ucap boy dengan dingin.

icha saat itu juga sadar bahwa boy tau dengan kegundahan dalam hatinya.

"tentang sepatu ini" ucap icha.

"apa kamu masih bimbang kalau sepatunya bakal kurang cocok sama si dia?" tanya boy

"mmm...enggak bukan seperti itu" ucap Icha sambil menggelengkan kepalanya.

"aku gak bimbang sama sepatu ini tapi aku bimbang sama dion?" ucap icha.

"dion?" ucap boy.

"pacar gue" jawab icha.

"OOO....." ucap boy.

setelah itu mereka berdua terdiam sebentar dan hanya memandang kearah bawah.

"Jadi apa alasan lu sebenarnnya datang ke perpus?" tanya boy memecah kesunyian diantara mereka.

"gue memang awalnya mau curhat buat gimana caranya gue dapat memperat hubungan gue kembali tapi...." icha menahan omongannya.

"tapi?" tanya boy.

"gak jadi deh gue rasa gak baik kalau gue buka topik itu disini" ucap icha.

"hm.....gue rasa gue tau apa yang lu sembunyiin dalam hati lu apapun itu jika semuanya sudah selasai dan hasilnya buruk lu boleh curhat ke gue lagipula rencana ini asalnya dari gue dan tentu gue harus tanggung jawab dengan hasilnya" ucap boy.

icha memandang kearah boy.

"mata mu itu benar-benar bisa lihat kedalam hati orang paling dalam ya?" tanya icha dengan senyum yang muram.

"hehe mungkin?" ucap boy sambil tertawa kecil.

satu minggu kemudian setelah semuanya selesai icha kembali ke perpustakaan.

"gimana surprise lu?" tanya laura dengan tersenyum.

"gue putus sama pacar gue" ucap icha dengan senyum.

boy yang ada disana langsung menutup buku yang dia baca dan memandang kearah icha.

laura memandang icha dengan ekspresi mlongo dia sadar bahwa dia telah bertanya sesuatu yang salah kepada icha.

"gak usah kaget gitu gue gak papa kok" ucap icha.

pulang sekolah boy menunggu icha di depan gerbang sekolah.

"boleh bicara bentar gak?" tanya boy.

"ada apa kamu masih mikirin soal hubungan gue? udah gak usah dipikirin semuanya udah selesai end putus" ucap icha dengan ekspresi senyum yang dipaksakannya.

"kalau gitu gak ada salahnya untuk kita nongkrong bareng dikafe sebentar?" tanya boy dengan senyum.

akhirnya icha menemani boy ke kafe biasanya mereka duduk berduan saja.

boy memesan latte sesuatu yang tidak biasa bagi dia yang penyuka kopi hitam.

"lu denger ya, gue rasa enak jadi jomblo dari pada punya pacar, ekspektasi punya pacar bisa gini-gitu kemana-mana berdua itumah jomblo juga bisa apa salahnya sendirian-" ucap icha dan banyak lagi yang diceritakannya.

boy menjadi pendengar baginya di setiap ceritanya dan setiap tawa palsunya.

"Sudah selesai sekarang gue pengen denger cerita sebenarnya dari dalam hati mu yang jujur" ucap boy.

icha diam membeku melihat boy matanya berair seakan mau menangis.

"dia yang selingkuh boy dia yang ninggalin aku sudah aku coba untuk memperbaiki hubungan ini tapi dia yang menjauh a..aku-" ucap icha sambil menangis pelan dia menundukan kepalanya dan menutupi matanya tetapi isak gema dalam suaranya terdengar jelas di setiap ucapannya.

'huft....udah aku duga sejak awal bahwa masalahnya di si dion" ucap boy sambil menghela nafas kearah atas.

"hiks...hiks...hiks" isak icha.

"bebaskanlah semua sedih dalam hatimu menangislah tetapi setelah tangisanmu selesai kamu harus bisa jadi lebih kuat" ucap boy.

boy menemani icha sampai dia selesai menangis.

setelah itu dia mengatarkannya pulang.

besoknya di perpustakaan.

"lu kemarin ngapain sama icha?" tanya laura.

"hah? gue gak ngapai-ngapain" balas boy

"gue lihat lu sama icha di kafe sebenernya gue pengen nyamperin lu tapi gue lihat icha kayak nangis gitu akhirnya gue gak jadi deh nyamperin lu dan kembali duduk gue, jadi kalian habis cerita apa?" tanya laura.

"engga ada gak ada kok cerita yang bagus buat diceritain" jawab boy.

"ayolah" ucap laura.

"enggak" jawab boy.

lalu jefri, iqbal dan kemal datang membawa jajanan dan ikut duduk.