"Mommy! Mommy!" Suara Riel benar-benar memekakkan telinga Arasha. Jika setiap hari dibangunkan dengan metode seperti ini, mungkin Arasha akan sering bolak-balik ke dokter karena budek mendadak.
Dengan sangat malas dan terpaksa, Arasha membuka matanya.
Dia mengeluh panjang sewaktu menyadari putranya berteriak persis di samping telinga dia. Pantas saja telinga yang usia dua puluh tiga tahun itu hampir pecah dibuatnya.
"Riel, Mommy lagi tidur… bisa anteng dikit gak? Mommy ngantuk nih." Arasha memutar tubuhnya membelakangi Azriel.
"Ih, Mommy ngantukan deh. Udah pagi, Mommy! Jarum jam udah ada di angka nine!" Azriel selama ini belajar menghitung menggunakan bahasa Inggris. Jadi, putranya lebih nyaman menyebut angka menggunakan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia.
Mengetahui bahwa ini sudah jam sembilan pagi, Arasha dengan sangat amat terpaksa duduk di ranjang sambil sesekali nyaris kembali terbaring. Tulang belakangnya seperti menghilang. Dia jadi lemas tak terkira.
Di sampingnya, Azriel yang melihat penampilan ibunya acak-acakan seperti itu jadi kesal sendiri. "Mommy bangun!"
"Mommy udah bangun." Suara serak Arasha menerpa telinga Azriel.
Azriel melipat kedua tangannya di depan dada, berlagak keren. "Bangun apaan?! Mommy itu raganya aja duduk, jiwa nya masih berkeliaran di alam mimpi. Ngaku, Mommy pasti lagi mimpiin Daddy 'kan?!"
"Daddy?!" Hanya satu kata, namun berhasil membuat mata Arasha terbuka sepenuhnya.
Dia tidak suka saat Azriel menyebut sesuatu tentang 'Daddy.'
"Mommy marah?" Sadar raut wajah ibunya berubah, Azriel jadi ketakutan sendiri.
Arasha menarik nafas panjang, berusaha tenang. "Jangan sebut-sebut masalah Daddy kamu lagi, Riel. Kamu gak butuh Daddy kamu itu. Udah ada Mommy, Grandpa, dan Grandma di samping kamu." Katanya.
Azriel cemberut, hanya bisa mengangguk. Sejujurnya, dia ingin tau siapa sang ayah. Tetapi, mau bagaimana lagi? Ibunya selalu sensitif setiap kali dia membahas tentang ayahnya.
Azriel sendiri tidak tau apa yang terjadi pada ibu dan ayah kandungnya. Tetapi, satu hal yang bisa Azriel simpulkan. Ibunya membenci ayahnya. Jadi, saat Azriel membahas tentang ayah kandungnya sendiri, Arasha akan seperti ini. Tetapi, jika Azriel membahas tentang Daddy yang lain, seperti contohnya kemarin saat Azriel meminta seorang ayah, Arasha tidak akan marah.
"Maaf Mommy… Riel gak akan sebut-sebut tentang Daddy lagi kedepannya. Lagian, Riel juga gak tau muka Daddy Riel kayak apa." Riel menunduk lesu, terlihat merasa bersalah.
Putranya yang beberapa menit tadi sangat pemberani, kini berubah drastis menjadi lesu.
Gantian Arasha yang merasa bersalah. Di peluknya Azriel cukup erat, dikecupnya pucuk kepala putranya itu. "Maafin Mommy juga karena selalu sensitif tiap kali kamu bahas tentang Daddy kamu."
"Gak apa-apa, Mommy. Mungkin Daddy emang sejahat itu sampai Mommy benci? Kayak Riel benci sama temen Riel, jadi Riel gak suka tiap kali ada orang denger nama dia." Di usianya ini, Azriel bisa dibilang cukup dewasa. Pemikirannya tidak seperti anak-anak lainnya. Mungkin efek kurangnya sosok pria di sekitar dia sehingga Azriel seringkali berpikir menggunakan perasaan juga. Bukan logika.
"Riel benci sama temen Riel?" Putranya mengangguk semangat. Dia mengurai dekapan sang ibu, memilih duduk di depannya.
"Riel punya temen satu, tetangga baru depan rumah, Mommy. Jadi, dia itu giginya hitam semua. Ya udah, Riel bilang 'kan kalau dia gak pernah gosok gigi. Buktinya giginya hitam. Terus dia marah-marah dan ngadu sama ibunya. Abis itu ibunya marah ke Riel, bilang kalau Riel anak haram. Emangnya anak haram itu apa Mommy?"
Ekspresi awal Arasha saat mendengar cerita itu penuh dengan senyuman. Semakin mendengarnya, sampai di akhir cerita, mimik wajahnya berubah drastis. Dia langsung terlihag marah.
"Dia bilang gitu ke Riel?"
Riel mengangguk polos. "Hm. Emangnya anak haram itu apa Mommy?" Riel kembali bertanya.
Kedua tangan Arasha sudah sangat geram. Bangun tidur secara paksa, ditambah mendengar sesuatu yang membuatnya kesal. Sangat amat kesal.
"Riel jangan main sama dia lagi ya?" Saat ini, Riel mungkin belum mengerti definisi tentang anak haram. Saat usianya sudah mulai besar, Riel akan mulai mengerti. Dan Arasha tidak ingin putranya merasa sakit hati.
"Kenapa Mommy? Mereka orang jahat?" Tanya Riel lagi.
"Hm. Mereka orang jahat, Riel. Mereka orang yang gak sopan dan suka sok tahu. Jadi, Riel mendingan main sama yang lain. Jangan main sama mereka. Mengerti?"