25.
"Mah, Asa pulang!" kedua heels di kakinya dia lepas, dan diletakkannya secara asal.
Dia masuk lebih jauh lagi ke rumah orang tuanya, duduk di sofa ruang keluarga. Tubuhnya yang begitu lelah, hatinya yang entah mengapa berantakan membuat tubuh Arasha sangatlah lemas. Suasana hatinya cukup buruk hingga tak ada senyuman dari bibirnya.
"Mah! Asa pulang!" kembali, dia berteriak. Memanggil nama sang ibu saat ibunya tidak menyahut pada panggilan pertamanya.
"Mah! Asa pulang! Mamah dimana sih?! Tumben banget jam segini tidur?" sahut Arasha lagi. Dia beranjak dari sofa, melangkah menuju kamar sang ibu.
Sewaktu sampai di pintu kamar ibunya, seseorang mengejutkannya. "Dor!"
"Astagadragon!" teriak Arasha. Saking kagetnya dia, sampai-sampai Arasha terjatuh di atas lantai. Dia duduk lemas dengan kedua kaki yang terlipat.
"Azriel! Mommy udah bilang, jangan suka ngagetin Mommy!" sahutnya. Kedua tangan dia merengkuh sosok bocah laki-laki berusia empat tahun.
"Mommy lemah! Cuman dikagetin doang masa udah jatuh? Gimana kalau nanti berantem sama Riel?!" balas bocah empat tahun tersebut.
Apa Arasha baru saja dibilang lemah oleh bocah yang usianya bahkan tidak sampai setengah usia Arasha? Sedikit menjengkelkan, sayangnya itu anak sendiri. Tidak mungkin juga Arasha menghajarnya.
"Eh.. seenaknya aja Riel bilang kalau Mommy lemah. Seenaknya aja. Mommy kuat bang—"
"Sa! Anak kamu tuh, jahilnya udah gak manusiawi. Bilangnya mau mainan pistol air, ternyata airnya dicampur sama pewarna. Baju Mamah kotor semua!" Angel, ibu Arasha datang sambil ngomel. Tangannya sibuk mengurusi dress putih kesayangannya yang kini dipenuhi warna coklat kotor.
Azriel Zacreus, anak kandung Arasha yang tahun ini menginjak usia empat tahun. Candaan Arasha dan Raya tentang Arasha yang berstatus janda, nyatanya tidak sepenuhnya salah. Dia seorang single mom satu anak.
Empat tahun yang lalu, Arasha melahirkan Azriel saat dia masih berusia delapan belas tahun. Cukup muda untuk melahirkan, namun dia tidak memiliki pilihan.
Hamil saat itu bukanlah pilihannya. Itu adalah kesalahan. Akan tetapi, Arasha tidak akan pernah menyebut Azriel adalah kesalahannya. Azriel adalah anugerah Tuhan. Meski masa depan Arasha berjalan tidak sesuai rencana karena hadirnya Azriel, dia tidak menyalahkan putranya. Arasha sudah menerima masa lalunya. Dia sudah berdamai dengan semua hal di masa lalunya, termasuk dengan ayah kandung Azriel sendiri.
Arasha meringis, merasa tidak enak dengan ibunya. "Itu derita Mamah sendiri. Ngapain main sama Riel pakai baju putih? Udah tahu sendiri Riel nakalnya gak manusiawi." Katanya seraya memeluk Azriel yang duduk dalam pangkuannya.
Angel berdecak kesal, menepuk keningnya sendiri. "Udahlah, ema sama anak gak ada bedanya. Kamu juga, bukannya nasehatin anaknya, malah jadi nasehatin Mamah."
"Ih… Grandma berisik deh. Besok-besok Riel gak mau main sama Grandma lagi. Grandma ribet soalnya. Nanti Riel main sama Mommy aja!" sahutnya Azriel, mengoceh menggunakan bibirnya yang sudah mengerucut gemas.
Arasha tertawa terbahak-bahak. Tetapi, tawanya hanya sementara sampai ibunya menyeletuk. "Ya udah, main sama Mommy kamu aja sana. Grandma gak mau main sama kamu lagi. Lagian, Mommy kamu juga jarang di rumah. Kalau gak main sama Grandma, kamu mau main sama siapa hah?!"
Azriel mencicit ketakutan. Dia bersembunyi di balik lengan ibunya, mengerucutkan bibirnya. "Mommy… Grandma nakal. Beraninya ngancem Riel." Adunya pada sang ibu.
Arasha tidak mungkin membela putranya jika sudah seperti ini. Karena, dia masih membutuhkan ibunya. Dia tidak bisa membawa Azriel untuk bertemu dengan Arland. Semua akan kacau jika sampai mereka bertemu. Dan juga… Arland pastinya akan semakin membenci Arasha.
"Husst… kamu harus nurut sama Grandma. Nanti, kalau Grandpa udah pulang… baru deh kamu boleh nakal lagi sama Grandma. Soalnya, Grandpa gak bakalan marahin kamu. Pasti bakal belain Riel. Grandpa 'kan malaikat penjaganya Riel." Bisiknya, membujuk Azriel.
Azriel mengerucutkan bibirnya, menolak ucapan Arasha. "Ndak mau. Grandma nakal."
"Eh? Kamu yang nakal kok jadi Grandma yang dituduh!"
Angel masuk ke dalam kamar, mengganti pakaiannya. Di belakangnya, Arasha mengekor tanpa diikuti oleh Azriel. Bocah empat tahun itu pastinya merajuk dan tidak mau dekat-dekat dengan neneknya.
"Arland gimana, Sa?" tanya Angel, sekedar basa-basi kecil.
Arasha langsung terlihat lesu. "Jangan bahas Arland dulu deh, Mah… Asa lagi males banget bahas dia. Lagian, dia nyebelin. Katanya sih dua minggu nanti gak ada di rumah. Jadi, Asa bakal sering di sini. Mamah bisa arisan." Katanya.
Angel tidak tahu permasalahan apa yang sedang dihadapi oleh putrinya. Yang dia tahu, rumah tangga putrinya tidak sebaik itu. "Kamu beneran gak apa-apa?" tanya Angel.
"Hm. Tenang aja, Mah… Arland selalu tepat waktu kok kalau urusan gak pulang rumah." Jawabnya dengan sangat santai.
Angel terdiam, mengusap lengan Arasha. "Kapan rencananya kamu mau kenalin Azriel ke Arland? Gak mungkin 'kan kamu akan kayak gini selamanya? Curi-curi waktu untuk temuin anak kamu sendiri?"