Sekolah yang Mulanya Sepi karena memang jam pelajaran sedang berlangsung mendadak ramai.
Kabar tentang perkelahian yang terjadi antara Riana, Karin dan teman-temannya sampai dengan begitu cepat ke telinga orang-orang yang berada di sekolah tersebut termasuk Adam.
Adam yang sedari tadi sedang menunggu datangnya Riana diruangannya pun mendadak terkejut tatkala mendapat panggilan untuk rapat secara mendadak diruang kepala sekolah karena adanya perkelahian serius antar siswi.
Adam yang mendengar kabar tersebut pun mendadak mempunyai firasat bahwa mungkin saja siswi yang berkebalikan tersebut salah satunya adalah Riana.
Mungkin saja apa yang dipikirkannya benar, kenyataan bahwa sang siswi yang ditunggunya tak kunjung dan fakta bahwa gadisnya tersebut adalah tukang pembuat onar membuatnya menjadi lebih yakin lagi.
Tanpa pikir panjang, Adam pun beranjak dari kursinya dan segera keluar menuju ruang kepala sekolah.
Setelah sampai diruangan tersebut tatapan Adam langsung jatuh pada siswi yang sekarang ini sedang duduk dengan wajah menunduk.
Adam pun dipersilakan untuk duduk oleh para dewan guru, dan rapat pun dimulai.
"Kalian ini maunya apa, sering sekali kalian itu melanggar aturan yang ada di sekolah" ucap seorang guru wanita yang tadi melihat mereka di gudang.
Mereka yang mendapat ceramah dari sang guru hanya bisa menunduk dan membisu tak tau harus berkata apa.
"Kita dewan guru disini itu sangat menyayangkan sikap kalian ini, terutama kamu Riana." Sambung sang guru.
Orang yang dimaksud pun mendongakkan kepalanya dengan wajah lesu dan memerah.
"Kamu itu salah satu siswi yang berprestasi dulu, tapi apa yang sekarang sudah kamu lakukan ini sudah sangat mengecewakan kami Ria" ucap guru itu lagi.
Situasi pun makin memanas tatkala salah satu guru juga menyaut tentang sikap yang dilakukan Ria akhir-akhir ini.
"Ria juga saya perhatikan selalu saja telat masuk ke sekolah." Ucap guru yang lain.
"Mau jadi apa kalian kalau sikap kalian seperti ini? Kalian itu perempuan, menurut kalian pantaskah perilaku itu dilakukan oleh perempuan yang bahkan masih duduk di bangku sekolah?" Tanya guru yang lain.
Mereka hanya bisa duduk terpaku ditempat mereka sambil mendengarkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mungkin saja mereka mendapatkan scors atau bahkan dikeluarkan dari sekolahnya.
"Kalian tau tidak akibat dari perkelahian? kalian bukan cuma membuat diri kalian terluka sendiri, tetapi juga sampai merusak properti yang dimiliki sekolah ini." ujar sang kepala sekolah.
"Sekarang saya tanya ke kalian masalah apa yang kalian punya sampai-sampai bisa membuat kegaduhan sampai sebegitunya?" Tanya sang kepala sekolah sambil memandang siswi-siswi didepannya.
Mereka pun hanya bungkam dan tak mau membuka suara mereka.
Melihat siswi-siswi didepannya terus saja diam membuat sang kepala sekolah geram.
"Kalau kalian tidak mau menjawab pertanyaan saya, saya akan langsung saja memberikan hukuman untuk kalian" final sang kepala sekolah.
"Saya akan menghukum kalian sesuai dengan apa yang telah kalian perbuat, Rena,citra dan Jessy kalian saya scors selama 2 hari karena kalian tidak ikut berkelahi, Karin kamu akan saya scors selama satu Minggu karena menyebabkan perkelahian, dan kamu Riana besok saya minta untuk kehadiran orang tua kamu karena kami akan mengeluarkan kamu dari sekolah ini." Keputusan yang dikatakan oleh kepala sekolah kontan saja membuat kepala Riana mendongak seketika.
Dengan rona wajah merah padam Riana pun mulai mengangkat suaranya.
"Tapi pak..." Belum sempat Riana menyelesaikan ucapannya, kalimatnya pun terpotong karena suara Adam yang menginstrupsinya.
"Bapak kepala sekolah, sepertinya masalah Riana biar saya saja yang menghandlenya" ucap Adam tanpa basa-basi sambil menatap lurus kearah sang kepala sekolah.
Kepala sekolah yang dipandang penuh penekanan itu pun langsung gelagapan dan lantas berkata
"baiklah saya akan menyerahkan Riana pada pak adam saja selaku guru bk di sekolah ini, dan untuk kalian bertiga hukuman kalian tetap seperti yang saya katakan tadi." Final kepala sekolah dengan spontan.
Semua dewan guru yang berada ditempat tersebut pun merasa bingung dan bertanya-tanya karena perubahan keputusan kepala sekolah yang terkesan mendadak tersebut.
"Riana, kamu ikut saya keruanganan saya sekarang!" Perintah Adam Dengan nada bicara dingin sambil beranjak dari duduknya.
Tanpa banyak basa-basi akhirnya mereka berdua pun pergi meninggalkan ruangan kepala sekolah diiringi tatapan kebingungan guru-guru yang lainnya.
"Maaf pak, tapi kenapa hanya Riana saja yang dihandle oleh pak adam dan bukannya semua siswi yang berkaitan pak?" Tanya salah seorang guru kepada sang kepala sekolah.
Mendapatkan pertanyaan tersebut membuat kepala sekolah tersebut sedikit memutar otaknya.
"Anda semua sudah tau bukan kesalahan apa saja yang sudah dilakukan oleh Riana dan bagaimana perilaku siswi tersebut? Saya hanya ingin melihat saja apa perubahan dari Riana ketika guru bk baru kita pak adam yang mengurusnya." Ucap kepala sekolah.
Ucapan yang dilontarkan oleh kepala sekolah pun cukup untuk membuat beberapa guru yang berada di sana mengerti.
Dibukanya ruangan yang bertuliskan 'ruang bk' itu dengan kasar.
Sang pria pun masuk lebih dulu diiringi oleh langkah seorang gadis dibelakangnya.
Ditutup dan dikunci nya ruangan tersebut oleh si pria dengan kasar.
"Duduk!" Titah Adam untuk Riana.
Mereka pun duduk di sofa berbentuk huruf U yang bisa membuat mereka saling berhadapan dengan pemisah sebuah meja didepan mereka.
"Saya mau tanya dan kamu harus menjawab pertanyaan saya dengan jujur!" Tegas Adam masih dengan nada dinginnya.
"Apa yang membuat kalian akhirnya bertengkar ditempat itu?" Tanya Adam.
Riana yang mendapat pertanyaan tersebut entah kenapa seakan tubuh dan otaknya sangat tak sinkron. otaknya menyuruh tidak mengatakan apa-apa tetapi bibirnya dengan spontan berkata,
"Karin bilang kalau dia mau ngasih tau saya tentang Bayu pak, dia...dia" Riana tidak melanjutkan apa yang akan ia katakan karena merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya.
Entah kenapa ruangan dengan 2 AC didalamnya tersebut mendadak sangat panas baginya.
Adam yang geram karena Riana tak kunjung melanjutkan perkataannya pun kembali melontarkan pertanyaan lagi.
"Saya mau tanya seperti apa Bayu bagi kamu, ana?" Tanya Adam dengan nada penuh penekanan.
Riana sudah tak fokus lagi dengan apa yang ditanyakan oleh Adam padanya.
Ia hanya fokus saja pada kondisi tubuhnya yang makin lama makin terasa panas.
Dengan refleks Riana pun mengangkat kaki kirinya dan meletakkannya dibawah pijakan meja di depannya.
Apa yang dilakukan siswi didepannya tak luput dari perhatian Adam.
Tanpa sadar Adam pun melihat bahwa rok span panjang yang dipakai oleh muridnya tersebut robek sampai pahanya dan memperlihatkan kaki mulus nan jenjang milik Riana.
Perlahan Adam pun beranjak dari tempat duduknya tadi dan mulai mendekati Riana.
Dilihatnya lagi bahwa kancing baju lengan pendek gadis tersebut hilang satu.
Duduklah Adam disamping siswi yang sekarang sedang bertingkah sangat aneh. Adam tidak bodoh karena ia tau wajah yang sekarang ini tengah ditunjukkan oleh gadisnya tersebut adalah raut wajah penuh hasrat.
"Are you oke, Anna?" Tanya Adam khawatir sambil meneliti kondisi tubuh siswinya itu.
Dengan sangat tiba-tiba dan tak disangka-sangka tangan siswi tersebut terangkat dan terjatuh di leher sang pria.
Gerakan tubuh yang dilakukan oleh sang gadis tersebut tentu saja membuat jarak yang ada di antara mereka terkikis.
Dengan raut wajah penuh hasrat Riana berkata
"Sentuh saya pak adam!"