Rencana meminta tolong pada Mama Bayu untuk menghadiri panggilan sekolah pun otomatis gagal.
Kemarin di parkiran motor ketika akan meninggalkan sekolah, Bayu mendapatkan pesan singkat dari sang Mama yang mengatakan bahwa Kakek yang sangat dekat dengannya sejak masih kecil kini telah tiada.
Riana yang pada saat itu tau isi pesan singkat tersebut pun paham bagaimana perasaan yang dialami Bayu dan mulai menenangkan sahabatnya tersebut.
Dengan perlahan tangan sang gadis pun terangkat dan jatuh di pundak sang laki-laki yang terlihat tengah berusaha tegar tersebut.
Dielusnya pundak laki-laki yang tengah menduduki motor gedenya tersebut.
"Bayu, gue turut berduka cita ya atas meninggalnya kakek Lo" ucap Riana prihatin dan seakan turut merasakan apa yang dirasakan oleh Bayu.
Seaakan tak terpacaya dengan apa yang sudah dibacanya barusan. Laki-laki itu pun dengan segera merefresh handphonenya berharap apa yang dibacanya tidaklah benar atau halusinasinya saja.
Ketika ponselnya sudah hidup kembali, ia pun dengan segera membuka pesan singkat yang dikirim oleh mamanya lagi.
Tapi hasilnya masih sama.Kakek yang amat dicintainya sudah tiada.
Bahu yang semula tegak perlahan kian merosot, wajah yang tadinya dihiasi senyuman karena candaan dari sang sahabat pun memudar, kepalanya yang semula tegak pun mulai menunduk, dan tak lama kemudian tetes demi tetes air mata membasahi pipi dari wajah berkumis tipis tersebut.
Rasa sayang yang Bayu punya untuk sang kakek memang teramat besar. Sewaktu dirinya masih kecil ia selalu diasuh oleh kakeknya ketika orang tuanya sibuk bekerja.
Mereka selalu menghabiskan waktu yang indah bersama. Pergi memancing, melihat dan memberi makan kucing peliharaan mereka, dan masih banyak lagi kenangan yang tidak bisa ia lupakan.
Kabar yang Bayu dapatkan hari sungguh seperti hantaman yang langsung mengenai kepalanya.
Ia tak kuasa membendung kesedihan yang teramat sangat tersebut. Tidak pernah terlintas di bayangannya bahwa dirinya akan ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh sang Kakek secepat ini.
"bay, Lo harus tenang ya, gue tau gimana perasaan Lo tapi semua emang udah kehendak Allah dan Lo harus nyoba buat ikhlas." Ucap Riana mencoba menenangkan bayu.
Hiks hiks hiks
Dengan masih berderai air mata lelaki bertubuh jangkung itu kemudian menstater motor gede yang ditungganginya saat itu.
Tanpa mengatakan sepatah katapun, Bayu menggas motor nya dan meninggalkan Riana diparkiran motor sekolah seorang diri.
Suara gelak tawa anak-anak memenuhi area taman bermain yang lokasinya berada di samping taman kanak-kanak tempat mereka belajar.
Dengan riangnya mereka berlarian kesana kemari dan bermain bersama tanpa adanya beban.
Terlihat dari kejauhan terdapat seorang gadis yang sedang duduk di ayunan sambil menatap anak-anak yang tengah bermain di depannya.
Jam menunjukkan pukul 10 pagi, jam yang seharusnya menjadi jamnya seorang pelajar sepertinya masih menutut ilmu.
Gadis yang terlihat masih mengenakan seragam putih abu-abunya tersebut memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahnya dan malah berada di tempat itu.
Terlihat berulang kali si gadis melihat notifikasi ponselnya berharap sang sahabat akan menelponnya atau hanya sekedar memberikannya kabar.
Sudah sejak kemarin Riana sangat khawatir sekali dengan keadaan sahabatnya Bayu.
Berulang kali Riana menelpon dan mengiriminya pesan singkat menanyakan keadaan lelaki tersebut tetapi tak ada satupun pesannya yang dibalas. pikirannya seakan penuh dan melupakan semuanya karena terlalu memikirkan sahabatnya itu.
Gadis itu pun kembali meletakkan ponselnya dan kembali melihat anak-anak yang bermain didepannya sambil mulutnya terus mengunyah buah kesukaannya, blueberry.
Ketika Riana merasa perasaannya tidak karuhan seperti marah,kesal,sedih, ia akan selalu pergi ke tempat itu.
Duduk diam di ayunan tersebut menatap anak-anak didepannya bermain sambil memakan blueberry di kotak makannya.
Gadis itu sangat menyukai memakan buah-buahan terutama blueberry dan selalu membawa buah dari rumahnya untuk bekalnya ke sekolah.
Ketika ia lupa membawa bekalnya ia akan memesan mie ayam buatan yang mienya dibuat sendiri oleh ibu kantin langganannya disekolah.
"Kak, ayo ikut main ama adek!." Ajak seorang anak laki-laki kecil didepannya dengan nada khas anak umur 5 tahunan.
"Kamu main sama temen-temen kamu dulu ya dek, kakak hari ini gk ikutan main dulu ya" ucap Riana sambil mencubit gemas pipi gempal anak itu.
Yah gadis itu akan selalu ikut bermain bersama anak-anak itu ketika dia pergi ke taman bermain tersebut.
Bahkan semua anak-anak yang berada di sana pun kenal dan bahkan memberinya nama panggilan kakak cantik ketika berada di sana.
Seketika raut wajah anak laki-laki kecil itu pun cemberut tetapi tak bertahan lama karena dengan tangan mungilnya anak itu menggapai tangan si gadis bermaksud untuk bisa duduk dipangkuan Riana.
Tak lama kemudian anak laki-laki itu pun berhasil duduk dipangkuan Rani dengan posisi yang menghadap kakak cantiknya itu.
"Kakak sedih ya?" Tanya si kecil seakan tau apa yang dirasakan kakak kesayangannya itu.
"Pacalnya kakak hilang ya?" Tanya si kecil dengan suara cadelnya.
"Kok arka bisa tau pacar segala sih?" Tanya Riana dengan gemasnya.
"Soalnya tantenya arka suka gitu, tiba-tiba nangis gak jelas sambil bilang pacarku jahat, pacarku selingkuh gitu" adu si kecil arka.
Hahahaha
Gadis itu pun tertawa terbahak-bahak sambil mencubit gemas pipi bocah tembem itu.
Terima kasih sekali untuk si kecil arka karena sudah mengembalikan moodnya yang semula kacau.
Nada dering dari ponselnya pun membuyarkan tawanya. gadis berambut cokelat itupun membuka ponselnya.
Panggilan telfon dari nomor yang tak ada di kontaknya.
Berhubung dirinya merasa tidak mengenal nomor yang menelfonnya tersebut maka dihiraukan saja telfonnya yang berdering sampai akhirnya mati.
Dirinya pun kembali bercanda dengan si kecil sambil sesekali memakan blueberry.
Tetapi rupanya senang yang dirasakan oleh si gadis tersebut tak dirasakan pula oleh pria yang sedari tadi berusaha untuk menelponnya.
Dengan kesal pria itu pun membanting handphonenya di meja depannya.
Dilonggarkannya dasi di lehernya yang seakan mencekik itu.
Bayangan kemarin ketika dirinya yang melihat sendiri bagaimana 'gadisnya?' Itu akan pulang dengan seorang laki-laki makin membuatnya gelisah.
Diambilnya lagi ponsel yang semula ia geletakkan di mejanya tersebut.
Adam pun kembali mendikal nomor yang ia dapat dari kesiswaan tersebut.
Akhirnya setelah Adam mencoba menelpon gadis nakalnya berkali-kali nada sambung pun terdengar.
"Assalamualaikum, siapa ya" suara seorang gadis dari seberang telepon.
Entah kenapa hanya dengan mendengar suara gadis cantik nya saja kadar kemarahan Adam sudah berkurang 50%.
"Waalaikumsalam, ini saya adam guru BK kamu. Sekarang saya ingin video call kamu, dan harus cepat kamu angkat!" Ujar Adam Dengan suaranya yang berat dan mendominasi.
"Iya pak, akan saya angkat" jawab sang gadis terdengar takut-takut.
Yah walaupun sebenarnya sang gadis tidak mengetahui apa alasan sang guru sampai mau video call dirinya.
Dan apakah itu wajar, karena Riana sudah takut duluan dengan nada suara yang dibuat oleh gurunya itu.
Ketika panggilan video terhubung Adam pun dikejutkan dengan keberadaan anak kecil yang tengah menyender di dada gadisnya tersebut, terlihat begitu nyaman sekali tempat itu untuk bersandar pikir Adam.
"Kamu ada dimana sekarang?" Tanya Adam dengan nada tegas.
Walaupun sebenarnya ia sudah tak marah lagi dengan Gadis itu.
Entah kenapa kemarahannya yang ia pendam sedari tadi seakan menghilang ketika mengetahui bahwa gadisnya itu tidak sedang bersama dengan laki-laki yang dilihatnya kemarin.
tetapi tetap saja ia masih harus terlihat tegas agar gadis itu tau apa kesalahannya.
"Saya ada di taman bermain anak pak." Jawab gadis tersebut sambil sedikit nyengir.
"Saya tunggu kamu diruangan saya hari ini juga, dan bisa saya pastikan hukuman yang saya berikan kali ini akan membuatmu jera,gadis nakal".