27.
"Arland! Sarapan udah siap!" Pagi-pagi buta, sebagai seorang istri yang baik, Arasha sudah menyiapkan banyak makanan untuk sarapan sang suami.
Dia memasak beberapa hidangan. Dari yang goreng menggoreng sampai kuah, sudah tersedia di atas meja.
"Apaan sih lo, berisik banget!" Arland yang masih mengantuk tentunya merasa sangat terganggu dengan teriakan Arasha, istrinya. Jika teriakan Arasha lembut dan penuh kasih sayang, mungkin Arland akan banguj dengan wajah tersenyum. Sayangnya, teriakan Arasha justru memekakkan telinganya, membuat gendang telinga Arland nyaris pecah.
"Aku udah masakin sarapan buat kamu. Silahkan dimakan." Kata Arasha sedikit ketus.
Melihat Arasha yang hanya mengenakan daster dengan rambut sedikit berantakan, dan juga wajah polos tanpa make up, Arland jadi bertanya-tanya. "Lo gak ngantor?" Tanya Arland.
Arasha duduk, menyiapkan lauk untuk suaminya. "Katanya kamu mau bulan madu hari ini. Ya udah, aku gak ngantor." Jawab Arasha.
Mata Arland mengerjap. Yang tadinya mengantuk, langsung terbuka lebar. "Gue 'kan bulan madunya sama Ulfa bukan sama lo. Kok jadi lo yang ambil cuti?"
Sejak dulu sampai sekarang, Arasha tidak pernah habis pikir dengan otak Arland yang dibawah rata-rata. Walaupun Rosea sangatlah pintar dan cerdas, bahkan sampai kecanduan yang namanya belajar, kepintarannya itu tidak menurun pada Arland.
Buktinya, sampai sekarang pun Arland masih bodoh. "Arland Maurozeas Cashel… kamu bilang ke Daddy Alaric cuti dua minggu buat bulan madu 'kan?"
Arland mengangguk polos. "Iya. By the way, lo tau darimana?"
"Dari Mami Rosea. Dia nanyain ke aku bulan madunya dimana. Jadi, kalau misalkan aku nongol di kantor… semuanya bakal terbongkar. Pernikahan kamu sama Ulfa bakal terbongkar. Dan aku kasihan aja sih kalau sampai terbongkar. Bisa-bisa kamu kehilangan semuanya." Arasha terdengar mengasihani Arland. Padahal, jelas-jelas Arland tidak perlu dikasihani. Arland seharusnya di kubur hidup-hidup.
Merasa geram, Arland nyaris menjambak rambut Arasha. Tetapi, tangannya terhenti di udara. Kewarasannya tiba-tiba mencegah dia untuk melakukan hal kasar pada istrinya. "Andaikan nyokap lo gak nyelamatin orang tua gue, mungkin lo udah bonyok tiap hari." Geramnya.
Arasha tertawa kecil, menggeleng tidak menyangka. "Semoga lancar ya bulan madunya? Aku bakal di rumah Mamah selama kamu bulan madu."
"Terserah. Mau lo selamanya di rumah nyokap lo juga gue gak masalah." Balas Arland.
Hening sejenak menerpa. Sampai akhirnya, Arland tiba-tiba teringat sesuatu. "Oh iya, lusa mungkin Dylan bakal balik ke Indo. Gue sarain sih lo cepetan deketin dia sebelum dia beneran move on dari lo." Ucap Arland.
Mendengar nama Dylan, tangan Arasha yang awalnya santai-santai saja menyendok makanan dari piring ke mulut, langsung terhenti. Bahkan, sampai sedikit bergetar. Dia menghela nafas panjang, menggeleng lemah. "Walaupun pernikahan ini rasanya gak serius, tetap aja aku istri kamu, Arland. Aku gak mungkin selingkuh. Apalagi sama Dylan."
"Sayangnya, gue gak semudah itu buat percaya. Ya… setidaknya setelah lo ninggalin Dylan dengan sangat kejam. Pergi gitu aja tanpa kabar dan alasan." Arland sengaja mendekati kalimatnya. Dia mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke wajar Arasha.
Suara yang awalnya santai, kini berubah menjadi sangat dingin. "Jadi, gak menutup kemungkinan lo bakal selingkuh, Sa. Di mata gue, lo adalah cewek paling murahan di dunia. Karena apa? Karena lo mainin perasaan cowok yang sayangnya tulus sama lo."
***
***
Kata-kata Arland terus saja terngiang dalam benaknya. Bahkan, setelah pria itu pergi membawa koper besar untuk bulan madu dengan Ulfa, suaranya terus saja terngiang-ngiang di dalam benak Arasha.
Tin!
Suara klakson dari mobil belakang membuat Arasha tersentak kaget. Dia langsung tersadar dari lamunannya sendiri. Gadis cantik itu langsung menjalakan mesin mobilnya sewaktu melihat lampu lalu lintas yang kini berubah menjadi hijau.
"Mbak kalau nyetir jangan ngelamun!" Sentak mobil belakang yang kini sejajar dengannya.
Arasha tidak bisa melakukan apapun selain meminta maaf. Setelah mobil itu pergi menjauh, dia langsung bernafas lega. "Nyaris aja gue ribut sama emak-emak!" Rutuknya.
Ddrrt…
"Astagadragon!" Arasha mengumpat. Dia terkejut mendengar suara dering ponselnya sendiri.
Tangan kirinya meraih ponsel, menjawab panggilan dari Raya. "Apa Ray?! Gue lagi nyetir. Gara-gara lo, gue nyaris koid!" Sentak Arasha.
Raya tentu tidak merasa bersalah. Dia justru cengengesan tidak jelas. "Lo tau gak gue baru ketemu siapa?"
"Apalagi sih?! Arland 'kan?! Iya, dia tadi ke bandara sama Ulfa. Hari ini mereka bulan madu!" Jawab Arasha.
Raya berdecak kesal. "Bukan Arland! Kali ini, gue ketemu kakaknya!"
"Kakaknya? Dylan maksud lo?!"
"Iya! Gue lihat Dylan di Cafe!"